Chapter 25

3K 300 5
                                    

Renjun merebahkan diri di atas Ranjang sembari menatap langit-langit kamar. Kejadian saat di Mall tadi masih menghantui dirinya.

Raut bahagia Haechan saat bersama Winter serta senyuman dan perilaku lembut sang gemini pada wanita itu masih melekat di ingatannya.

Jujur saja, melihat itu semua membuat hati Renjun sedikit berdenyut nyeri. Entah sejak kapan Renjun merasakan keanehan yang dia rasakan. Ia ingin membuang jauh-jauh perasaan itu.

Sifat dan tindakan perhatian Haechan padanya selama ini, membuat Renjun perlahan tersadar jika dirinya jatuh hati pada Jung Haechan. Meskipun dia tahu, jika pria tan itu memperlakukannya demikian tidak lain untuk anak yang tengah berada di dalam perutnya, bukan karna dirinya.

Cinta datang karena terbiasa.

Mungkin itu lah yang membuat Renjun melabuhkan hatinya pada si gemini.

Perasaan milik Renjun sudah jelas telah melanggar perjanjian yang tertulis. Jadi, apakah perasaan yang dia miliki dan dia sadari ini salah?

Katanya cinta itu bisa membuat orang jadi gila.

"Aku akan mencoba untuk merebut hatinya. Bagaimana pun caranya, aku pasti bisa membuat Haechan jatuh cinta padaku"

Maka biarlah Renjun bertekad mulai sekarang.

•••••••••••

Saat matahari akan menjemput pagi. Renjun sudah bangun lebih dulu dan menyibukan diri di dapur.

Secara kebetulan, Bi ala pelayan yang biasanya melalukan tugas seperti biasa sedang izin untuk tidak bekerja hari ini karena ada urusan dengan anaknya disekolah.

Renjun sangat rajin, dia sudah melakukan banyak kegiatan. Mulai dari mengelap meja makan dan counter dapur, mencuci bersih sayuran dan buah-buahan kemudian dia lanjutkan dengan kegiatan memasak. Dia tidak tahu makanan kesukaan Haechan, jadi dia memilih untuk memasak sayur sop dan makanan tumis.

Tak terasa dengan waktu yang cepat berlalu dan sinar matahari pun sudah menembus masuk. Renjun pun sudah selesai memasak dan makanan untuk sarapan pun siap disajikan.

Bersamaan dengan itu pula Haechan baru saja keluar dari elevator.

Haechan berjalan mendekat dengan dasi yang masih belum terikat rapih dan kemeja yang belum terkancing sepenuhnya, beserta jas kantor yang ia taruh di pergelangan lengannya.

Laki-laki gemini itu pun langsung meletakan jas miliknya di punggung kursi, lalu mendudukan diri persis berhadapan langsung dengan kursi Renjun.

"Kau yang memasak ini semua?"

Renjun mengangguk antusias sembari tersenyum.

"Banyak sekali masakannya. Kau bangun jam berapa?"

Renjun memiringkan sedikit kepalanya untuk berpikir sebentar. Karna dia pun juga sedikit lupa jam berapa ia bangun.

"Aku terbangun jam lima pagi lalu mandi. Kemudian, aku bingung mau melakukan apa jadi aku memilih untuk memasak sarapan"

Bohong.

Renjun justru memasang alarm di handphone yang pernah Haechan berikan padanya. Dia memasang alarm di pagi buta untuk bangun menyiapkan sarapan khusus untuk Haechan.

Haechan menatap semua makanan yang telah Renjun hidangkan. Dia mengambil sesendok makanan itu untuk di cicipi.

Renjun menahan gugup saat makanan itu berhasil masuk ke dalam mulut Haechan.

"Bagaimana?" tanya Renjun dengan hati-hati

"Enak"

"Benarkah?! Enak saja atau enak sekali?"

Renjun kembali bertanya pada Haechan dengan mata berbinar. Jung Haechan terkekeh saat itu juga. Menurutnya tingkah Renjun itu lucu.

"Enak sekali, Renjun. Terimakasih banyak karna sudah memasak sarapan" ucap Haechan yang tersenyum

Renjun senang bukan main. Langkah awal untuk dapat membuat pria gemini itu terkesan padanya sudah berhasil, dia hanya perlu melakukan hal yang lain.

"Kau tidak sarapan?"

Suara Haechan membuyarkan Renjun dari lamunan.

"Oh.. kurasa tidak, aku agak mual tadi"

"Mau pergi ke rumah sakit atau kita bisa memanggil Jeno untuk kemari"

Tanya Haechan yang sedikit khawatir.

"Kurasa tidak perlu, hanya sedikit mual dan tidak berlebihan kok"

"Baiklah, jika terjadi sesuatu padamu saat aku di kantor, tolong hubungi saja atau panggil pelayan lain untuk membantumu"

"Aku mengerti"

Setelah melakukan sarapan, Haechan beranjak berdiri begitu pula dengan Renjun.

Haechan mulai memasang dasinya sendiri. Namun, pergerakannya terhenti saat sepasang tangan lain mengambil alih dasinya.

"Biar ku pakaikan"

"Tidak usah ak-"

"Tidak apa-apa, biar ku bantu"

Haechan mengalah membiarkan Renjun memasangkan dasinya. Haechan sendiri sebenarnya masih memiliki waktu dan dia juga tidak kesiangan. Tapi, karna Renjun yang sedikit memaksa jadi tak apa, ia biarkan saja.

"Terimakasih" ucap Haechan setelah dasinya terpasang rapih.

Renjun lalu mengambilkan jas yang tadi Haechan letakkan di punggung kursi, kemudian membantu Haechan untuk memakaikannya.

Haechan mengerutkan alis heran. Ada tanda tanya besar di kepalanya saat ini, dengan sikap Renjun yang agak berbeda.

Ah sudahlah, Haechan tidak ingin mempermasalahkannya.

"Baiklah, aku pergi"

"Tunggu!"

Haechan menatap Renjun, menunggu si aries mengatakan sesuatu.

"Kau boleh aku tahu, hari ini kau akan pulang jam berapa?"

"Aku akan lembur hari ini, mungkin sekitar jam tujuh malam"

Renjun mengangguk paham.

"Saat kau pulang nanti, kau ingin makan apa?" Haechan mengerutkan alis bingung

"Ada apa denganmu?"

"Ti-tidak ada apa pun, aku hanya ingin melakukan sedikit kegiatan saja agar tidak bosan"

"Kau sedang hamil besar, ingat itu? Kau tidak boleh kelelahan" tegasnya

"Aku hanya ingin memasak untuk mu nanti agar saat kau pulang, kau hanya tinggal memakannya saja tidak perlu lagi memesan makanan dari luar dan-"

"Dan agar rencana ku untuk mengambil perhatian dari mu itu berhasil"

Haechan menunggu Renjun untuk melanjutkan perkataannya.

"Dan?"

"Dan itu saja"

Renjun tersenyum kecil. Tidak mungkin Renjun berani mengatakannya pada Haechan.

"Masak makanan apapun yang bisa kau masak, akan ku makan saat makan malam nanti"

Lelaki manis itu tersenyum senang, menganggukkan kepalanya.

"Aku harus pergi sekarang"

"Biar ku antar"

Mereka berjalan menuju halaman teras. Mobil pribadi milik Haechan sudah di panaskan dan siap untuk dipakai. Sang supir memberikan kunci mobilnya.

"Jika kau ingin keluar panggil pak ade saja. Aku sudah memintanya untuk menjadi supir mu mulai hari ini, aku akan mengendarai mobil sendiri"

"Baiklah" jawab Renjun

"Pak ade, kalau Renjun ingin keluar tolong di antar" titahnya pada si supir

"Baik tuan"

"Aku pamit" Ucapnya setelah mengusak kepala Renjun dengan lembut.

Mobil Haechan sudah menghilang jauh dari pandangan, tapi hati Renjun masih saja berdebar kencang.

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang