9. Tingkat Pertama

490 58 1
                                    

Bagaimana kalau semua yang ia alami tidaklah nyata?

Dimana ketika tersadar Naga justru mendapati dirinya berada di kamar kost sendiri dalam keadaan masih menggunakan pakaian kemarin yang tak sempat diganti karena terlalu lelah ingin segera menggapai mimpi.

Tidak ada karakter penjahat yang dituntut untuk menjadi rekan namun justru nyaris mengambil tindakan untuk membunuhnya. Tidak ada pula Dewi Penciptaan aneh yang tengah berada dalam kesulitan dan yang lebih mencengangkan lagi tidak ada kematian yang terjadi.

Bila benar seperti itu maka mungkin pada saat ini Naga akan bergegas bangkit dengan langkah terburu-buru karena menyadari bahwa ia telah terlambat bekerja pada shift pertama. Mandi dalam keadaan seperti orang yang akan dipecat jika telat satu menit saja seraya mengabaikan perut yang kelaparan karena tak diisi dengan makanan layak.

Hari-hari nya mungkin akan berjalan normal, meski mengalami hambatan di beberapa hal tapi setidaknya ia masih bisa mendapatkan kebahagiaan dari orang sekitar.

Reksa, Tarani serta orang-orang baik yang membantu ia bertahan hingga sejauh ini.

Tapi hanya Naga lah yang paling tahu soal apa yang ia inginkan.

Bukan tidak merasa senang dan berkecukupan dengan kehidupan yang telah dijalani. Hanya saja ia merasa lelah, terlampau jemu membawa tubuh yang telah hancur secara perlahan untuk terus mengejar sesuatu yang pada akhirnya tidak bisa ia rasakan.

Baik itu untuk sekedar perhatian, kasih sayang maupun cinta atau hal-hal berbau materi seperti uang untuk mendapatkan kehidupan layak yang kerap kali didamba.

Ia hanya dipaksa untuk terbiasa menerima. Seolah memang seperti itulah garis kehidupan nya. Namun kesempatan mengulangi kehidupan membuat pemuda itu akhirnya tersadar bahwa selama ini ia hanya ingin sebuah tempat pelarian, memulai semua dari awal dan tidak berakhir menjadi menyedihkan seperti sebelumnya.

***

Hal pertama yang dirasakan oleh Naga begitu terbangun dari tidurnya ialah rasa sakit mendera pada bagian punggung akibat semalaman berbaring di lantai yang keras serta sensasi menakjubkan tatkala sebuah kayu yang pada bagian ujung nya telah dipertajam tengah diarahkan tepat pada bagian depan leher.

Menyambut hari kedua dari sang perwakilan Penciptaan dengan sangat ramah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Naga melempar pandangan heran tanpa menggerakkan tubuh sedikit pun, khawatir kalau ia salah bergeser maka kayu tersebut akan langsung melubangi leher.

Sedangkan Sasa sendiri sebagai pelaku dari aksi di pagi hari hanya melemparkan pandangan tak terbaca sebelum memilih bangkit dari posisi duduk didekat Naga dengan ekspresi bosan kentara.

"Hanya ingin membangunkan mu."

"Kau justru membuat ku nyaris tidak bisa membuka mata selamanya."

Namun alih-alih menjawab Sasa justru mengabaikan ucapan, lebih memilih berjalan keluar melewati pintu kabin yang telah terbuka dimana memperlihatkan datangnya pagi bersama cahaya terang dari langit yang menyelinap masuk melewati sela-sela rimbun pepohonan.

Seketika itu juga Naga merasa sakit kepala. Efek dari mimpi aneh soal ia yang terbangun di dunia sebelumnya serta sikap dari Sasa yang tidak ia mengerti menjadi alasan utama.

Niatan untuk bisa beristirahat sedikit lebih lama pun harus ia urungkan karena khawatir akan benar-benar berakhir dengan kayu tertancap di lehernya.

Maka dari itu Naga putuskan untuk memanggil sistem. Membiarkan bagaimana jendela berwarna hijau memperlihatkan diri terlebih dahulu sebelum mengutarakan isi dari permintaan yang sedari kemarin sengaja ia simpan.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang