1. Sebuah Peran

2.1K 163 2
                                    

Keheningan khas tercipta sebagai tanda dimana para penghuni nya terlelap dalam buaian mimpi di atas ranjang yang hangat.

Udara dingin menusuk kulit maupun daging dari balik jaket tipis nan usang yang dipakai serta rasa kantuk yang kerap kali menyerang diikuti titik air mata menetes sebagai pertanda pemilik tubuh kelelahan.

Naga Pervaiz Mahajana, nama si pemuda, kini melangkahkan kaki gontai berjalan menyusuri jalanan yang telah sepi dari kendaraan maupun pejalan.

Tak mengherankan, mengingat waktu sendiri sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Area sepi memang sengaja ia pilih guna menghindari kekacauan dari para pemabuk yang kerap kali terlihat membuat kerumunan di depan area pertokoan.

Menghindari masalah, begitulah. Meski hal itu juga berarti jalan yang harus dilalui menjadi lebih panjang dari yang seharusnya.

Usai menyelesaikan shift terakhir dari pekerjaan ketiganya Naga berniat untuk langsung kembali ke tempat kost yang ia sewa. Sudah berencana menjatuhkan tubuh lelah nya ke ranjang begitu sampai dan menggapai istirahat singkat selama empat jam sebelum memulai aktifitas berikutnya.

Lupakan membersihkan diri atau semacamnya, ia merasa sudah tidak memiliki cukup tenaga. Bahkan untuk mengisi kekosongan perutnya yang sudah beberapa jam terabaikan pun rasanya sudah tidak bisa.

Ia hanya membutuhkan istirahat segera.

'Dingin.' keluh Naga dalam hati seraya sesekali mengarahkan tangan untuk bergerak mengeratkan jaket ketika hembusan angin malam yang cukup kencang menerpa tubuh sendiri.

Tak begitu banyak membantu memang, namun setidaknya cukup berguna ketimbang membiarkan dirinya terkena hembusan angin tanpa pelindung apa-apa.

Sebenarnya Naga selalu menyukai suasana tenang khas malam hari, meski terkadang beberapa pepohonan rindang yang ada di sekitar menimbulkan kesan menakutkan namun ada kalanya semua itu tidak berarti bila dibandingkan dengan pemandangan langit di atas sana.

Bintang menggantung dengan kilauan cahaya terang menjadi penghias tambahan dalam kegelapan.

Tak banyak, namun cukup untuk membuat perasaan lelah di hati nya hilang barang sejenak.

"Akhirnya sampai juga." gumam si pemuda kala netra teralihkan dari pemandangan langit dan mendapati langkah kaki telah membawa ia ke tempat tinggal saat ini.

Sebuah kost tak begitu mewah dengan harga murah yang jadi naungan begitu ia tak lagi meneruskan pendidikan.

Sejenak, jari tangan nya bergerak merogoh saku celana mencari kunci. Begitu mendapatkan apa yang ia cari tanpa menunggu lagi Naga langsung menggunakan nya untuk membuka pintu.

Suara deritan dari kayu yang bergesekan dengan lantai menjadi sambutan awal tatkala ia masuk ke bagian dalam ruangan. Usai melakukan gerakan serupa diawal guna mengunci ulang, Naga lalu meneruskan langkah menghidupkan saklar lampu dan mencari tempat tidur yang sedari tadi ia nanti-nantikan.

Lantas setelah nya dengan cepat menjatuhkan diri untuk segera terbuai ke alam mimpi.

Lupakan jaket, ia hanya ingin memejamkan mata dan hanyut dalam istirahat singkat nya.

Bahkan ketika notifikasi terlihat di layar ponsel dimana pemberitahuan akan adanya beberapa pesan yang belum terbaca semua itu justru hanya dibiarkan tanpa memberi tanggapan apa-apa.

Lelah, saat ini Naga merasa sangat lelah.

***

"Bang Dragon."

Sapaan riang dari seseorang yang ia kenali sebagai rekan sesama pekerja membuat Naga mengalihkan pandangan semula tertuju pada tumpukan barang yang telah selesai disortir kearah si pemanggil.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang