Di kala kehidupan terasa tak memihak diri, ada saatnya dimana Naga sempat berharap mendapat kesempatan untuk mengubah situasi menjadi berbanding terbalik dengan apa yang selalu ia jalani.
Tak lagi bekerja di berbagai tempat berbeda dan bisa menjalani usaha yang dibangun dengan tangan sendiri.
Muluk memang, mengingat bertahun-tahun waktu dihabiskan ia tetap tak berhasil mengumpulkan uang untuk mewujudkan impian. Selalu berakhir habis menutup hutang yang ditinggalkan sang ayah dan memberikan sisa nya sebagai tuntutan agar ibu serta adik tiri dapat bertahan hidup di luar sana.
Belum lagi latar belakang pendidikan yang bahkan tak selesai membuat Naga semakin tidak percaya diri bahwa ia bisa melakukan nya.
Entah berapa kali terbersit perasaan iri di dalam hati melihat bagaimana orang lain dapat menjalani kehidupan dengan baik. Menyelesaikan tingkatan akhir dan melanjutkan studi bahkan hingga menjejak ke luar negeri.
Membayangkan betapa banyak uang yang dihabiskan membuat Naga sempat merasa takut sendiri. Dimana jelas jauh sekali tergapai dengan pekerjaan yang ia jalani.
Seberapa banyak waktu ia habiskan membawa tubuh lelah bekerja setiap hari tetap tidak akan bisa membuatnya mendapatkan kehidupan layak yang dicari.
Satu tahun, dua tahun bahkan hingga sepuluh tahun ke depan sekali pun tetap saja tidak ada yang berubah.
Hanya menemukan kekosongan serta beragam pertanyaan yang ditunjukkan kepada diri sendiri, mempertanyakan apa saja yang ia lakukan hingga menyia-nyiakan kehidupan dengan menuruti kekejaman takdir yang telah ditentukan.
Ia bukanlah apa-apa karena ketidakberdayaan adalah makanan sehari-hari yang harus ditelan nya.
Bahkan meski kini telah menjadi berbeda dengan sebelumnya, berbagai pengalaman hidup yang ia jalani tidak akan pernah ia lupakan begitu saja. Sebaliknya Naga akan menggunakan semua itu sebaik mungkin untuk mengubah kehidupan yang sekarang.
Sebagai pengingat pula agar ia tidak menjadi serakah, sombong apalagi sampai bertindak seenaknya. Baik kesempatan hidup kembali ataupun kekuatan yang dimiliki, semua itu hanya cukup untuk mewujudkan keinginan yang tak sempat tercapai dan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Seperti dulu saat ia pernah berharap mendapat bantuan.
***
Hanya butuh waktu lima belas menit sampai pimpinan yang ditunggu pun datang, dimana merupakan seorang pria berpakaian khas layaknya seorang bangsawan serta memiliki wajah terkesan tegas dan berwibawa.
Bila diperkirakan, usianya mungkin baru sekitar empat puluh awal. Surai putih sebagai tanda penuaan mulai terlihat di antara helaian rambut hitam. Namun tidak sedikitpun hal itu menurunkan aura pemimpin yang terpancar.
"Aku sudah mendengarnya, kau ingin bertemu denganku?" ia langsung bertanya begitu memasuki ruangan tempat Naga dan Sasa menunggu.
"Benar." jawab Naga kemudian, segera bangkit dari posisi semula untuk memberikan salam kepada seorang bangsawan dengan menaruh telapak tangan di depan dada dan sedikit membungkukkan tubuh.
Meski menunjukkan ekspresi keberatan, mau tidak mau Sasa tetap harus mengikuti gestur ditunjukkan karena Naga sendiri yang meminta.
Barulah setelah dipersilahkan untuk duduk kembali, pembicaraan di antara mereka pun dimulai. Pria itu lalu memperkenalkan dirinya sebagai Neil Horyeras atau biasa dipanggil pula sebagai Count Horyeras, pemimpin dari serikat perdagangan.
Sebenarnya ia tengah berada dalam kunjungan guna melakukan pengecekan secara langsung, namun mendengar adanya berita menarik yang disampaikan oleh Lanna, wanita yang ditemui Naga di awal, membuat Neil merasa penasaran dan ingin melihat secara langsung barang seperti apa yang pemuda itu bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Sistem Dunia Ketiga
FantasiaSetelah mengalami kematian, Naga Pervaiz Mahajana berpikir kehidupan nya telah berakhir sampai disana. Namun siapa sangka campur tangan dari seorang Dewi Penciptaan yang tidak bertanggung jawab justru membuatnya harus menjalani kehidupan yang berbed...