Suasana dalam ruang tamu begitu tegang dengan Jeno yang masih terduduk lemas di sofa dan di sedang di tenangkan oleh Renjun. Haechan berdiri di hadapan dua submissive itu dengan perasaan campur aduk, antara khawatir dan marah dengan keadaan keduanya.
Haechan tak menyangka bahwa orang yang ia mati-matian untuk menjauhkannya dari keluarganya justru kini kembali dan Ia lebih tidak bisa berpikir bagaimana bisa Renjun pulang bersamanya.
Haechan mengusap wajahnya kasar.
"Mas"
Haechan mengangkat tegas tangannya mengisyarakan bahwa Ia tidak ingin mendengar apapun. Jeno melirik Renjun yang menatap Haechan dengan sendu.
"Aku pergi jauh darimu bukan berarti kau bisa bebas berkeliaran di luar! aku memberimu izin pergi bukan berarti pergi bersama orang lain! Dan apa-apan itu, kau menyuruh supir untuk pulang lebih dulu dan kau asyik dengan laki-laki itu? Dimana otakmu?!"
Haechan meninggikan suaranya pada Renjun, membuat pria kecil itu tersentak dan menangis. Jeno, berusaha membantu dan mencoba meredam amarah sepupunya.
"Haechan-"
"Jangan mencoba untuk memotong ucapanku, Lee Jeno"
Ucapan dengan nada dingin milik Haechan membuat Jeno sedikit ikut merasakan atmosfer yang mencengkam.
"Kau tahu kenapa aku bisa tiba-tiba ada di rumah?"
"Jawab!"
"Tidak- hiks"
"Aku sudah menugaskan dua orang bodyguard untuk menjagamu dari jauh dan melaporkan segala yang kau lakukan selama aku tidak ada. Hingga sampai dimana aku mendapatkan kabar bahwa kau sedang bersama seorang pria. Aku sempat berpikir bahwa kau sama saja dengan orang-orang yang berkhianat diluaran sana. Dan sialnya, dari banyak pria di dunia ini mengapa dengan harus dia!"
"Aku rela meninggalkan semua pekerjaanku hanya karna aku khawatir! Kau tidak akan paham rasa takut seperti apa yang aku alami saat mengetahui bahwa kau bersamanya. Kau tidak akan paham! Kau seharusnya tahu siapa dan berasal dari mana dirimu, lalu untuk apa kau berada disini. Agaknya semakin hari kau semakin kehilangan akal dan berbuat apapun semaumu. Ingat batasanmu, Renjun. Kau masih ada dalam kehendakku"
"Kau tidak lebih dari seseorang yang ku beli untuk hanya sekedar mengandung anakku"
"Haechan, kau keterlaluan!!"
Teriak Jeno tak tahan pada perkataan kasar yang keluar dari mulut sepupunya. Jeno menatap Renjun khawatir karna pria mungil itu semakin terisak setelah Haechan merendahkan dirinya.
Renjun tidak paham dan dia tidak tahu apapun tentang latar belakang mereka. Renjun hanyalah pendatang baru yang hanya singgah sementara.
Namun, pantaskah ia mendapatkan kalimat yang merendahkan dirinya seperti itu?
"Jangan menyalahkan Renjun, dia tidak tahu apapun. Kau menyakiti hatinya jika terus bersikap seperti ini"
"Kau membelanya?"
"Aku tidak bermaksud membela. Namun, itu fakta. Renjun, tidak mengenal kita dan dia tidak mengetahui segala tentang keluarga kita, apa lagi masa laluku. Dia hanya seseorang yang baru saja singgah dalam kehidupan mu"
"Lagi pula bukankah Renjun sudah mengabari mu lebih dulu, untuk meminta izin padamu dari awal dan kau sendiri yang memberikan dia izin untuk itu. Cobalah belajar untuk mengerti, Jung Haechan"
"Terserah!"
Haechan pergi begitu saja, meninggalkan keduanya disana.
Jeno merapatkan jarak dengan Renjun. Ia mengusap bahu kecil itu dan menatap sendu.
"Tenanglah Renjun. Haechan memang sangat marah saat ini, tapi percayalah padaku bahwa itu tidak akan lama"
Ucap Jeno sembari memberikan senyuman untuk menenangkan perasaan Renjun.
Jeno menjeda ucapannya sejenak, beberapa detik kemudian dia bersuara dengan ragu.
"Boleh aku bertanya padamu?"
Renjun mengangguk ketika dia sudah merasa sedikit lebih tenang saat itu.
"Darimana kau bertemu dengan Mark?"
Lalu Renjun menjelaskan dengan perlahan pada Jeno segalanya, bagaimana ia bertemu dengan laki-laki kanada itu. Jeno menumpahkan setetes derai air mata dari mata cantiknya.
"Dia benar-benar mengatakan itu padamu?" tanya Jeno dengan suara liriknya, lalu ia mengusap air matanya.
"Kau tahu, siapa Mark?" Renjun menggeleng
"Dia mantan suamiku"
"Jadi.."
"Iya benar, aku adalah orang yang Ia ceritakan padamu. Kau ingin tahu cerita lengkapnya?"
Renjun menatap Jeno, membuat laki-laki bermata bulan sabit itu tersenyum kecil padanya.
"Baiklah, begini ceritanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]
FanfictionSebuah perjalanan antara dua insan yang terikat kesepakatan, keduanya menyetujui kesepakatan itu bersama untuk tujuan yang saling menguntungkan. Apakah benar saling menguntungkan kedua belah pihak atau ada salah satu pihak yang di rugikan? This st...