43. Empat Penjaga (3)

113 12 2
                                    

Seperti orang gila, Naga berlari menyusuri bagian dalam penginapan dengan langkah kaki tergesa-gesa. Amarah yang sempat dirasa seketika itu juga meluap hilang entah kemana, tergantikan oleh kecemasan dan perasaan takut karena tak kunjung mendapati keberadaan Shia.

Tanpa henti ia kembali meneriakkan nama secara berulang. Berharap akan adanya balasan sebagai tanda bahwa telah selamat dari aksi penyerangan.

Namun nihil, jawaban tak kunjung ia dapatkan meski telah berusaha menelusuri isi. Menyisakan bagian atas bangunan tepatnya di lantai kedua untuk didatangi.

Tidak ingin membuang banyak waktu lagi Naga pun segera menaiki satu persatu anak tangga tanpa menurunkan laju lari.

Disana, perwakilan penciptaan tersebut lalu mendapati kalau dinding bangunan yang ia lewati banyak yang telah hancur bahkan hingga meninggalkan beberapa lubang besar.

Adapula goresan kasar khas benda tajam mengelupas permukaan membuat banyak sekali serpihan kayu memenuhi seisi tangga. Hal merepotkan yang nyaris berhasil membuat Naga terjatuh apabila tidak memiliki keseimbangan yang baik.

Ketika telah berhasil mencapai tangga teratas, keadaan yang Naga dapati tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di bawah. Terlalu banyak kerusakan terjadi disana-sini.

Sedangkan bila melihat dari tanda-tanda yang ditemukan seperti nya Shia memang sempat berusaha menghindari pengejaran.

Hal ini terlihat dari bagaimana pintu-pintu yang menjadi pembatas antara lorong dengan kamar telah dibuat hancur tiada bersisa. Tanda bahwa pengejarnya tersebut tak henti mengikuti.

Keadaan di dalam nya pun lebih mengenaskan lagi karena sudah menjadi lebih tidak beraturan. Bahkan semua kain penghias terpasang tak luput dikoyak tanpa beban. Lemari tempat penyimpanan juga tidak dibiarkan utuh karena telah terpotong menjadi beberapa bagian.

Begitu pula keadaan serupa di perlihatkan di ruangan lain.

Kecuali satu, yaitu sebuah kamar yang menjadi tempat ia menginap bersama dengan Sasa pada saat bermalam untuk pertama kali.

Di tempat itu Naga menemukan ada banyak genangan darah bahkan terciprat hingga mengenai dekorasi terpajang. Layaknya sebuah luka yang diakibatkan oleh sayatan benda tajam, kemungkinan besar seukuran pedang.

Melihat hal tersebut Naga tidak bisa menghentikan perasaan cemas dan takut yang melanda hati nya. Dimana dengan tangan dan tubuh yang bergetar sontak kembali berseru memanggil nama.

"SHIAA!!"

Untuk kesekian kali tidak ada jawaban sebagai balasan.

Berbeda pula dari ruangan sebelumnya yang dihancurkan, kamar ini justru memiliki perabotan yang utuh tanpa diganggu. Hanya luka itu sajalah yang menjadi satu-satunya petunjuk bahwa Shia sempat mendatangi tempat tersebut.

Merasa sudah tidak ada guna nya lagi jika ia terus berada disana, Naga pun bergegas turun dari lantai kedua dan keluar dari dalam bangunan penginapan. Mengedarkan pandangan mata menatap kearah sekeliling halaman bagian depan berusaha mencari keberadaan Shia.

Seraya menenangkan diri dan mengatur napas yang memburu, sepintas beberapa kemungkinan membuat Naga sedikit banyak menerka-nerka penyebab dari penyerangan.

Petualang penipu pada waktu lalu atau mungkin warga desa yang tidak menyukai keberadaan Shia.

Meski tidak menutup kemungkinan pula bahwasanya ada perkara yang lebih besar dari apa yang selama ini terlihat. Sehingga menjadi faktor utama diluar kedua poin tersebut hingga sampai pada peristiwa hari ini.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa harus Shia yang justru diserang?'

Meski sudah berusaha memikirkan berbagai macam kemungkinan lain, namun tetap saja Naga tidak memiliki jawaban nya. Sadar pula bahwa ia belum begitu mengenal siapa Shia Vekilza yang sebenarnya diluar identitas sebagai wanita pemilik penginapan yang sebatang kara.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang