13- Dimulai

1.9K 157 9
                                    

Author POV

Hari-hari keluarga Rajendra berjalan seperti biasa. Hanya bedanya Nathan sekarang menjadi lebih dekat dengan Reyhan. Jika dulu mereka hanya bicara jika ada perlu maka sekarang mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama.

Seperti sekarang, Reyhan sedang mengerjakan power point yang harus diselesaikan hari ini karena Dirga bilang besok dia akan mengeceknya, sedangkan di kasur Reyhan ada Nathan yang sedang bermain game. Nathan bosan di kamarnya jadi memilih untuk bermain ke kamar Reyhan yang dia akui lebih nyaman karena bersih dang rapi. Tapi ternyata disini sama saja, Reyhan malah sibuk sendiri.

"Rey, lo baru pulang les anjir. Istirahat bentar kek, lanjutin lagi nanti." kata Nathan pada Reyhan.

"Gak bisa Than, ini harus cepet selesai, besok mau dicek sama ayah. Gue juga belum buat tugas sekolah yang dikumpul besok. Kalo nggak langsung dikerjain nanti gue begadang sampe subuh lagi." sahut Reyhan.

Nathan tak membalas lagi, karena sekalipun dia ngomong sampai pagi, Reyhan tidak akan mendengarkannya.

Saat Nathan sedang asik dengan kegiatannya bermain hp, Reyhan tiba-tiba bangun dari meja belajarnya dan melangkah tergesa ke kamar mandi. Nathan menatap Reyhan dengan heran, lalu melanjutkan game nya. Setelah beberapa lama Reyhan tak kunjung kembali, Nathan bangun dan berniat mengecek Reyhan, namun saat dia bangun dan melihat ke meja belajar Reyhan, dia melihat beberapa tetes darah di atas kertas di meja Reyhan yang membuat Nathan kaget. Jadi Nathan langsung bergegas dan masuk ke kamar mandi yang tidak ditutup oleh Reyhan.

Nathan melihat Reyhan membungkuk sambil membersihkan hidungnya di depan washtafel dengan washtafel yang sudah diisi air berwarna merah.

"Anjing Rey, lo kenapa?" tanya Nathan sambil membantu Reyhan.

Setelah beberapa menit akhirnya darahnya berhenti keluar dengan wajah Reyhan yang sudah pucat. Ini mengingatkan Nathan pada saat dia dan Reyhan pergi membeli martabak, dia juga kembali diingatkan dengan tissue-tissue penuh darah yang beberapa kali dia lihat.

"Lo sering mimisan kayak gini Rey?" tanya Nathan.

"Hmm" jawab Reyhan sekenanya.

"Kalo gitu kita ke dokter aja." ajak Nathan.

"Nggak usah, kan gue emang gampang mimisan. Akhir-akhir ini gue emang lagi hectic banget jadi kurang tidur, gak heran lah kalo sampe gini. Lagian gue udah beberapa kali ke dokter juga hasilnya nggak ada yang serius kok. Gue juga udah punya obatnya." sahut Reyhan. Dia memang tipe yang gampang mimisan kalau sudah terlalu kelelahan, apalagi dia jarang tidur dan banyak fikiran.

"Udah sini gue bantu balik, lo langsung tidur. gak usah lanjutin itu dulu. Kalau bisa lo libur aja besok, gak usah sekolah." kata Nathan.

"Gue bisa jalan sendiri nyet. Cuma mimisan doang yaelah, kayak lo gak pernah liat aja." kata Reyhan santai.

"Emang gak pernah goblok, ini baru kedua kali." sahut Nathan.

"Ya kan udah pernah berarti, lagian ntar juga terbiasa." sahut Reyhan yag sukses membuatnya mendapat pukulan ringan di kepalanya.

"Sakit bangsat."

"Ya lo kalo ngomong mikir dulu, malah nyuruh gue terbiasa. Emang lo mau sering-sering kayak gini?"

"Cerewet banget yaampun, pusing gue. Balik aja deh lo ke kamar lo." jawab Reyhan dan langsung keluar kamar mandi meninggalkan Nathan.

Saat sampai di kamar dia terkejut melihat Juan yang sudah berdiri di samping meja belajarnya.

"Wan ngapain?" tanya Reyhan, Nathan yang melihatnya juga menatap Juan.

"Ini darah apa kak?" tanya Juan yang membuat Reyhan menelan ludahnya kasar.

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang