Chapter 33

2.2K 259 9
                                    







Ucapan Jaehyun selalu terngiang di kepala kecil Renjun. Padahal itu sudah satu minggu berlalu, tapi dia masih terus di hantui oleh kalimat itu. Itu lah mengapa Renjun selalu banyak melamun dan tidak fokus akhir-akhir ini.

Renjun sangat pintar menyembunyikan segalanya dari Haechan. Haechan belum tahu menahu soal kedatangan Ayahnya minggu lalu, karna Renjun tidak pernah menceritakannya.

Renjun akan bertingkah normal bila sedang bersama Haechan dan akan kembali menjadi senyap dalam diam apabila Haechan jauh darinya.

Renjun memikirkan bagaimana untuk menemukan jalan keluarnya. Apa yang harus dia lakukan? Ayah dari Haechan sudah jelas tidak merestuinya. Bahkan Jaehyun dengan lantang memintanya untuk pergi jauh dari Anak dan calon cucunya.

Sungguh Renjun hanya ingin bahagia, namun kapan datangnya hari itu, mengapa begitu sulit. Semua kebahagiaannya bisa hilang dalam sekejap.

Baru saja pekan lalu hubungan mereka mengalami perubahan, namun dalam sekejap pula hubungan mereka siap di porak-porandakan.

"Aku merasa bahwa seakan-akan Tuhan mengetuk kepalaku, membuatku mengerti semua keindahan yang ku pikir milikku hanyalah ilusi" ucapnya dalam hati

Tak beberapa lama Renjun tersentak kaget saat ada sebuah tangan mengelus pipinya. Haechan menyerngit bingung akan perilaku Renjun yang banyak melamun.

"Ada apa denganmu?"

"Hum?.. Tidak ada apa apa" balasnya tersenyum

Haechan mengerti dan dia bukan laki-laki bodoh. Senyuman Renjun itu palsu. Haechan menatap Renjun dengan sedikit serius serta di bumbui khawatir.

"Kau ingat bukan jika aku pernah mengatakan untuk berbicara apapun padaku jika memang ada yang mengacaukan pikiranmu?"

"Aku ingat, Mas Haechan" jawabnya dengan nada lembut

Haechan tidak bisa menyembunyikan senyum meronanya saat mendengar balasan Renjun. Lelaki dewasa itu masih belum terbiasa dengan panggilan Renjun yang memanggilnya dengan Mas.

Melihat pipi Haechan yang merona seperti anak gadis sedang jatuh cinta, membuat Renjun tertawa gemas.

Renjun menangkup pipi Haechan.

"Kenapa merah sekali pipinya, Mas? Kamu demam?" Renjun sengaja meggoda Haechan

"Renjun"

"Iya Mas Haechan sayang?"

Haechan menarik salah satu tangan Renjun dari pipinya, membawa tangan mungil itu untuk melekat pada dada bidangnya.

"Kau bisa merasakannya bukan?"

Degup jantung Haechan bergerak cepat, Renjun bisa merasakannya. Lantas pria mungil itu terkekeh.

"Aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Tapi aku yakin, detakan cepat ini pasti karna terjadi perubahan adrenalin yang mengakibatkan gangguan pada saraf simpatik dan vagus di bagian dadaku. Maka dari itu muncul lah rasa sakit di jantungku seperti kekurangan oksigen. Dadaku seakan akan meledak saat tiap kau memanggilku dengan panggilan itu"

Tawa Renjun terlepas begitu saja saat mendengar alasan Haechan. Bagi ia momen ini sangat menggemaskan untuknya. Sebab lelaki tan itu sangat jauh berbeda dari sekarang.

Tidak ada lagi Jung Haechan yang arogan, tidak ada lagi Jung Haechan yang tidak peduli dan membatasi diri dengan nya. Karena saat ini yang ada hanya Jung Haechan yang menggemaskan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang