5. Perjanjian

983 101 2
                                    

Sebutlah Naga gila karena menawarkan perjanjian kepada Dewi yang sudah jelas memiliki kemampuan jauh diatas nya. Bahkan menjadi alasan pula mengapa ia masih bisa menghembuskan nafas hingga sekarang.

Namun ketimbang memikirkan soal siapa dan sehebat apakah Aelfdenia, saat ini yang pemuda itu pikirkan hanyalah cara untuk saling menyelamatkan satu sama lain.

Tanpa pengorbanan, tanpa memandang posisi dan hanya datang dengan niat membantu sebagai seorang teman.

Kalaupun Aelfdenia menolak usulan nya pun Naga tidak akan marah. Pilihan berhak ditentukan, ia tidak akan memaksa meski sedikit menyayangkan kalau benar sang Dewi justru lebih memilih untuk menyerahkan kekuatan secara penuh kepadanya dan menghilang.

Namun tak berselang lama jawaban yang ia tunggu pun datang, berupa sentuhan selembut kapas menyapa permukaan kulit tangan.

Ketika si pemuda menurunkan pandangan, netra kelam miliknya mendapati Aelfdenia menyambut uluran yang semula diarahkan. Tanpa kata menerima ide yang Naga ajukan.

"Kita mungkin baru mengenal, aku bahkan sempat tidak mempercayai mu karena berpikir tak seharusnya memberi kepercayaan semudah ini pada satu sama lain. Tapi entah mengapa setelah mendengar cerita yang kau katakan, aku jadi ingin mencoba." ujar Naga seraya menunjukkan senyuman yang merekah di bibir.

Aelfdenia yang mendengar pengakuan, lantas membalas, "Aku harap aku tidak mengecewakan mu."

Tak berselang lama setelah pembicaraan singkat itu pegangan tangan pun dilepaskan. Bertepatan pula dengan saat dimana senyuman si pemuda terhapuskan dari wajah, tergantikan ekspresi tenang terfokuskan pada cerita yang sudah lebih dahulu dijelaskan. Mengingat kembali isi, menelisik sekiranya hal yang perlu ditandai agar bisa memulai penyusunan rencana untuk langkah ke depan.

"Kalau mendengar dari cerita yang kau katakan sebelumnya, akar dari semua permasalahan ini adalah pencemaran yang timbul dari sifat negatif ketiga ras kan?" tanya Naga memastikan kembali dan dengan cepat dibalas anggukan pelan oleh sang Dewi.

"Bila semua itu dibersihkan apa kekuatan mu akan kembali?"

"Benar, semakin sedikit pencemaran yang terjadi maka aku bisa mendapatkan seluruh kekuatan milikku yang dibatasi."

Untuk sesaat kerutan samar di dahi terlihat pada wajah si pemuda, lantas mengutarakan pertanyaan yang terlintas dalam kepala kala mendengar informasi tambahan.

"Maksudmu kau bisa menjadi lebih kuat dari yang sekarang?"

Aelfdenia tidak menjawab, hanya mengarahkan pandangan membalas tatapan mata Naga. Membenarkan hal tersebut dalam diam.

"Kalau begitu bisakah kau memberikan aku sedikit kekuatan mu?"

Ucapan si pemuda yang tidak terduga jelas memancing tanda tanya pada Aelfdenia, menginginkan alasan di balik permintaan. Sehingga setelahnya Naga mencoba menjelaskan terlebih dahulu maksud dari niatan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Untuk bisa menghapus pencemaran yang ada diperlukan tahapan pembersihan. Aku berpikir kita mungkin bisa melakukan nya dengan memulai dari tempat yang paling sedikit memiliki pencemaran hingga ke bagian yang lebih sulit."

"Siklusnya akan terjadi secara berulang. Bila berhasil, pencemaran akan hilang dan kekuatan mu dapat terus bertambah. Selagi hal itu terjadi aku ingin kau memberikan ku penambahan kekuatan juga agar bisa menyelesaikan tingkatan berikutnya."

Sebenarnya ini bukanlah ide yang terbentuk murni hasil pemikiran sendiri. Naga hanya mengulas kembali ingatan lama nya akan dunia lalu perihal permainan dalam game yang kerap kali menggunakan elemen peningkatan kekuatan agar bisa menyelesaikan setiap level yang dibuat.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang