Chapter 12

4.9K 461 21
                                    

Renjun menggeliat dalam tidurnya, ia perlahan membuka kedua mata cantiknya menormalkan pandangan yang sedikit buram. Jendela besar yang tidak tertutup kain gorden menunjukkan langit senja. Itu artinya hari sudah petang. Ah, berapa lama ia tertidur?

Kemudian perlahan Renjun menopang tubuhnya beranjak bangun dengan menggunakan kedua sikunya untuk bertumpu.

"Astaga"

Renjun merintih menaruh tangannya tepat dibawah perutnya. Daerah sensitifnya sangat sakit dan masih perih hingga kini.

Ia baru sadar dan mengingat bahwa tadi pagi dirinya dan Haechan telah melakukan hubungan intim. Ya, mereka berdua telah bercinta tadi pagi. Tetapi, menurut Renjun itu bukanlah bercinta, karena faktanya mereka tidak mencintai satu sama lain.

Renjun menarik napas lalu membuangnya perlahan. Melirik sisi tempat tidurnya yang telah kosong entah sejak kapan laki-laki itu pergi, ia benar-benar tidak menemukan satu sosok yang telah menggagahinya, justru yang Renjun temukan adalah sebuah kartu hitam atau black card yang diyakini itu adalah milik Haechan dan secarik kertas catatan kecil disana.

Ia ulurkan tangannya untuk menggapai benda tersebut. Renjun membaca catatan kecil diatas kertas itu yang bertuliskan

"Bersihkan tubuhmu terlebih dahulu setelah itu pergilah makan dan kartu itu untukmu. Pakailah kartu itu untuk kebutuhanmu saja, untuk uang kebutuhan adikmu sudah aku atur kau tidak perlu khawatir. Maaf karena meninggalkanmu begitu saja"

Mata Renjun berair, air matanya sudah siap jatuh kapan saja. Ia tertawa kecil bukan karena ada hal lucu, tetapi ia menertawakan dirinya sendiri.

Jalang

Satu kata itulah yang ada dipikirannya saat ini, setelah dipakai dan diberi uang lalu ditinggalkan dalam keadaan tidak berbusana. Renjun mendongakkan kepalanya berusaha untuk manahan air mata agar tidak jatuh menuruni pipi, ia menepuk tepuk pelan kedua pipinya yang berisi.

"Tidak boleh menangis, tidak boleh menangis, ayo Renjun kau tidak boleh menangis. Ingat, ini demi adikmu, sadarlah"

Renjun menarik napas sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan lewat mulut, ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Sekiranya sudah lebih baik dia mencoba untuk beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya yang kotor.

"Lebih baik aku mandi"

Walaupun harus berjalan dengan tertatih Renjun harus membersihkan tubuhnya yang lengket. Setelah menghabiskan waktu untuk membersihkan diri, Renjun kembali mengarahkan jarak pandang pada tempat tidurnya yang berantakan dan ada noda darah dikain sprei yang ia yakini darah itu miliknya. Renjun lantas bergegas membereskan semuanya.

Selepas semuanya beres dan bersih, Renjun turun dari lantai dua bersamaan dengan itu Haechan datang ke arahnya tetapi ada hal asing menurut Renjun.

Ada seorang perempuan dibelakang Haechan.

"Kau baru saja bangun?" tanya laki-laki bermarga Jung itu, Renjun mengangguk

Haechan menengok ke arah belakang, ia berbicara pada perempuan itu

"Kau duluan saja ke ruanganku"

"Oke" jawab perempuan itu

Perempuan itu pun melangkah ke arah lift yang ada dirumah Haechan. Renjun memperhatikan perempuan itu seolah dia sudah hafal letak sudut rumah milik Haechan. Haechan mengalihkan pandangannya ke arah Renjun yang masih setia melihat perempuan yang tadi bersamanya.

"Renjun"

"Ya?"

"Kau sudah makan?"

Renjun menggeleng sebagai jawaban
"Aku baru saja turun dan akan pergi ke dapur untuk makan lalu kau datang"

"Kalau begitu makanlah, aku masih ada urusan" kata Haechan yang berlalu pergi meninggalkan Renjun

Renjun betah menatap punggung gagah itu yang sudah menjauh. Selepas itu, ia melanjutkan kembali untuk pergi ke dapur.

Bukannya memakan makanan yang ada dihadapannya, Renjun justru duduk termenung di kursi, mengabaikan makanan itu. Pikirannya sedari tadi melayang pada sosok perempuan tadi.

"Apa perempuan tadi itu adalah kekasihnya? Jika benar dia kekasihnya, kenapa dia tidak minta saja padanya? Oh, apa hubungan mereka tidak direstui?"

Renjun berdecih.

"Kenapa kau berdecih?"

Renjun terkejut dengan suara tiba-tiba itu. Bukan, itu bukan suara Haechan. Itu suara perempuan. Perempuan itu menarik kursi disamping Renjun lalu duduk disana.

"Ak-aku tidak" jawab Renjun gugup

Perempuan itu menjulurkan tangannya pada Renjun

"Aku Kim Min-Jeong, panggil saja Winter" ucapnya sambil tersenyum ramah

Renjun membalas uluran tangan itu
"Huang Renjun"

"Kau siapa dan kenapa ada dirumah Haechan?" tanya Winter setelah meminum air di gelas yang ia bawa

Deg

"A-ku temannya" Winter mengangguk

"Kenapa tidak dimakan, kau sakit?" tanya Winter kembali, ia melirik sepiring nasi dan lauk pauk yang ada dihadapan pria kecil itu

"Tidak, aku akan memakannya" jawab Renjun lalu menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya

Winter tertawa pelan melihat tingkah pria yang baru saja ia kenal itu.

"Kau sangat manis" katanya

Setelah itu dia bangun dari kursinya "Lanjutkan makanmu, aku akan kembali ke ruangan Haechan" ucapnya lalu pergi membiarkan Renjun menghabiskan makanannya











Setelah itu dia bangun dari kursinya "Lanjutkan makanmu, aku akan kembali ke ruangan Haechan" ucapnya lalu pergi membiarkan Renjun menghabiskan makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Min-jeong
24 y.o






Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang