Note : untuk yang wp nya error dan cuma keliatan setengah alur, nanti keluar dulu dari cerita ini abis itu masuk lagi dan semuanya bakal kembali full karna aku nulis hampir 1k kata.
"Sial"
Tangannya seketika bergerak menekan nomer telepon yang langsung tertuju pada Sekretarisnya, Sungchan.
"Sungchan, tolong undur pertemuan ku dengan perusahaan Bluewings 3 jam ke belakang. Ada hal yang harus aku urus lebih dulu" ucapnya dengan tegas.
"Baik, pak. Jadwal selanjutnya akan saya konfirmasi pada pihak client"
Setelah mematikan sambungan telepon, Haechan bergegas mengambil Jas kantornya lalu pergi dari perusahaan.
Kurang lebih sepuluh menit yang lalu, Doyoung mengatakan bahwa dia ingin menginap di rumahnya sedangkan di rumah ada Renjun yang belum mengetahui akan kedatangan Doyoung yang tiba-tiba ini. Lelaki gemini itu berharap semoga saja Doyoung belum sampai ke rumahnya sebelum dirinya datang lebih dulu.
Sementara itu, mobil Honda HRV berwarna putih milik Doyoung sudah sampai di pekarangan rumah besar milik Haechan. Setelah turun dari mobil, dia menaiki tangga kecil di depan rumah yang langsung mengarah ke arah pintu utama.
Sayup-sayup Doyoung mendengar percakapan antara dua orang setelah ia sudah masuk ke dalam rumah.
"Tidak apa. Tapi kau sudah pastikan tidak ada yang tahu tentang rahasia ini, kan?"
"Rahasia apa?" ucap Doyoung yang baru saja datang dari arah pintu utama.
Doyoung mendekat, bunyi sepatu heels dengan hak pendek yang di kenakannya itu menggema di dalam ruangan karna sunyi yang melanda dengan tak terduga.
Jeno dan Renjun mereka berdua sontak terkejut dan menoleh dengan cepat pada sumber suara. Dapat mereka berdua lihat, laki-laki dengan kemeja satin biru bercelanakan jeans datang menghampiri mereka.
"Papi!" teriak Jeno
Kedua alis Doyoung mengkerut heran melihat mimik muka Jeno.
"Kau kenapa, Lee Jeno? Terkejut sekali melihat kedatangan ku"
Doyoung mendudukan diri di sofa tepat samping Jeno. Dia merasakan jika saat ini ada seseorang memperhatikan dirinya. Lantas atensi Doyoung teralihkan pada Renjun. Dia tidak mengenal siapa lelaki mungil yang berada di rumah anaknya saat ini.
"Kau, siapa?"
"Aku.. A-aku.."
"Istri ku"
"ISTRI?!" pekik Doyoung
Kemacetan ibu kota Seoul membuat Haechan tidak dapat sampai pada tepat waktu. Dia terlambat, Doyoung lah yang sampai lebih dulu.
Haechan langsung berjalan ke arah Renjun dan duduk di sampingnya.
"Kau bilang apa?!"
Renjun memejamkan matanya takut. Bukan hanya dia, Jeno pun ikut meringis mendengar nada tinggi Doyoung.
"Haechan, jangan bercanda dengan ku. Kau tidak bilang apapun pada Papa mu dan juga aku jika kau sudah memiliki istri. Kapan kau menikah? Di mana kalian menikah? Kapan kalian bertemu? Bagaimana bisa kau menyembunyikan ini pada orang tua mu sendiri Haechan!"
"Dan kau tidak menanyakan apakah aku merestui hubungan mu atau tidak? Aku Papi mu, Jung Haechan!"
Melihat ekspresi dan nada bicara Doyoung seperti itu, sangat membuat Renjun takut. Tanpa sadar dirinya menggenggam tangan milik Haechan dengan kuat yang membuat si empu menoleh merasakan remasan kuat pada tangannya.
Haechan dengan memberikan sedikit ketenangan dengan mengelus punggung tangan Renjun dengan ibu jarinya. Mencoba seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
"Aku minta maaf. Aku dan dia sudah menikah diam-diam dan hubungan ku dengannya sudah berjalan enam bulan"
Haechan meruntuki kebodohannya, omong kosong apa yang baru saja ia katakan pada Papi-nya. Namun, di saat itu pula jauh dalam lubuk hatinya Haechan sangat merasakan perasaan bersalah karna telah berbohong pada orang yang sangat ia sayangi.
"Aku itu orang tua mu, Jung Haechan. Kenapa kau menikah tanpa meminta restu padaku?" Manik Doyoung menatap pada putranya.
"Aku menyembunyikan pernikahan ini karna takut jika dirimu dan Papa tidak merestui pilihan ku. Istriku bukan berasal dari keluarga kaya melainkan sederhana. Papi pasti tahu apa maksud dari perkataan ku, maka dari itu aku memutuskan untuk menikahinya secara diam-diam"
Haechan mengangkat tangan bersamaan dengan mengangkat tangan Renjun. Doyoung sudah melihat jika sebuah cincin melingkar di jari manis mereka.
"Ini bukti cincin pernikahan kami, Jika Papi masih belum percaya tanyakan saja pada Jeno karna dia menjadi saksi pada saat itu"
Jeno yang sedari tadi hanya menyimak lantas terkejut membelalakan kedua matanya, dia menatap Haechan tajam.
"AKU?!" pekiknya
"Jung sialan Haechan!! Bagaimana bisa dia menjadikan aku kambing hitam pada rencana bodohnya ini!!" runtuk Jeno kesal dalam hati.
"Jeno! Kau itu keponakan kesayanganku dan apa yang kau lakukan, kau malah justru menyembunyikan hal sebesar ini dari Papi?!" Doyoung menatap tajam Jeno.
"Eh.. Anu pi, itu.."
"Apa?!"
Jeno melirik Haechan dengan sengit, seolah mengatakan jika semua ini adalah salah laki-laki tan itu.
"Gara-gara kau!!"
"Jung Haechan dan Lee Jeno sekarang juga berdiri kalian di hadapanku" titah Doyoung dengan nada tegas
Jika sudah seperti ini artinya Doyoung marah besar. Kedua anak laki-laki itu lantas segera berdiri di hadapan Doyoung yang kini entah sejak kapan sudah duduk di samping Renjun. Renjun hanya dapat terdiam memainkan jarinya gugup serta takut.
Doyoung beranjak dari sofa lalu berjalan ke arah belakang Haechan dan juga Jeno.
Dengan tanpa di duga Doyoung menarik salah satu telinga mereka secara bersamaan, menimbulkan pekikan sakit yang keluar dari kedua mulut kakak dan adik sepupu itu."Pi, Papi sakit pii ampuni Nono!" ucap Jeno mengaduh
"Lepas pi telinga ku sakit!"
Kakak dan adik itu terus terus mengaduh memohon belas kasih agar Doyoung mau melepaskan telinga mereka. Dapat mereka yakini bahwa telinga Haechan dan Jeno memerah.
"Aku tidak peduli, biar saja kalian rasakan. Ini hukuman kalian karna telah menutupi hal itu dari ku!"
Renjun tidak menyangka bahwa apa yang dia pikirkan tidak seburuk itu. Justru saat ini dia tertawa kecil saat ini. Doyoung, Haechan maupun Jeno menatapnya kompak.
Haechan baru pertama kali ini mendengar suara tawa Renjun karena selama mereka tinggal bersama Haechan tidak pernah melihat seutas tawa dari Renjun.
Fakta baru yang baru saja Haechan ketahui adalah Renjun itu cantik saat dia sedang tertawa.
Sadar akan di perhatikan, membuat Renjun seketika menghentikan tawanya. Dia jadi canggung dan gugup. Saat Doyoung melepaskan cengkraman dari telinga kakak dan adik itu.
"Kau tertawa?" ujar Doyoung
Renjun tidak paham dengan ekspresi Doyoung saat ini. Perasaan takut kembali hadir dalam dirinya, Haechan yang mengerti akan situasi itu pun berusaha menegur Doyoung.
"Papi"
Doyoung mengabaikan seruan Haechan, Ia berjalan menghampiri Renjun.
"Kau juga harus di beri pelajaran, karna telah berani menikah dengan putraku"
"Papi!!"
Kalo ada typo tolong beritahu ya, besok aku update lagi. Terimakasih banyak yang udah vote dan baca buat buku ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]
FanfictionSebuah perjalanan antara dua insan yang terikat kesepakatan, keduanya menyetujui kesepakatan itu bersama untuk tujuan yang saling menguntungkan. Apakah benar saling menguntungkan kedua belah pihak atau ada salah satu pihak yang di rugikan? This st...