05

2.5K 312 32
                                    







































Operasinya berjalan dengan baik. Satu hal yang membuat Jennie terus tersenyum sejak tadi sembari memegang tangan nenek Lee tanpa melepaskan nya. Setelah menunggu hingga lima jam lamanya, Akhirnya Jennie bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dari dokter.

Nenek nya sudah lumayan setelah melewati waktu berjam jam di dalam ruangan operasi.

"Nenek, jangan sakit lagi. Jangan tinggalkan Jennie sendiri seperti ini." Lirihnya pelan hampir berbisik ditelinga neneknya.

Kata dokter, Ia harus banyak bicara dengan nenek agar bisa cepat sadar dan membuka kedua matanya. Jennie tidak akan mau memikirkan hal lain saat situasi seperti ini yang malah akan membuatnya bersedih kembali. Ia harus melihat nenek lee sadar dulu sebelum menghadapi semuanya.

Soal perjanjian, dan soal hutang besar yang kini telah ia pinjam dari sosok pria asing itu, atau bahkan soal jaminan yang akan ia berikan.

Pintu ruangan terbuka tiba tiba membuat Jennie yang merebahkan kepalanya di ranjang nenek kini langsung bangkit dan menoleh ke belakang.

Begitu terkejut ketika melihat presensi seseorang disana yang melayang layang dipikirkan Jennie sejak tadi. Ia membeku di tempat. Harusnya ia mengusir sebab pria ini orang asing, kata dokter mereka tidak boleh membiarkan siapapun yang tidak dikenal untuk masuk.

Tapi— Jennie tentu tidak bisa melakukan nya. Kedatangan pria ini yang sangat tiba tiba membuat ia tidak bisa melakukan apapun lagi. Suasana berubah mencekam dimana hentakan kaki dengan sepatu berbunyi di segala sudut ruangan membuat Jennie merasa sangat terintimidasi.

"Kau tentu saja tidak lupa kalau kita sedang terlibat perjanjian besar saat ini."

Pria itu berucap lantang dengan langkah yang mendekati Jennie yang kini menundukkan kepala membelakangi dirinya. Senyum miring tidak lepas dari bibir tebalnya sejak masuk kesini. Ia datang karena murni sebuah perjanjian yang disetujui oleh gadis malang ini.

"Dan jangan terlalu mengulur waktu. I don't like."

Jennie merasakan tengkuknya disentuh, ia tersentak merasakan sensasi geli dan dingin secara bersamaan. Bagaimana tangan dingin pria itu menyentuh nya dengan sensual semakin membuat nya merasakan sebuah ketakutan besar.

Neneknya masih tidur dengan lelap. Jennie tidak tahu mengapa pria ini masuk disaat nenek nya masih dalam masa pemulihan seperti ini.

"T-tuan—"

"Ikut aku. Kau tidak bisa berlama-lama disini."

Jennie meneguk ludahnya kasar. "T-tuan, tapi nenekku masih belum sadarkan diri. Aku perlu mengurusnya hingga sembuh."

Terdengar desisan remeh dari mulut pria itu. "Aku akan mencabut jantung nenekmu jika kau tidak berdiri dari tempat duduk mu Jennie. Nenek mu akan di urus dengan baik di sini."

Dengan berat hati, Jennie berdiri dari duduknya dengan perasaan yang kalut. Memikirkan bagaimana neneknya nanti, siapa yang akan membawanya pulang? Apakah neneknya baik baik saja? Dan kemana pria ini akan membawanya? Meski Jennie tahu mereka sedang terlibat perjanjian di atas uang lima puluh juta won.

Tak bisa dipungkiri bahwa perkataan pria ini selalu terdengar mengerikan lebih dari apapun. Bagaimana bisa ia dengan santai mengeluarkan kata mencabut jantung orang lain? Jennie bergidik tanpa berani mengangkat wajahnya.

"Ikut aku. Atau aku akan menyeret mu sampai kedalam mobil." Ucapnya dengan penuh ancaman sembari berjalan terlebih dahulu meninggalkan gadis itu.

Jennie kini menatap lekat neneknya sebelum membubuhkan kecupan di dahi Nenek lee dengan penuh kelembutan. Satu tetes air mata lolos, Kini jennie mengambil sebuah kertas dan pulpen di atas nakas dan menuliskan sebuah pesan disana.

CRUELTY'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang