40. Ingatan

81 10 2
                                    

Berada di titik awal.

Layaknya sebuah film yang diputar, Naga dibawa kembali pada ingatan terakhirnya tepat sebelum menemui kematian.

Menjadi penonton satu-satunya untuk menyaksikan bagaimana tubuh sekarat di tengah hujan deras mengharapkan sebuah pertolongan datang pada pagi buta yang sepi tanpa pejalan.

Ia tahu benar bahwa semua itu merupakan kilas peristiwa lama, sehingga segala tindakan yang berusaha Naga lakukan sekarang tidak akan bisa mengubah apa yang telah terjadi. Sebaliknya hanya dapat memandang lama wajah putus asa dan telah bersimbah darah akibat luka terbuka yang diterima.

'Itu aku.' begitulah pikirnya.

Sampai segala ingatan tersebut berganti lagi menjadi sebuah kenangan indah. Menampilkan dua orang remaja tengah tertawa lepas seraya berlari-larian mengejar satu sama lain, sebelum akhirnya mereka berdua terjatuh dan hampir berakhir tercebur ke dalam sungai.

Meski sempat terkejut keduanya lalu tertawa lagi, menyempatkan diri untuk bertukar umpatan pada satu sama lain dan segera bangkit guna melenggang pergi.

Naga tidak bisa mengingat kapan tepat nya ia pernah mengalami kejadian barusan. Namun bila memperhatikan rupa dari salah satu remaja yang kini mengulas senyuman lebar di wajah, maka itu adalah dirinya. Sedangkan remaja lainnya kemungkinan besar adalah Reksa saat keduanya masih sama-sama berusia muda.

Naga pikir ingatan itu telah berhenti sampai disana. Akan segera hilang dan berganti menjadi kenangan lain. Namun anehnya hal itu tidak terjadi.

Reksa muda yang seharusnya tidak bisa melihat Naga justru beralih menolehkan kepala dan memandang penuh tanya. Memasang ekspresi yang terasa tak asing di matanya.

"Anda ini siapa?"

Untuk sesaat Naga tertegun, tidak mengira bahwa seseorang yang berada pada sebuah ingatan lama dapat berbalik dan berbicara kepada nya.

Kemudian memastikan, "Apa kau bertanya padaku?"

Tidak ada jawaban yang diberikan, Reksa masih tetap mempertahankan pandangan menunggu balasan diberikan. Maka dari itu Naga menelan saliva sesaat sebelum menjawab dengan senyuman kaku terpasang.

"Naga Pervaiz Mahajana."

"Nah, mana mungkin, anda bukan dia." balas Reksa cepat. Berhasil membuat Naga terdiam untuk waktu yang cukup lama. Memikirkan kembali balasan yang hendak diberikan sebelum akhirnya membuka suara, "Apa yang baru saja kau katakan? Reksa ini aku—"

Belum sempat ucapan berhasil terselesaikan, Reksa berkata lagi, "Kau memandang ke arah orang lain." jeda sesaat, "Sedangkan Naga yang aku kenal hanya melihat kearah ku."

Sebuah senyuman kekanakan lantas terulas cerah di bibir sang remaja. Seolah kala itu tengah menceritakan suatu hal yang begitu menyenangkan untuk didengar.

"Bukankah kau seringkali merasa bahwa 'Ah, ini seperti bukan diriku' saat bersama dengan orang itu?"

"Bagaimana kau tahu?" tanya Naga, kali ini ganti dipenuhi oleh tanda tanya.

"Aku tahu. Karena aku selalu memperhatikan mu." tambahnya masih belum melepaskan senyuman terukir di wajah.

"Naga Pervaiz Mahajana adalah ingatan milik orang lain. Jadi bangunlah sekarang dan cari tahu siapa dirimu yang sebenarnya."

Setelah mengatakan itu Reksa lalu berbalik, mengejar ketertinggalan langkah dari 'Naga' muda yang sudah mendahului pergi. Tentu saja hal itu tidak dibiarkan begitu saja karena sang perwakilan penciptaan dengan cepat bergerak seraya meraih tangan dari lawan bicara nya.

Akan tetapi ketika jari bersentuhan dengan lengan, yang Naga dapati justru tubuh Reksa menjadi seperti membayang dan tak tersentuh. Layaknya sebuah gambaran dari film yang dapat dilihat namun tidak bisa dirasakan.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang