34. Perlawanan

66 11 0
                                    

"Ini uang nya." kata Vagen, menyerahkan kantung berwarna coklat berisi dua puluh perunggu kal yang kemudian Sasa terima tanpa mengatakan apapun.

Akan tetapi justru Vagen lah yang kini merasa penasaran, ingin tahu alasan di balik tindakan Sasa yang terbilang tiba-tiba setelah mendengar cerita mengenai kelompok Forsaken sebelum nya.

Jadi ia pun memutuskan untuk menemani pergi melakukan pembayaran. Menjauh dari anggota yang lain agar pembicaraan mereka tidak terdengar.

"Tapi kenapa kau tiba-tiba ingin melakukan nya? Apa kau tidak takut?" tanya Vagen setelah berada cukup jauh dan menempati barisan bersama Sasa.

"Takut apa?"

"Yah takut karena mereka tidak segan membunuh siapapun."

"Apa itu sesuatu yang perlu ditakutkan?"

Vagen terkesiap, mulut pemuda bersurai pirang dengan bandana merah terikat di dahi itu tampak terbuka dan menutup selama beberapa saat. Hendak mengatakan sesuatu namun terlalu terkejut sampai tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang tepat.

Begitu sudah berhasil mendapatkan nya barulah ia berujar, "Wah jagoan, kau pikir semua orang punya cukup kemampuan untuk bisa melawan? Tidak."

"Jumlah kalian lebih banyak, apa yang perlu ditakutkan?" tanya Sasa kemudian.

"Tidak semua kelompok bisa bekerja sama."

"Kalau musuh nya satu kenapa tidak?"

"Yang kau katakan mungkin benar, tapi kalau hal seperti itu bisa dilakukan tidak mungkin kita masih menunggu di luar seperti sekarang."

Sasa memilih tidak membalas, merasa bahwa jika ia mengatakan apa yang ada di dalam kepala saat ini hanya akan berakhir menyakiti si pendengar.

Jadi Vagen memanfaatkan hal tersebut untuk mulai bercerita lagi, menjelaskan pada Sasa soal tindakan kelompok Forsaken lain nya.

"Ada satu kelompok yang aku lupa nama nya, mereka sampai harus membayar satu perak kal hasil dari penggabungan seluruh uang yang dimiliki seluruh anggota. Tapi berakhir dihabisi oleh Forsaken karena dianggap lancang naik dua peringkat di hari yang sama."

Hal itu kemudian sukses menarik perhatian Sasa, begitu ingin mengetahui kelanjutan.

"Lalu? Serikat tidak tahu?"

Untuk sesaat Vagen mengusap helaian surai pirang pendek nya seraya berkata, "Aku rasa mereka bekerja sama? Tidak mungkin juga serikat tak mengetahui nya. Mungkin untuk menghindari naik peringkat dengan cepat? Kalau terlalu banyak petualang yang berhasil naik tingkatan akan sulit mengaturnya, apalagi ini kelompok bukan individu. Semua orang dipandang sesuai dengan kelompok yang dipegang."

Setelah mendengar penjelasan, Sasa memilih untuk tidak memberikan tanggapan lagi. Hanya memikirkan kemungkinan terjadi terkait keterlibatan serikat petualang dalam kekacauan yang ditimbulkan.

Ia lalu menimbang-nimbang pula beberapa hal berupa keuntungan yang didapat apabila benar serikat mendukung tindakan dengan mencegah kelompok lain menjadi kuat dengan cepat seperti yang dikatakan oleh Vagen.

Namun pada akhirnya entah mengapa Sasa justru merasa ada alasan lain yang melatarbelakangi kejadian. Dimana tidak terlihat semudah seperti yang di bayangkan.

Sempat terpikir olehnya untuk membicarakan hal ini kepada Naga sepulang dari dungeon nanti. Mengira bahwa mungkin ada sangkut pautnya dengan tugas sang kekasih yang menjadi alasan di balik kedatangan.

"Ngomong-ngomong kau menyadari sesuatu tidak? Banyak yang menatap ke arah sini." ujar Vagen lagi kepada Sasa dengan suara yang diturunkan.

Netra hijau serupa daun miliknya tak henti memandang ke arah sekeliling, memperhatikan bagaimana para petualang lain baik yang berada di barisan maupun yang tengah menunggu di luar beberapa kali tertangkap mata tengah mencuri lihat ke arah sang rekan.

[BL] Sistem Dunia KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang