Seharusnya pagi hari ini Haechan dapat dengan tenang menjalani aktivitasnya di kantor dengan rasa nyaman ditemani secangkir teh yang diberi gula satu sendok teh kecil selagi ia mengerjakan dokumen kantornya. Tetapi, sepertinya untuk hari ini ketenangannya tidak berlaku. Sebab, Kim Doyoung yang tak lain adalah Papi-nya kini sedang mencecarnya dengan sebuah permintaan yang Haechan sendiri tidak bisa melakukan dengan mudah.
"Papi tidak mau tau, papi cuma mau cucu" ucap Doyoung
Haechan memijat pelipisnya, ia merasa pusing karna permintaan orang tuanya. Haechan menghela napas pelan.
"Papi mau apa? Jam tangan baru, rumah, villa baru, atau tas? Biar aku belikan"
Haechan terus membujuk Doyoung agar permintaan tak masuk akalnya itu dapat di ubah. Tetapi, lagi dan lagi Doyoung menolak semua itu. Doyoung menggelengkan kepalanya dengan mantap bahwa ia benar-benar tidak ingin semua itu.
"Aku hanya ingin cucu" ucapnya sekali lagi
"Papi-"
"Haechan, kamu itu anakku. Anak dari Jung Jaehyun dan Kim doyoung satu-satunya. Papa kamu pergi bekerja, kamu juga bekerja. Apa kalian hanya akan terus menumpuk uang selama hidup? Apa puluhan perusahaan yang sudah di bangun tidak cukup untuk menghasilkan uang? Kamu dengan Jaehyun sama saja, kalian sama-sama gila bekerja, tidak pernah memikirkan aku yang merasa kesepian dirumah saat kalian tidak ada. Apa kamu pernah memikirkan perasaan Papi, Haechan?" jelas Doyoung panjang lebar
Doyoung masih duduk di sofa depan yang jaraknya tak jauh dari meja kerja Haechan. Haechan tidak tahu jika selama ini orang yang ia sayangi dengan tulus ternyata merasa kesepian. Ia jadi merasa bersalah karna terus sibuk dengan urusan perusahaan bahkan ia sering tidak pulang ke rumah orang tuanya.
Tapi tetap saja, permintaan Doyoung yang kali ini tidak bisa dituruti dengan mudah.
"Kamu melamun?!"
Haechan tersentak kecil saat Doyoung mengagetkannya.
"Jika papi merasa kesepian, ajak saja papa untuk buat anak lagi dan memberikan aku adik"
Haechan kembali mengalihkan tatapannya pada berkas yang ada di tangan miliknya. Ia sebisa mungkin menghindari percakapan ini.
"Tidak mau"
"Ya sudah" jawab Haechan dengan santai
"Haechan!"
"Papi, tapi tidak mesti harus minta cucu juga. Yang papi minta itu anak manusia"
Haechan menatap Doyoung dari kursinya. Doyoung bangkit dari duduknya lalu ia berjalan mendekat pada meja kerja milik anak semata wayangnya.
"Aku ingin cucu"
Haechan menghela napasnya kembali.
"Oke. Nanti aku akan adopsi bayi dari panti asuhan"
"Tidak!"
Haechan menatap Doyoung dengan bingung. Tadi papi-nya itu bersikeras memintanya cucu sekarang mengatakan tidak. Apa maunya?.
Doyoung mengerti tatapan bingung anak satu-satunya itu.
"Aku hanya ingin cucu dari kamu. Darah daging kamu"
"Tidak bisa" tolak Haechan dengan tegas
"Terserah. Aku hanya ingin cucu dari kamu. Cucu yang punya darah daging kamu sendiri yang dimana mengalir darah seorang keturunan Jung. Aku memberimu waktu selama enam bulan ke depan. Jika tidak, aku akan meminta Jaehyun untuk memberhentikanmu dari jabatan CEO-mu"
Setelah mengatakan itu, Doyoung pergi berjalan keluar dari ruangan anaknya meninggalkan Haechan yang mengurut kedua pelipisnya, pusing. Haechan menghembuskan napas kasarnya.
Bagaimana caranya ia bisa mendapatkan seorang anak dalam kurun waktu sesingkat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]
FanfictionSebuah perjalanan antara dua insan yang terikat kesepakatan, keduanya menyetujui kesepakatan itu bersama untuk tujuan yang saling menguntungkan. Apakah benar saling menguntungkan kedua belah pihak atau ada salah satu pihak yang di rugikan? This st...