04

2.7K 338 22
                                    



Voment






















Jennie merasa kalut. Ia ingin menyerah saja sebab tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Pagi tadi, neneknya menjadi semakin memburuk kesehatan nya dan tidak sadarkan diri.

Dokter baru saja mengatakan kalau penyakit nenek Lee semakin parah dan tidak bisa ditunda untuk melakukan operasi. Jennie tentu merasa sangat bingung, ini belum waktunya untuk Terima gaji dan Tuan choi juga tidak bisa ditemui karena masih dalam mass berkabung karena kematian adiknya.

Itulah kenapa Jennie merasa sangat takut dan bingung. Dimana ia harus mendapatkan uang hanya dengan waktu hanya sehari? Sedangkan gajinya saja dalam bekerja paruh waktu hanya seperempat dari itu semua.

Hari ini Jennie tidak fokus untuk bekerja. Pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membayar semuanya lunas agar operasi itu segera di laksanakan.

Meminjam pada Tuan Choi hanya akan membuat Jennie merasa di prihatin kan. Tuan Choi pasti sedang mengurus masalah kasus pembunuhan yang menjadikan adik nya sebagai korban.

Hal itu tentu saja membuat Jennie merasa tidak enak sebab tuan Choi pasti membutuhkan lebih banyak biaya untuk mengurus semuanya. Lagi lagi Jennie menghela napasnya panjang. Hari sudah mulai sore dan mereka akan pulang kembali. Jennie merasa takut untuk kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi nenek lee.

"Jennie? Ku hitung hitung sudah seratus kali kau menghela napas hari ini." Nara yang kebetulan juga berada di sana kini berucap sambil memperhatikan teman kerjanya dari atas hingga bawah.

"Aku hanya— hanya.. Sedikit kelelahan." Jennie menjawab seadanya sambil menarik sudut bibirnya berusaha meyakinkan kalau ia baik baik saja. Meski sebenarnya Jennie sama sekali tidak merasa lelah ketika bekerja.

"Kau tidak fokus saat menata bunga itu. Apa kau  sedang ada masalah?"

Jennie hanya tersenyum tipis menggeleng pelan. Tidak tahu ingin menjawab apa. Meminta bantuan kepada nara tentu saja akan sangat merepotkan.

Mereka sama sama butuh uang untuk kebutuhan rumah masing masing, sebab nara juga kini sedang menyekolahkan adiknya. Jadi itu pasti membutuhkan biaya yang besar dan banyak.

"Nara— apa kau melihat jimin?" Jennie bertanya setelah keterdiaman mereka selama beberapa menit. Sejak pagi tadi ia tidak melihat sosok Jimin yang biasanya akan mengatur pesanan yang akan di antar.

Jennie pikir, pemuda itu akan menjadi tempat bercerita paling baik seumur hidupnya. Meski Jimin tidak selalu membantu dalam hal uang. Tetapi pria itu selalu bisa menenangkan dirinya. Jimin tahu bagaimana membuat Jennie merasa tenang dan tidak banyak pikiran seperti saat ini.

Nara yang mendengar itu menggeleng. "Kudengar dari Yuna dia tidak masuk. Jadi Yuna yang menggantikan untuk mengantarkan pesanan. Memangnya kenapa? Kukira kau dekat dengan jimin dans sering berkomunikasi dengannya."

"Sejak kemarin aku tidak mendengar kabar darinya. Mungkin saja dia sedang sibuk dengan keluarga nya." Jennie berucap menjelaskan apa yang dia tahu. Pesan nya kemarin saja tidak dibalas oleh pemuda itu membuat Jennie merasa sedikit jengkel.

Apakah jimin sesibuk itu?

"Enak ya jika masih punya keluarga? Tidak seperti kita ini yang hidup mencari nafkah dan Membanting tulang hanya untuk mendapatkan sesuap nasi." Nara terkekeh pelan seolah apa yang dia bicarakan tidak begitu penting.

Namun, Bagi Jennie itu merupakan hal yang sedang ia alami sekarang. Biaya rumah sakit nenek lee sangat besar sampai ia saja tidak akan mampu untuk membayarnya. Tidak ada yang bisa membantunya sekarang. sementara hari ini nenek lee sudah harus melakukan operasi.

CRUELTY'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang