Haechan turun dari mobil, ia berjalan memutar arah ke pintu penumpang lalu ia buka pintu penumpang itu. Dengan sigap ia menyelipkan lengan kanannya ke bahu Renjun serta lengan kirinya ia selipkan dibelakang lutut Renjun dan dengan mudahnya Haechan mengangkat tubuh pria kecil itu, membawanya untuk masuk ke dalam rumah.
"Hanya kaki kanan yang terluka, kaki kiriku masih dapat berjalan. Jadi, sebaiknya kau turunkan saja aku"
ucap Renjun yang tak enak karna merasa merepotkan untuk Haechan. Renjun memandang wajah pria gemini yang kini berjarak dekat.
"Kalau kau tidak ingin jatuh lagi, lebih baik peluk aku dengan erat"
Renjun menutup mulutnya memilih diam tak membalas. Ia mencoba mengalungkan kedua tangannya pada leher Haechan dan membiarkan Haechan membantunya. Lagipula ia juga tidak begitu yakin dapat berjalan dengan bertumpu satu kaki tanpa bantuan tongkat.
Saat sudah tiba dikamar Renjun. Haechan mendudukan Renjun perlahan diatas ranjang tempat tidur. Kemudian dengan tiba-tiba Haechan berlutut dihadapan Renjun. Ia sedikit mendongak menatap Renjun.
"Boleh, aku menyentuhnya?"
Kedua netra cantik Renjun membola. Dengan mengangguk terpatah-patah, Renjun mengizinkan Haechan untuk menyentuh perutnya yang masih datar.
Haechan perlahan menyentuh dan merasakan sebuah rasa yang membuncah. Lelaki dihadapannya yang ia ajak untuk sebuah perjanjian ini sekarang benar-benar sedang mengandung darah dagingnya. Meskipun keduanya tidak ada ikatan resmi pernikahan tetapi baginya, kehadiran seorang bayi yang masih ada didalam perut Renjun cukup membuatnya merasakan euphoria.
Ternyata seperti ini, perasaan yang menggambarkan arti kebahagiaan seorang ayah.
Tanpa sadar Haechan mengulas senyum tipis dan itu tidak luput dari penglihatan Renjun.
Haechan kembali menatap Renjun "Jika kau menginginkan sesuatu beritahu aku. Jika kau ingin keluar dan ingin membeli sesuatu saat aku tidak ada, minta salah satu maid dan sopir untuk mengantar jemput. Aku harap kau patuh pada perkataanku, karna kini kau sedang mengandung. Aku akan menjaga kalian mulai detik ini"
Renjun mengangguk paham, kemudian Haechan beranjak diri.
"Tunggu disini, aku akan mengambilkan makanan untukmu dan juga obat yang masih tertinggal dimobil" ucapnya
Beberapa menit kemudian. Seporsi makanan dan segelas minum dengan nampan yang ia bawa, Haechan kembali masuk ke dalam kamar Renjun. Renjun yang sedang memperhatikan pergelangan kaki kanannya yang terbalut kini mengalihkan pada sang Tuan rumah yang baru saja kembali. Haechan berjalan mendekat lalu duduk di ranjang sebelah sisi.
"Makanlah. Setelah makan istirahat dan tidur. Aku harus kembali ke kantor untuk mengurus meeting yang tertunda" katanya
"Maaf"
Renjun meminta maaf pada Haechan. Karena bukannya membantu Haechan, ia justru menambah beban Haechan. Haechan menatap Renjun tak mengerti.
"Untuk?"
"Karena menghambat pekerjaanmu" ucap Renjun menyesal
"Kejadian ini diluar dugaan. Lagipula dengan ini kita mendapatkan kabar jika kau sedang mengandung bukan? Sepertinya kau juga tidak sadar bahwa kau sedang hamil. Lain kali berhati-hatilah Renjun"
Renjun mengangguk patuh. Tak lupa ucapkan terimakasih juga pada Haechan.
"Aku pergi dulu"
Haechan melangkah pergi setelah memberikan elusan diatas puncak kepala Renjun, mengusap pelan rambut itu yang membuat Renjun tertegun tak menyadari jika Haechan sudah menutup pintu kamar. Renjun menaruh salah satu tangannya di dada, menikmati denyut jantung yang berdetak cepat.
author's note : update kali ini pasti ngecewain kalian. So i'm so sorry if i made you sad or disappointed you, i sincerely apologize.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]
FanfictionSebuah perjalanan antara dua insan yang terikat kesepakatan, keduanya menyetujui kesepakatan itu bersama untuk tujuan yang saling menguntungkan. Apakah benar saling menguntungkan kedua belah pihak atau ada salah satu pihak yang di rugikan? This st...