Chapter 13

4.1K 426 10
                                    

Dering ponsel Renjun yang ia letakkan diatas meja ruang tamu tiba-tiba berbunyi saat dirinya sibuk membersihkan sofa, Renjun menjawab panggilan itu.

"Halo, Renjun"

"Iya, Tuan?"

Orang disebrang telepon tersebut berdecak

"Panggil namaku"

"I-iya, Haechan.." Jawab Renjun dengan ragu

"Itu lebih baik. Renjun, tolong bisa kau pergi ke kamarku dan ambil berkas berwarna biru, aku meletakkannya diatas meja kerja dan aku lupa membawanya. Bisa kau antarkan ke kantorku?" ucap Haechan

"Baiklah, aku akan mencari dan mengantarkannya"

"Terimakasih"

Haechan langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Renjun lantas berjalan ke arah anak tangga untuk ke kamar Haechan. Renjun sebenarnya bisa saja menggunakan lift yang lebih mudah dan tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk menaiki anak tangga. Tetapi, ia segan karena merasa tidak mempunyai hak dirumah ini untuk berbuat semaunya.

Kini Renjun sudah berdiri dikamar pribadi milik Jung Haechan. Ia membuka pintu kamar tersebut kemudian melangkah masuk ke dalam. Kamar itu sangat luas, lebih luas dari kamar miliknya yang berada dilantai kedua. Renjun melihat sekeliling dengan takjub, ia terkesan dengan kerapihan kamar Haechan. Kamar yang bernuansa abu gelap dan hitam dihiasi ornamen ukiran gold disetiap sudut. Jendela dikamar Haechan lebih besar dan lebih cantik dibalut gorden putih bergadiasi gold berkilau.

Renjun melangkah ke arah meja kerja disudut ruangan. Diatas meja kerja itu Renjun menemukan yang dia cari, lantas mengambilnya. Saat hendak kembali berbalik arah, pandangnya teralihkan pada sebuah dua bingkai foto yang terpajang. Renjun mengambil foto itu untuk melihat dalam jarak dekat. Dalam foto itu terdapat seorang laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat dekat. Sepertinya ini foto memiliki dua perbedaan usia. Jika Renjun perhatikan, keduanya terlihat sangat cocok dan serasi.

"Ternyata benar, dia kekasihnya"

*sebagai gambaran kurang lebih seperti ini

*sebagai gambaran kurang lebih seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun memandang gedung tinggi bertingkat dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun memandang gedung tinggi bertingkat dihadapannya. Ini kedua kalinya ia datang ke kantor milik Haechan.

Setelah dari meja resepsionis tadi untuk mengkonfirmasi kedatangannya. Kini Renjun sedang berhenti sejenak membungkukkan setengah badan sembari mengatur napasnya karena terengah-engah akibat menaiki puluhan anak tangga. Tadi sebelumnya pun Renjun ingin menggunakan lift tetapi banyak karyawan yang menggunakannya hingga batas lift sudah tidak dapat menampung, jadi Renjun urungkan.

Renjun yang bukan karyawan dikantor ini pun merasa tidak berhak untuk menghambat pekerjaan semua karyawan yang mungkin terburu-buru melakukan perintah dari atasan. Lagipula wajar saja jika lift diperusahaan ini penuh, Haechan memiliki ratusan karyawan yang bekerja dibawah pimpinannya.

Hanya tinggal dua lantai lagi untuk sampai dilantai yang menjadi tujuan. Renjun dalam diam menyumpah serapahi dirinya yang malas berolahraga sehingga tubuhnya mudah lelah dan napasnya pendek. Renjun melanjutkan menaiki anak tangga tersebut.

"Semangat, sedikit lagi sampai" ujarnya dengan napas tersengal

Saat sudah sampai di anak tangga yang terakhir dan hendak menginjaknya, ia justru terhuyung ke belakang dan jatuh menggelinding ke bawah.

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang