Author POV
Reyhan duduk di tempat tidurnya, dia fikir setelah tinggal disini dan menjauh dari rumah dia akan menjadi lebih tenang namun ternyata dia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di keluarganya. Dia tak bisa untuk tidak memikirkan bagaimana ayahnya, bagaimana keluarganya, dan bagaimana Nathan.
Bukankah ini cukup adil untuknya atas apa yang sudah dia terima selama ini?
Tapi tidakkah dia terlalu kejam dengan meninggalkan Nathan untuk yang kedua kalinya dan membiarkan Nathan sendirian?Setelah memikirkan banyak sekali pertimbangan akhirnya Reyhan bangun dan mengambil jaketnya. Dia ingat bagaimana Nathan berkata kalau dia menghabiskan waktu sendirian saat Reyhan tinggal bersama Damian dulu. Reyhan tak bisa jika harus mengulang itu lagi, Nathan tak boleh merasakan itu lagi.
Reyhan turun dan menemui Jane yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil membaca majalah.
"Ma.." panggil Reyhan.
"Rey, mau kemana?"
"Aku mau pulang ke rumah ma, boleh?"
"Kenapa?"
"Kemarin Bunda bilang sekarang ayah tinggal di tempat lain. Dan kemarin aku juga ketemu sama Nathan, dia kelihatan kacau banget. Aku gak bisa diem aja dan biarin Nathan harus ngelewatin ini sendiri."
"Kamu masih sakit."
"Aku gak mau Nathan sampe sakit."
"Kamu harus jaga kesehatan kamu Rey."
"Aku tau ma, tapi aku gak mau biarin Nathan ngelewatin semua sendirian kayak dulu. Bunda pasti lebih perhatian sama Juan. Dan Nathan sendirian."
"Yaudah, mama suruh Hanan anterin kamu. Tapi kamu harus janji, kalau disana bikin kamu makin stress , kamu harus kembali ke sini. Ok?"
"Iya ma, makasi ma"
-
"Kenapa malah pulang? harusnya lo di rumah dulu sampai lo bener-bener sembuh Rey." omel Hanan.
"Gue gak mau ngelakuin kesalahan yang sama dengan biarin Nathan sendirian kak."
"Bukan salah lo. Lo dipaksa sama keadaan."
"Tapi gue masih punya pilihan untuk bersikap egois atau bertanggung jawab."
"Sekali-sekali egois itu perlu Reyhan."
"Bunda pasti lebih fokus sama Juan dan Nathan pasti sendirian kak. Gue gak bisa bayangin kalau dia harus ngerasain kesepian untuk yang kedua kalinya. Dia pernah cerita sama gue gimana sulitnya saat dia harus apa-apa sendiri dan gak ada yang dengerin cerita dia, gak ada yang peduli sama keluh-kesah dia. Kalau waktu itu aja Nathan udah kayak gitu, gimana sekarang saat rumah lagi kacau?"
"Iya gue ngerti Rey, tapi gue gak mau keadaan lo memburuk."
"Ayah udah gak tinggal di rumah kak, harusnya gue baik-baik aja disana."
"Gue yakin lo udah ngerti kalau sekarang kesehatan lo bukan cuma tergantung sama adanya ayah lo atau enggak."
"Gue bakalan rajin minum obat."
"Lo masih keras kepala kayak dulu."
"Demi Nathan."
"Lo harus langsung kasi tau gue kalau ada apa-apa."
"Pasti. Makasi ya kak."
Setelah sampai Reyhan langsung mengetuk pintu dan membuat Nada yang membuka pintunya terkejut melihat Reyhan disana.
"Reyhan, ini beneran kamu sayang?" tanya Nada memegang wajah Reyhan.
"Iya."
"Nathan mana Bun?" tanya Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤