16. Perburuan (3)

176 22 0
                                    

Sedari awal Naga telah memperhatikan semuanya, mulai dari bagaimana pertarungan berhasil di akhiri oleh Sasa dengan baik sebelum kembali dilanjutkan oleh kedatangan dari empat monster setinggi lima meter dengan zirah berwarna hitam legam terpasang sertakan berbagai senjata berbeda dalam genggaman.

Mengingatkan Naga sekilas akan kejadian di awal memasuki bagian terdalam hutan dimana berujung disesatkan.

'Timur. Barat. Selatan. Utara. Suara geraman sebelumnya, itu milik mereka.'

Namun mengetahui fakta itu saja nyatanya tak cukup untuk membuat Naga bisa membantu Sasa dalam pertarungan yang berlangsung. Hanya dapat melihat seperti orang bodoh seraya dalam hati merutuki ketidakberdayaan diri sendiri.

Sampai akhirnya si pemanah yang berusaha menargetkan dirinya gagal dihentikan oleh Sasa, memaksa Naga berusaha menghindari serangan dengan berlari secepat yang ia bisa guna menyelamatkan diri dari anak panah sepanjang satu setengah meter yang dilepaskan di udara dan berujung menghancurkan tempat sang perwakilan berpijak semula dengan suara menggelegar layaknya petir menyambar.

"Arrgh—"

Hembusan angin besar yang datang bertepatan anak panah menyentuh tanah membuat Naga terdorong hingga berguling jatuh di area penuh bebatuan. Hingga tanpa sadar bagian tajam melukai lengan sendiri menimbulkan luka memanjang dengan darah segar yang tak henti keluar.

Rasa panas serta perih akibat kulit yang dirobek secara paksa membuat Naga tanpa sadar mengingat kembali bagaimana kematian memberikan sensasi serupa.

Namun sadar bahwa saat ini bukanlah waktu baginya bersikap seperti anak kecil yang menangis hanya karena luka dialami, membuat Naga memaksakan diri untuk bangkit kembali. Bersiap menghindari serangan yang akan datang menghampiri untuk kedua kali tatkala melihat busur tengah dipersiapkan guna melepas anak panah lagi.

Untuk sesaat manik matanya teralih menatap kearah Sasa berada, dimana tengah disibukkan menghadapi tiga monster zirah dalam waktu bersamaan.

Tidak mungkin Naga menambah beban pada pasangan nya dengan meminta pertolongan atas keselamatan nyawa sendiri. Lagipula merupakan kesalahan nya karena membuat mereka berada di situasi saat ini.

Jadi, meskipun tidak begitu berguna. Setidaknya ia harus mengambil tindakan untuk bisa selamat dengan menggunakan usaha sendiri.

'Tenangkan dirimu Naga, tidak ada guna nya merasa takut sekarang.' katanya berusaha menenangkan diri dari rasa takut dan gemetar ketika melihat dampak dari serangan barusan menimbulkan lubang terbakar mengerikan.

Berusaha mengumpulkan informasi yang bisa ia tangkap, Naga putuskan untuk membuat rencana secepat yang ia bisa agar dapat memberikan perlawanan pada zirah pemanah yang mengincarnya.

'Ini bakal jadi rencana tergila yang pernah aku lakukan sejak masuk ke dunia ini. Kemungkinan berhasil nya pun kecil tapi apa yang terjadi biarlah terjadi.'

Dengan mengandalkan sebuah batu berukuran besar sebagai tempat persembunyian sementara, disana Naga terus memperhatikan si pemanah yang telah siap melepaskan serangan kapan saja. Memperhitungkan pelarian yang hendak dilakukan begitu pelepasan dilakukan.

Benar saja, begitu lesakkan kedua mengudara dengan sekuat tenaga Naga memacu kedua kakinya untuk berlari meninggalkan tempat persembunyian semula. Tak segan melompat lebih dulu pula demi menghindari hempasan dari ledakan besar yang terjadi. Membiarkan tubuhnya jatuh untuk sesaat ke tanah sebelum kembali berlari, hendak mempersempit jarak dengan zirah pemanah.

Memotong sebanyak yang ia bisa guna mempersulit bidikan yang hendak dilakukan.

Benar saja semakin dekat Naga dengan pemanah tersebut, anak panah yang dilepaskan justru dilakukan terburu-buru dan tanpa kehati-hatian seperti yang dilakukan sebelumnya hingga membuat pelepasan tak seimbang dan jatuh begitu jauh dari posisi Naga berada.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang