39. Bayang Permainan

77 13 4
                                    

"Ugh-"

Entah sudah berapa banyak cairan penyembuh ia habiskan tanpa sisa. Membiarkan bekas botol penyimpanan terbuat dari kaca berserakan dan terabai begitu saja di tanah rerumputan.

Matahari yang perlahan-lahan mulai menunjukkan sinar pertanda pagi datang pun tidak mendapat perhatian sama sekali, sudah terlampau fokus pada kegiatan yang masih belum berhasil terselesaikan.

Sisa-sisa kecil dari batu Quovoril yang habis digunakan serta tumpukan barang-barang ciptaan berwujud tak sempurna menjadi pertanda bahwa bukan hanya sekali saja Naga berkutat pada tujuan nya. Belasan bahkan puluhan kali ia telah mencoba secara berkala, menekan tubuhnya untuk terus menghasilkan sesuai keinginan.

Bahkan meski ia harus membayar dengan harga yang cukup mahal.

'Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi.' dalam hati Naga berusaha menguatkan diri dan memaksa kedua tangan maupun pikiran nya untuk melanjutkan proses penciptaan yang tengah berlangsung saat ini.

Mengabaikan rasa panas menjalar dari ujung jari hingga ke bagian siku. Sedangkan netra sendiri harus terus menerus menatap kearah cahaya ungu yang keluar dari telapak tangan dimana kini tengah menghancurkan bebatuan Quovoril agar dapat membentuk senjata seperti yang diinginkan.

Berbeda saat ia membuat cairan untuk membersihkan diri, dimana proses nya hanya memakan waktu sebentar dan tidak menimbulkan efek samping pada tubuhnya. Saat ini Naga justru telah melewati batasan untuk penggunaan seluruh kemampuan secara berlebih, membentuk senjata yang juga tidak sesuai dengan tingkatan dan terlalu memaksakan kehendak nya sendiri.

Berulang kali pula sistem telah menampilkan jendela yang mengatakan bahwa berbahaya bagi sang perwakilan meneruskan kegilaan tersebut. Namun hal itu juga diabaikan tanpa menaruh peduli sama sekali.

Perasaan ragu, ketakutan serta keingintahuan telah memenuhi benak Naga. Sehingga hanya ingin melihat hasil secara langsung dan bukan berdasarkan pada beberapa kalimat penjelas yang memberi perasaan nyaman untuk tidak melatih diri lebih jauh.

Naga ingin tahu seberapa tajam nya kekuatan berdampak pada diri, seberapa jauh pula ia telah berkembang selama ini dan apakah ia pantas bertindak sebagai seorang pengendali.

Jika ia hanya berdiam diri pada zona nyaman yang diberikan hanya karena perintah sistem serta tidak ingin terluka, maka tidaklah pantas baginya berkata jika ingin membantu penghapusan pencemaran yang terjadi di dunia.

Bak sebuah boneka yang hanya bisa diperintah sesuai kehendak pemiliknya, bukan itu peran yang ia inginkan.

'Ugh- menyakitkan, lagi-lagi seperti ada yang mencabik kulit ku. Tapi ini hampir selesai, senjata nya sudah mulai terbentuk. Aku harus tetap tenang agar bisa menyelesaikan nya.'

Lagi, tanpa berniat menghentikan diri Naga justru kembali memfokuskan pikiran untuk terus membuat senjata di tangan. Mengatur bagaimana bentuk serta ukuran seperti dalam bayangan.

Memperhitungkan gaya pertarungan sang kekasih, Naga memutuskan untuk membuat senjata yang terlihat seperti pisau panjang. Yang mana hanya memiliki ukuran antara delapan puluh hingga seratus sentimeter, tipis namun tetap kuat dengan mata pisau yang cukup lurus untuk ditusuk dan cukup melengkung ketika digunakan memotong ataupun menebas.

Tentu saja pada bagian ujungnya Naga juga mempertajam bagian. Agar dapat memudahkan Sasa dalam penggunaan terutama ketika harus menghadapi berbagai bahaya mengancam dari dalam dungeon.

Namun, disana lah letak kesulitan yang dialami sang perwakilan penciptaan sejauh ini. Membentuk senjata persis seperti di dalam bayangan tidak semudah pada kenyataan karena Naga juga harus memperhitungkan keseimbangan, lengkungan, lebar serta berat keseluruhan.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang