4. Dewi Penciptaan

1.2K 130 5
                                    

Berada di tempat asing yang entah dimana, jendela sistem yang menuliskan rangkaian kalimat tak masuk akal serta harus berhadapan dengan wanita yang mengaku sebagai Dewi Penciptaan rasanya bukan kombinasi yang baik untuk diperlihatkan kepada seseorang yang baru saja mengalami kematian.

Entah lelucon apa yang sedang ditunjukkan, Naga semakin merasa bahwa semua ini tidak lah nyata.

Belum lagi sejak kedatangan sang dewi, pemandangan ruangan serba putih yang semula polos tanpa hiasan telah berganti memperlihatkan adanya hamparan padang rumput hijau luas serta air terjun lengkap dengan pelangi serta berbagai jenis hewan.

Bagi Naga yang hanya terbiasa melihat pemandangan sesak padatnya lalu lintas jalanan ibukota beserta aktivitas para manusia yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, keindahan alam di hadapan jelas menjadi obat tersendiri guna menenangkan hati.

Meski setelahnya disadarkan kembali oleh kenyataan bahwa ia tengah berada di tempat yang asing bahkan terbilang menyerupai fiksi.

Lantas si pemuda memutuskan untuk diam sejenak, larut dalam lamunan berusaha memproses sedikit demi sedikit informasi yang telah berhasil didapat sebelum mengambil langkah selanjutnya.

Tentunya hal itu tak luput dari perhatian Aelfdenia yang masih berada pada posisi semula.

"Apa ada yang ingin kau tanyakan?"

"Apa kau sedang bercanda?" tanya Naga kemudian dengan terang-terangan menunjukkan sikap tidak percaya.

"Apa aku terlihat seperti sedang mengajakmu melakukan hal itu?"

"Bukannya kau sendiri yang tahu jawabannya?"

"Sepertinya keputusan ku untuk menjadikanmu perwakilan adalah pilihan yang tepat."

Lagi, Naga mendapatkan penyebutan kata yang tidak ia pahami maksudnya. Menimbulkan tanda tanya besar di kepala menginginkan jawaban.

"Bisa tolong jelaskan semuanya dari awal?" pintanya lelah.

Aelfdenia mengulas senyum menyetujui permintaan seraya berjalan mendekati si pemuda, menuntunnya agar mengikuti langkah keluar dari ruangan menuju ke arah hamparan padang rumput luas yang dilihat di awal.

Sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Netra kelam milik Naga sendiri tak henti mengedarkan pandangan kearah sekitar, tidak merasakan adanya keganjilan dari tempat tersebut.

Kulit dari kaki tak beralas miliknya pun masih bisa merasakan sentuhan dari warna hijau yang terinjak sebagai jalan. Gambaran berupa air terjun yang ia kira hanya ilusi nyatanya sungguh tercipta sertakan dorongan air yang mengalir deras tiada henti. Meski tidak bisa mendekat guna melihat lebih jauh, namun bila mendengar dari suara serta bagaimana cipratan dari air tanpa sengaja mengenai wajah, Naga bisa memahami bahwa itu bukan hanya sekedar khayalan nya saja.

Kalaupun ada keanehan dimana sekira nya dapat ia pertanyakan maka bentuk dari seluruh hewan yang nyaris memenuhi seisi padang rumput itulah yang terlihat tidak nyata dalam pandangan.

Baik dalam hal ukuran maupun jenis semuanya sangat berbeda dengan apa yang ada di bumi.

"Kita sudah sampai."

Mendengar suara dari Aelfdenia membuat atensi Naga yang semula terpaku pada pemandangan sekitar seketika itu juga teralihkan. Berganti menatap kearah tempat tujuan dimana menunjukkan adanya sebuah pohon berukuran sangat besar nan rindang ditengah taman penuh bunga.

 Berganti menatap kearah tempat tujuan dimana menunjukkan adanya sebuah pohon berukuran sangat besar nan rindang ditengah taman penuh bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang