Author POV
Seperti yang dikatakan ayahnya kemarin, hari ini Reyhan sedang bersiap-siap untuk ikut ke kantor. Entah nanti dia harus melakukan apa disana, yang jelas dia berharap tubuhnya mau diajak kompromi dan tidak kambuh saat sedang rapat.
Reyhan melihat botol obatnya yang sudah kosong, merasa tidak tenang karena tanpa obatnya apapun hal buruk bisa terjadi.
Reyhan memperhatikan dirinya sekali lagi di cermin memastikan kalau penampilannya sudah bagus dan tidak akan membuat ayahnya malu. Dia lalu turun dan bergabung dengan keluarganya untuk sarapan.
"Jadi hari ini lo gak masuk?" tanya Nathan saat Reyhan sudah duduk di dekatnya.
"Iya."
Nathan tak bertanya apa-apa lagi karena setelah itu Dirga datang dan bergabung untuk sarapan.
"Rey, ayah gak tau tujuan Arthur nyuruh kamu dan yang lain ikut itu buat apa, tapi kayaknya dia mau lihat seberapa tinggi kemampuan kalian. Jadi kamu harus siapin diri kalau nanti Arthur lempar pertanyaan ke kamu. Kamu harus jawab dengan baik. Hari ini final negotiationnya jadi Ayah gak mau kalau semua usaha ayah selama ini sia-sia hanya karena hari ini kita tidak memenuhi ekspektasinya." jelas Dirga.
"Iya." sahut Reyhan. Dia tak tau apa yang akan terjadi nanti yang jelas dia sudah menyiapkan diri untuk skenario terburuk yang mungkin saja terjadi.
Setelah makan Dirga, Reyhan, Nathan, dan Juan berangkat bersama. Di dalam mobil Nathan duduk di samping Reyhan dan sesekali melirik ke arah Reyhan yang dari tadi hanya diam saja melihat ke arah jendela. Entah apa yang dia fikirkan.
-
Meeting sudah dimulai sekitar 30 menit yang lalu, awalnya semua berjalan dengan sangat baik, tidak ada hal berarti yang terjadi namun semua menjadi kacau setelah Arthur meminta agar calon pemimpin untuk melakukan presentasi dari apa yang mereka tawarkan.
Reyhan menatap Dirga terkejut. Dia memang sudah membaca-baca file yang diberikan oleh Dirga namun tidak benar-benar menyiapkan apa-apa.
"Ayah gak bilang aku harus presentasi" bisik Reyhan.
"Ayah juga gak tau."
Bukan hanya Reyhan dan Dirga, bahkan semua orang disana juga mulai bisik-bisik perihal teknis yang berbeda.
"jadi siapa yang mulai lebih dulu?" tanya Arthur.
Arthur mulai melihat ke arah Dirga dan Reyhan yang terlihat tenang, atau mereka hanya tak ingin terlihat panik?
"Reyhan, wanna try first?" tanya Arthur yang lebih terdengar seperti perintah agar maju lebih dulu.
Reyhan menelan ludahnya kasar, melirik Dirga sekali lagi berharap Dirga tak akan marah jika ini tidak berjalan baik.
Reyhan sudah pernah melakukan ini dan setidaknya dia sudah tau bagaimana caranya. Reyhan mulai menjelaskan semua point sesuai dengan file yang Dirga berikan kemarin, untung saja Dirga juga mengirimkan power point yang akan digunakan hari ini jadi setidaknya dia sudah ada bayangan tentang apa saja isi power point nya.
Reyhan menjelaskan dengan sangat baik, dia hanya berharap Arthur tidak menanyakan hal-hal yang sulit yang bisa saja membuatnya harus menerima kemarahan ayahnya. Dan terkabul, tidak ada pertanyaan yang berarti dan semua berjalan dengan cukup baik.
Ada banyak sekali hal yang mereka bicarakan yang dalam sependengaran Reyhan itu tidak penting sama sekali, setidaknya 70% dari percakapan mereka hanya basa basi semata.
Reyhan melihat orang-orang disana dan rata-rata calon penerus sama bosannya dengannya, mereka bahkan tidak bisa keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤