Author POV
Hanan dan Keenan menemani Reyhan yang sedang duduk gelisah di ranjangnya. Hari ini Reyhan kembali melakukan kemoterapi yang ke-dua. Reyhan hanya diam sejak pagi hari, memikirkan semua efek yang akan dirasakannya lagi.
"Gugup banget?" tanya Hanan, dia bisa melihat Reyhan yang meremas tangannya sendiri.
"Iya, banget."
"it's ok. Lo udah pernah ngelewatin yang sama."
"Tapi justru makin takut karena gue udah tau rasanya gimana kak. Ibaratnya lo gak sengaja nginjek pecahan kaca trus luka, rasanya sakit tapi yaudah gitu aja, trus setelah itu lo dipaksa harus nginjek beling itu lagi saat lo udah tau sakitnya gimana. Mana bisa nggak gugup?" sahut Reyhan.
"Iya pasti gugup. Maaf ya, kita gak bisa bantu lo apa-apa, kita juga gak bisa ngurangin rasa sakitnya." kata Keenan.
"Kalau gue minta bantuan yang lain gimana?" tanya Reyhan.
"Apa?"
"Just in case nanti semua berjalan gak sesuai sama apa yang kita pengen. Tolong jagain Nathan kak. Dia berharga banget buat gue, dan Nathan berkali-kali bilang kalau dia cuma punya gue. Well, gue juga ngerasain hal yang sama di keluarga gue. Gue gak bisa denial kalau keluarga gue... hambar. Mungkin sekarang ayah udah mulai berubah perlahan, tapi gue tau itu masih butuh waktu dan Nathan juga pasti butuh waktu buat maafin ayah. Tapi bunda... dia cuma fokus sama Juan. Bagi bunda Juan itu segalanya kak, dan gue tau kalau Nathan gak akan bisa ngelewatin semua dengan sikap bunda yang kayak gitu. Dia akan berakhir sendirian lagi." Reyhan mengambil jeda sejenak.
"Selama ini gue bisa bertahan karena gue punya kalian yang selalu jadi tempat gue berlindung, tempat gue cerita, kalian yang selalu ada dan bantu gue saat gue lagi hancur. Tolong lakuin hal yang sama buat Nathan, gue gak mau dia sendirian. Gue gak mau dia hancur sendirian." kata Reyhan.
Keenan memalingkan wajahnya ke jendela. Dia benci percakapan seperti ini tapi dia juga mengerti Reyhan pasti membenci topik ini dua kali lipat. Tapi mau tak mau harus dia katakan. Just in case...
"Iya Rey. I promise. Nathan gak akan sendirian. Tapi lo juga harus janji buat berjuang." sahut Hanan.
"Sebisa gue, bakal gue lakuin kak. Thanks kak."
"Sekarang jangan fikirin apa-apa lagi. Kamu sama Nathan, kalian punya kita. Punya papa sama mama, sekarang gak perlu mikirin hal yang buruk." Reyhan mengangguk mendengar perkataan Hanan.
Saat mereka masih mengobrol, pintu ruang rawat Reyhan terbuka dan Nathan masuk ke kamar Reyhan.
"Rey.. Hi kak." sapa Nathan.
"Hi than, gak sekolah?" tanya Hanan.
"Bolos." jawab Nathan sambil nyengir.
"Kalo bisa disini ngapain sekolah, ya kan than?" tanya Keenan karena dia juga memilih bolos sekolah hari ini.
"Bener banget kak."
"Cocok deh kalian berdua." sahut Hanan.
"Nan, ke kantin bentar yuk. Mau beli makan gue." kata Hanan pada Keenan karena ingin membiarkan Reyhan memilikin waktu dengan Nathan.
"Ayo." kata Keenan. Untung saja perut Keenan memang sedang lapar jadi gampang mengajak Keenan pergi tanpa membuat banyak alasan.
Setelah Hanan dan Keenan pergi, Nathan langsung duduk di kursi samping ranjang Reyhan.
"Than, gue baru sadar kalau lo sama Kak Hanan sama Kak Keenan gak begitu deket. Atau cuma perasaan gue doang ya?"
"Ya emang gak deket."
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤