Sudah satu bulan ini suasana keduanya sangat jauh berbeda. Jika dulu Renjun tidak di izinkan untuk masuk ke dalam kamar pribadi Haechan, kini larangan itu sudah tidak berlaku. Jika dulu Haechan jarang sekali menanyakan keadaan Renjun, namun kini laki-laki gemini itu gemar bertanya soal kabar termasuk kabar calon bayi mereka.
Dulu jarak antar keduanya jauh, seiring waktu menjawab kini jarak itu perlahan menipis dan terkikis.
Haechan telah siap dengan pakaian kantornya. Renjun sudah memilihkan itu untuk ia pakai. Renjun sudah seperti selayaknya seorang istri yang ikut andil dalam mengurus suami. Jangan di tanya bagaimana perasaannya, karna sudah pasti ia merasa amat bahagia.
Haechan merentangkan kedua tangan saat Renjun membantunya memakai Jas. Lelaki mungil itu kemudian merapihkan dasi Haechan yang sedikit miring.
"Aku berangkat sekarang" ucap Haechan
Renjun tersenyum dan mengangguk. Ia memperhatikan Haechan yang kini membungkuk mensejajarkan wajahnya pada kandungan perutnya.
"Sayang, jangan nakal di dalam sana selama ayah tidak ada. Jangan merepotkan calon mama mu ya. Ayah percaya kau anak baik"
Haechan lalu memberikan kecupan kecil pada perut Renjun. Ia menegakkan tubuhnya dan menatap Renjun.
"Jaga diri baik-baik di rumah"
Haechan langsung melenggang pergi begitu saja. Renjun mendengus kecil, bibirnya maju beberapa centi. Ia kira hari ini dirinya akan mendapatkan sentuhan manis di pagi hari, seperti berharap Haechan akan memberikannya sebuah kecupan di kening, namun itu tidak terjadi.
Renjun menutup pintu rumah saat mobil Haechan sudah berlalu dari gerbang rumah. Pada saat kakinya hendak menuju ke dapur, bel rumah berbunyi. Lantas Renjun kembali berbalik arah untuk membuka pintu.
Klek!
Renjun membulatkan kedua netranya terkejut. Jantungnya berpacu dua kali lipat menahan gugup pada seseorang di hadapannya.
"Tuan Jung"
Jung Jaehyun, Ayah Haechan.
Bagaimana postur tegas dari seorang Jung Jaehyun serta wajah datarnya membuat Renjun terkaku. Jaehyun menatap Renjun tanpa minat, ia berlalu tak peduli pada lelaki itu dan melangkah masuk ke dalam.
Renjun segera menutup pintu, lalu mengekor di belakang Jaehyun.
"Tuan Jaehyun.. Tap- tapi Haechan sudah pergi berangkat ke kantor"
Renjun memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu meski tergagap.
"Aku ingin menemuimu bukan putraku" balas Jaehyun dengan dingin
Kepala keluarga itu menatap Renjun.
"Bisa kau duduk? Aku ingin bicara denganmu empat mata"
Meski begitu takut, Renjun mengangguk. Ia segera duduk di sofa di ikuti Jaehyun.
"Aku langsung saja. Kau ingin mengatakan jujur padaku atau tetap berbohong?"
Deg!
"A- apa maksud tuan?"
"Jangan coba membodohiku. Kalian bisa membodohi istriku tapi tidak denganku. Aku tahu kau dan putraku menyembunyikan rahasia besar. Aku sudah mencari tahu segalanya"
Jantung Renjun seolah meminta untuk berhenti berdetak saat itu juga. Apa benar rahasia perjanjian itu terbongkar?
"Masih tidak ingin mengatakannya?"
Jaehyun menatap Renjun dengan tatapan tenang namun menusuk. Lelaki dominan itu memperhatikan Renjun yang tertunduk. Ia juga dapat melihat bagaimana tangan kecil itu meremat kuat pakaiannya.
"Kau sungguh tidak ingin jujur soal perjanjian hitam di atas putih yang kalian buat atau kalian akan terus berbohong hingga menunggu istriku tahu lalu kecewa pada kalian?"
Jung Jaehyun bersungguh mengetahui tentang itu semua. Renjun mengangkat arah pandangannya dan memberanikan diri.
"Maafkan aku tuan Jaehyun. Tapi, Haechan sendiri yang memintaku untuk tetap diam dan menerima semuanya. Aku hanya manusia biasa yang kebetulan saat itu sedang ada pada titik terendah dalam hidup. Kemudian, Haechan datang menyelamatkanku"
Renjun menjeda perkataannya, ia menarik napas sesaat.
"Dan dia mengatakan soal permintaannya sebagai balasan, perjanjian itu lah yang ia inginkan"
Jaehyun tersenyum miring mendengar penjelasan Renjun.
"Itu artinya tidak ada ikatan resmi di antara kalian, tidak ada cinta dan pernikahan sungguhan" Renjun menggeleng tegas
"Tidak, tuan. Aku telah jatuh cinta pada Haechan dan Haechan juga mencintaiku"
Jaehyun terkekeh sinis pada pembelaan itu.
"Cinta? Lalu, kapan kalian akan menikah?"
Renjun dibuat membisu tiada kata. Pasalnya, ia dan Haechan sama sekali belum membahas soal itu. Mereka belum terpikir tentang hubungan mereka sejauh itu.
"Jika kau diam itu artinya tidak ada"
Jaehyun mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Renjun.
"Dengar, Haechan adalah anakku. Aku yang sedari kecil mengurus dan merawatnya bersama dengan istriku, dia tidak ku biarkan kekurangan sedikit pun. Aku memberikan segalanya untuk putraku, apapun yang dia inginkan. Karna aku ingin yang terbaik untuk putraku"
"Menurutmu, apakah aku salah menginginkan yang terbaik untuk anakku?"
Renjun menggeleng pelan seraya menatap Jaehyun.
"Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan hal terbaik untuk anak mereka"
Jaehyun mengangguk kemudian kedua arah pandangnya menatap lekat Renjun.
"Jika aku memintamu untuk meninggalkan putraku setelah anak kalian lahir, bagaimana menurutmu?"
untuk malaikat kecilku huang renjun, gak terasa ya sayang sudah satu bulan lebih tanpa hadirnya kamu. lekas membaik peri kecilku, aku harap kamu segera mengepakkan sayap kecilmu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]
FanfictionSebuah perjalanan antara dua insan yang terikat kesepakatan, keduanya menyetujui kesepakatan itu bersama untuk tujuan yang saling menguntungkan. Apakah benar saling menguntungkan kedua belah pihak atau ada salah satu pihak yang di rugikan? This st...