38. Melewati Batasan

98 10 2
                                    

"Haaaaahhh— bajingan."

Helaan nafas disertai kata terlontar asal dari bibir pria berstatus pemimpin dari Menara Sihir itu cukup untuk membuat para bawahan yang mengikuti nya bergetar ketakutan. Telah mengetahui bagaimana situasi selanjutnya terjadi apabila sang atasan berada dalam suasana hati yang buruk.

Korban untuk ditumbalkan guna meredakan kemarahan pun segera dipilih. Secara acak ditunjuk dari yang baru bergabung dan masih dengan senang hati menuruti perintah yang diberi.

Namun belum sempat peran dijalankan, satu-satunya orang yang terlihat acuh terhadap situasi saat itu justru lebih dulu maju seraya dengan sengaja menyulut kemarahan lebih jauh.

"Woah, jadi itu wajah asli mu sebenarnya? Menakutkan. Pantas saja kau belum menemukan pasangan untuk diajak menikah bahkan meski usia mu sudah ratusan tahun."

Netra sewarna hutan hijau lalu teralih tajam, menatap balik kebiruan yang berkedip penuh goda sebelum membalas ucapan dengan nada kesal.

"Diam kau pirang sialan."

"Hey, barusan kau menghina keluarga Kerajaan lho."

"Kau tidak termasuk karena kau tidak mendapat pengakuan."

"Wah, terima kasih pujian nya."

Merasa percuma meneruskan perdebatan tak berguna dengan orang yang tidak mengenal rasa malu membuat pria dengan nama asli Navark Salu Riverstar itu kemudian melangkahkan kaki lebih jauh memasuki hutan yang telah hancur akibat ledakan. Memeriksa keadaan di sekitar meski telah sangat terlambat dari waktu seharusnya.

'Kalau bukan karena harus mengurus izin meninggalkan menara, seharusnya aku bisa datang lebih cepat ke tempat ini.'

Berusaha melupakan kekesalan nya terhadap keluarga kerajaan, Navark kemudian memerintahkan para bawahan yang ada bersama nya agar berpencar dan melakukan penyelidikan pada area sekitar. Menyisakan ia serta sang rekan yang juga merupakan pangeran pertama untuk mencari lokasi sihir pemulihan guna mengembalikan kondisi hutan seperti semula.

Akan tetapi, semakin dalam mereka memasuki hutan semakin mengerikan pula kondisi yang didapati. Terutama retakan besar pada tanah yang terdapat pada area bekas pertarungan. Menjadi sumber dari energi sihir berat yang masih terasa bahkan ketika waktu telah berlalu cukup lama.

Sirgiv Shian la Flosta menjadi yang pertama memberi tanggapan, tak lupa mengeluarkan siulan takjub ketika dengan mata kepala nya sendiri melihat bagaimana cekungan besar tercipta begitu dalam sehingga terlihat menyerupai pusaran.

"Jadi, kita kencan disini?" tanya nya kembali memancing tanggapan dari Navark yang justru diabaikan begitu saja.

Lantas pangeran pertama itu pun kembali mengeluarkan tanggapan berbeda, namun lebih serius dari sebelumnya.

"Oh, tempat ini mengeluarkan bau yang cukup unik. Kekuatan tingkat atas?"

Yang langsung mendapat balasan dari sang lawan bicara, "Kau bisa merasakan nya juga?"

"Kalau kekuatan nya sebesar ini bahkan yang lemah dalam pengendalian sihir sekalipun seharusnya tetap bisa merasakannya."

Untuk sesaat pangeran pertama itu terdiam, hendak berpikir sejenak seraya tak henti mengamati situasi dengan mengarahkan netra sewarna lautan ke seluruh penjuru hutan yang hancur.

Kemudian berkata, "Aku heran, kalau mendengar ceritamu soal terjadi ledakan dan pertarungan besar disini. Maka seharusnya sudah ada kepanikan yang terjadi dari desa atau kota terdekat. Tapi kenapa tidak ada laporan dari sekitar?"

"Itu ditutupi." balas Navark.

"Maksudmu?"

"Ada sisa sihir yang menutupi hutan ini. Pertama di sini dan yang kedua ada di luar hutan." terang si pemilik surai dan manik mata hijau lagi.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang