Chapter 8

4.2K 475 2
                                    

Matahari sudah menampakkan cahaya paginya sedari tadi, seorang laki-laki berkulit tan bermarga Jung itu terlihat sangat sibuk bolak-balik dikamarnya sendiri karena dirinya sudah terlambat pergi bekerja. Semalaman dia lembur di ruang kerjanya, mengerjakan sisa pekerjaan kantor yang kemarin belum tuntas.

Biasanya di jam segini Haechan sudah rapih dan lengkap dengan kemeja, dasi dan jasnya. Tetapi, sekarang ia baru saja selesai memakai kemeja kantor. Haechan buru-buru mengambil dasinya yang di gantung rapih dalam lemari. Ia tidak punya waktu lebih banyak lagi, jadi dirinya memutuskan untuk memakaikannya nanti saja. Lebih baik ia turun lalu segera menyempatkan untuk sarapan walaupun hanya sedikit.

Setelah sampai di ruang makan, Haechan melihat sudah ada Renjun di sana sedang duduk dikursi meja makan. Haechan melangkahkan kakinya mendekat, lalu dengan cepat mengambil dua lembar roti dan mengoleskan selai coklat di atasnya.

Saat mulutnya sedang sibuk mengunyah roti sedangkan kedua tangannya sibuk memakai dasi yang belum terpasang. Sepertinya fokus Haechan terbagi dua, makanya sedari tadi lipatan dasinya belum tertata dengan benar.

Renjun belum memakan apapun dan masih terus memperhatikan Haechan yang berusaha memasang dasinya sendiri. Renjun bangkit dari duduknya lalu berdiri melangkah mendekat pada Haechan yang berada di seberang meja.

"Izinkan aku membantumu"

Tanpa menunggu jawaban Haechan terlebih dahulu, Renjun langsung memegang kedua pundak Haechan lalu memutar tubuh tegap itu untuk menghadap ke arahnya. Dengan perlahan dan sangat telaten, Renjun mulai memasang rapih dasi yang melingkar dikerah kemeja Haechan.

Haechan memperhatikan Renjun dari jarak dekat seperti ini pun agak sedikit terganggu. Karena biasanya ia sangat tidak suka jika ada orang yang ingin berdekatan dengannya. Tetapi kali ini, ia akan memakluminya sebab seperti memang perlu bantuan untuk saat ini.

"Selesai" ucap Renjun

Haechan melirik dasinya sebentar. Cukup takjub dengan hasil kerja lipatan lelaki mungil itu buat pada dasinya, sangat rapih.

"Terimakasih. Aku akan pergi sekarang, kau tetap diam di rumah jangan pergi kemana pun" kata Haechan yang memperingati Renjun

Kemudian Haechan berlalu pergi.

"Sebenarnya jika boleh aku jujur, dia itu tampan, sayangnya dia terlalu sombong" gumam Renjun

Renjun terdiam sesaat. Entah mengapa saat Haechan berpesan seperti tadi, ia merasa dirinya seperti seorang istri yang diberi amanat dari suami.

Renjun menggelengkan kepalanya "kau berpikir apa Huang? Dia itu berbeda denganmu. Dia seperti berlian sedangkan kau? Hanya sebuah perak yang beruntung di tolong oleh sebuah berlian"







Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang