Chapter 19

3.6K 371 29
                                    

Rumah bak istana megah yang berdiri kokoh di tengah jejeran rumah besar yang lainnya itu adalah rumah milik keluarga Jung. Rumah mereka lah yang paling megah dan luas. Tetapi bagi istri sang pemilik rumah Jung Doyoung, rumah mewah serta luas tidak akan ada artinya jika suasana di dalamnya itu sunyi meskipun rumahnya sangat terawat dan memiliki beberapa pelayan, tidak akan bisa menutup perasaan Doyoung yang selalu kesepian.

Setiap hari dia hanya akan keluar berbelanja dan pergi menghabiskan waktunya bersama teman-teman yang lain. Jaehyun sangat memanjakan Doyoung, dia tidak pernah membatasi Doyoung untuk melakukan apapun asalkan Doyoung-nya senang. 

Jika Doyoung sudah puas menghabiskan waktunya diluar maka ia akan kembali ke rumah dengan keadaan yang masih sama, sepi.

Dia ingin sekali sesekali suami dan anaknya itu pulang untuk menghabiskan waktu bersamanya. Sayangnya Jung Jaehyun dan Jung Haechan adalah dua orang yang memiliki jiwa workaholic. Doyoung jadi kesal kenapa sifat buruk suaminya itu harus turun pada putra kesayangan-nya.

"Jika seperti ini terus aku bisa mati kesepian" Doyoung mendesah sebal

"Tapi jika aku mati pun akan tetap kesepian dan sendirian"

Doyoung menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang sesekali ia meremas sprai dan memukul bantal tidur.

"Erghh!! Dasar suami dan anak tidak pengertian"

Doyoung ingin sekali putra nya itu menikah, setidaknya selain mempunyai menantu nantinya ada pula yang ia ajak ke manapun selain dengan temannya dan Doyoung ingin sekali menimang cucu mungkin setidaknya satu tetapi juga sebenarnya ingin lebih dari satu, agar rumah sebesar ini merasakan adanya kehidupan dengan suara tangisan bayi atau anak balita yang bermain di halaman dan dalam rumahnya.

Istri dari Jung Jaehyun saat ini tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk suaminya nanti pulang, di bantu dengan dua pelayan. Walaupun tugas kedua pelayan itu hanya untuk membersihkan meja makan dan kursi serta keperluan alat makan lainnya. Karna Doyoung tidak mengizinkan siapapun mengambil alih tugasnya sebagai seorang istri yaitu melayani kebutuhan suaminya. Kecuali soal pekerjaan rumah seperti bersih-bersih dan yang lainnya itu urusan pelayan. Jaehyun memang melarang Doyoung melakukan itu bahkan saat Doyoung hanya mengelap debu bingkai foto, Jaehyun melarangnya. Katanya dia tidak ingin Doyoung kelelahan.

Pintu utama telah di buka oleh salah satu pelayan lain di rumah itu. Jung Jaehyun, sang kepala rumah tangga berjalan masuk ke dalam rumah dengan pakaian kantor yang masih melekat rapih di tubuh kekarnya.

Hal pertama yang ia cari tentu saja istri tercintanya.

"Sayang"

Doyoung sudah tidak heran jika ada sebuah lengan melingkar di perutnya. Jaehyun bertanya ada apa dengan istri manisnya ini? Kenapa sapaan sayangnya tidak di hiraukan. Maka Jaehyun dengan gencar memeluk Doyoung lebih erat dan ia kecup sensual leher putih mulus milik Doyoung. Tindakan Jaehyun berhasil mengganggu Doyoung yang sedang mencicipi hasil makanan yang sudah matang.

"Jaehyun kau bisa diam atau tidak? Jangan sampai centong sayur ini melayang ke atas kepalamu"

Jaehyun terkekeh melihat ekspresi marah dari lelaki manis itu. Doyoung memutarkan diri menghadap suaminya setelah mematikan kompor listriknya.

"Jaehyun"

Laki-laki gagah yang lahir di bulan valentine itu hanya menjawab dengan gumaman. Sedang kedua tangannya melingkar apik di pinggang Doyoung.

"Kau tidak berniat mencarikan aku menantu?" Jaehyun menyerngit bingung

"Kenapa memang?"

Doyoung mendengus sebal.

"Anakmu, Haechan sangat persis seperti mu tau"

"Jelas, kan dia anak kita"

"Ish!"

Lagi-lagi dia tertawa kecil karna berhasil memancing emosi lelaki manis di hadapannya.

"Lalu?" tanya Jaehyun

Dua tangan Doyoung bekerja melepaskan ikatan dasi yang melingkar di leher suaminya.

"Haechan, anakmu itu sangat menekuni pekerjaan sampai lupa jika ia juga harus mempunyai pasangan yang bisa membantunya untuk memenuhi dan melayani dirinya. Bukan hanya itu, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya. Bagaimana jika suatu saat dia sakit dan kita tidak ada di sekitarnya, siapa yang akan merawatnya jika bukan istrinya nanti, jae"

Dasi Jaehyun sudah terlepas, kini Doyoung menatap Jaehyun lalu melanjutkan perkataannya.

"Kau tidak ingin mencarikan calon istri untuk anak kita? Aku juga.. Ingin sekali memiliki cucu"

Doyoung perlahan menunduk, perasaan sesak di dadanya kembali terasa.

"Kau juga kan, jae? Jika sejak kejadian itu dokter menyatakan aku tidak akan bisa hamil dan memiliki anak kembali"

Setetes air mata tanpa izin menetes dari mata cantiknya. Doyoung itu sangat berperasaan.

"Aku... Berhasil melahirkan Haechan saja sudah sangat bersyukur dan sangat bahagia"

Jaehyun memeluk daksa lembut itu dengan sayang. Kejadian yang menyebabkan keduanya ingin mengubur ingatan sedalam-dalamnya. Tetapi di sisi lain pun Jaehyun bersyukur karna telah melewati masa pahit itu sampai sejauh ini.

"Baiklah sayang jika itu mau mu. Aku akan mencarikan calon menantu terbaik untuk mu dan Istri terbaik untuk anak kita"














Halo, maaf buat kalian nunggu lama. sebenernya aku lagi bimbang mau lanjutin buku ini atau engga karna aku ngerasa tulisan di buku ini kurang layak "mungkin"? aku lagi ngerasa insecure aja sama diri aku sendiri, kok bisa si nulis cerita sejelek ini. tapi karna ga enak banyak yang minta aku lanjut, aku bakal lanjut.

Padahal dulu aku nulis ya buat kepuasan diriku sendiri wkwk tapi entah kenapa aku justru sekarang malah ngeliat sudut pandang publik, ya tau sih ini kan apk publik dan umum bisa di baca siapa aja ashwkshsh

intinya terimakasih masih mau baca, vote dan komen serta dukungan kalian di buku ini.
See you! 

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang