26. Permintaan

279 29 3
                                    

Naga tahu benar ia telah menunda lama apa yang selama ini jadi keinginan kekasih nya. Berpura-pura tak mengetahui dan terkesan menghindar tiap kali Sasa berusaha untuk mendekati terlebih dahulu.

Ia pikir jika memberikan sedikit ciuman atau sentuhan layaknya sepasang kekasih biasa maka sudah cukup untuk membuat Sasa diam dan tak meneruskan niatan. Namun nyata nya perkiraan itu justru merupakan kesalahan besar.

Sekedar janji yang ia buat sungguh didengar dan ditunggu dalam diam. Hingga sampai lah kedua nya pada titik dimana Sasa kehilangan kesabaran sungguhan dan memaksa Naga untuk segera mengambil tindakan.

"Sayang, dengar dulu—"

"Kalau yang mau kau ucapkan hanya kata nanti, aku akan memukulmu."

Untuk sesaat Naga tidak berani mengeluarkan suara, memutar otak cepat guna mencari kalimat yang sekiranya dapat meredakan amarah. Akan tetapi belum sempat ia merangkai kata-kata untuk membalas ucapan, pandangan mata dari sang perwakilan sudah lebih dulu terpaku pada pemandangan di hadapan.

Menelan saliva kasar ketika melihat bagaimana Sasa tengah duduk di atas nya, tatapan mata terarah rendah, kedua tangan mencengkeram bagian leher pakaian serta bagaimana ekspresi kekesalan yang terpasang di wajah pemuda itu justru menjadi alasan terbesar hingga membuat Naga gagal fokus pada pembicaraan.

'Sinting, dia sangat menggoda kalau sedang marah.'

Tentu saja pemikiran tersebut harus segera ia buang, tidak ingin berakhir seperti malam sebelumnya dimana keinginan tak lagi dapat terbendung hingga membuat daerah privasi menjadi begitu aktif.

Lantas setelah melalui beberapa pertimbangan di dalam kepala, Naga putuskan untuk membuka suara. Mengeluarkan nada lembut sertakan panggilan yang disukai sang kekasih agar dapat keluar dari situasi.

"Istriku," jeda sesaat, dengan mata tak henti memperhatikan sebelum meneruskan, "Aku juga ingin sekali melakukan nya. Tapi kita—"

Cengkeraman tangan yang berada pada lingkaran leher pakaian sang perwakilan penciptaan pun menguat. Menarik sebagian tubuh Naga terangkat dari ranjang, sehingga harus menumpu tubuh menggunakan kedua siku tangan agar tak menggantung dan berakibat merobek kain yang dikenakan.

"Apa?" tanya Sasa, tidak menutupi nada dingin dari suara terdengar. Terlihat ingin sekali mengetahui alasan apa lagi yang akan dipergunakan.

Membuat Naga benar-benar merasa cemas akan keselamatan sehingga hanya bisa berkata dengan nada pelan, "Kita baru saja mendapatkan rumah sendiri kan? Kalau kemarin posisi nya kita adalah tamu. Rasanya tidak pantas kalau bertindak seenaknya."

"Kenapa tidak mau melakukan nya sekarang?"

"Ada— banyak pekerjaan yang perlu diurus?"

Sasa terdiam, kemudian melepasakan pegangan dari pakaian dan menatap Naga dengan pandangan datar. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh kekasih nya tersebut sekarang, namun sedikit banyak Naga mulai mengerti akan sikap yang kerap kali ditunjukkan. Dimana kini terlihat kecewa atas jawaban yang diberikan.

"Apa karena kau tidak mau melakukan nya dengan ku?"

Sebuah pertanyaan tak terduga tiba-tiba keluar begitu saja dari bibir Sasa.

"Tunggu, maksudnya?"

"Kau dan wanita itu. Kalau dengan nya apa bisa?"

Telah paham dengan arah pembicaraan yang dimaksudkan membuat Naga lantas membalas dengan nada memperingati. Terganggu dengan perkataan.

"Sasa."

Namun yang dipanggil nama nya justru meneruskan, memberikan alasan di balik ucapan sebelumnya.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang