Chapter 4

4.3K 491 16
                                    

Haechan sedang memimpin sebuah meeting soal pembahasan proyek yang akan di kelolanya. Semua pihak perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan milik Jaehyun yang di kelola oleh Haechan sangat merasa puas. Karena selain mendapatkan keuntungan, mereka juga berbangga karna dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan ternama milik Jaehyun yang bergerak di bidang IT.

"Terimakasih atas waktunya telah hadir di pertemuan meeting hari ini. Saya putuskan bahwa meeting hari ini cukup sampai disini"

Setelah memberi salam dan ucapan terimakasih. Haechan kemudian keluar dari ruangan rapat tersebut. Ia berjalan dengan sangat tegas. Disisi kirinya ada sekertaris yang bernama Sungchan sedangkan disisi kanannya ada asisten Yangyang.

"Apa ada jadwal pertemuan lagi?" tanya Haechan pada sekertarisnya Sungchan

"Ada, tuan. Anda memiliki jadwal pertemuan dengan CEO Yoo Jimin sekaligus makan malam bersamanya" jawab Sungchan

"Baiklah"

Haechan masuk ke dalam ruang kantor pribadinya diikuti Yangyang yang masih berada dibelakang sedangkan Sungchan telah pergi ke ruangan pribadi khusus sekertaris.

"Bagaimana dengan data yang aku minta kemarin pagi?" tanya Haechan seraya duduk di kursi kerjanya

"Ini, tuan"

Yangyang menyerahkan berkas berlapis map hitam yang di dalamnya berisi lembaran data yang Haechan minta

"Huang Renjun, lahir 23 maret 1999. Ia anak pertama Huang Chanyeol dan Wendy Kim. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia, kini ia hanya hidup berdua dengan Junkyu adiknya. Latar belakang sangat baik, ia juga tidak pernah melakukan tindak kejahatan ataupun hal-hal yang tidak baik. Ia seorang pekerja magang di sebuah cafe, tetapi karena cafe tersebut sudah pindah pusat jadi ia sudah tidak bekerja. Saat ini dirinya sedang mencari pekerjaan baru untuk membiayai uang kuliah adiknya"

Haechan dengan seksama terus mendengarkan penjelasan panjang dari Yangyang.

"Lalu?" Haechan membenarkan letak kacamatanya yang sedikit menurun

"Aku juga mendapatkan informasi, jika adiknya sudah menunggak pembayaran uang kuliah"

"Dimana adiknya berkuliah?" tanya Haechan

"Di universitas Neo Technology"

"Itu universitas paling mahal. Kenapa dia mendaftarkan adiknya untuk berkuliah disana jika tidak sanggup membayar" ucap Haechan

"Universitas itu adalah universitas impian adiknya, tuan. Huang Renjun akan melakukan apapun untuk kebahagiaan adiknya" kata Yangyang

"Kakak yang sangat bertanggung jawab" sahut Haechan

Ting!

Haechan melihat layar ponselnya yang menyala. Tanpa ia membuka pesan itu, Haechan sudah dapat membacanya.

Haechan sangat lelah karena Doyoung selalu mengirim pesan yang sama setiap harinya. Dan itu sedikit membuat Haechan muak.

Papi :
4 bulan lagi, sayang. Jangan lupa!

"Antarkan aku ke tempat alamatnya"

Titah Haechan pada Yangyang yang dengan sigap melaksanakan perintah tuan nya.

Di lain tempat. Renjun sedang memohon pada pemilik rumah sewaan yang ia tempati selama ini.

"Bibi aku mohon, beri aku waktu tiga hari depan, aku akan bayar semua sewa kontraknya" kata Renjun pada Bibi san

Renjun terus mencoba untuk membujuk Bibi san agar memberinya waktu untuk membayar tunggakan uang sewa.

"Tidak bisa nak. Kau sudah menunggak empat bulan dan ini sudah hampir bulan ke lima tapi dirimu belum juga membayar. Jadi, Bibi dengan sangat berat hati memintamu untuk cari tempat tinggal yang lain. Bibi juga sebenarnya tidak tega dengan kalian, tapi Bibi hanya menuruti perintah dari suami" jelas Bibi san pada Renjun

"Baiklah Bibi san. Tapi, aku mohon untuk menunggu junkyu pulang lebih dulu, sehabis itu aku berjanji akan pergi dari sini"

Bibi san mengiyakan permintaan Renjun, selepas itu pergi dari sana. Meninggalkan Renjun yang terduduk lemas di depan rumah. Ia melipat kedua kakinya dan lengan yang bertumpu menyembunyikan wajah yang tertunduk menahan tangis. Ia menangisi nasib sialnya. Kenapa semenjak kepergian kedua orang tuanya, hidupnya dan hidup adiknya sangat sengsara, jauh dari kata cukup.

Renjun mendengar langkah kaki yang mendekat. Dengan perlahan Renjun mendongak melihat siapa orang itu.

"Jas milikmu" ucapnya sembari mengulurkan tangan memberikan sebuah paper bag pada Renjun

Haechan memperhatikan kedua mata Renjun yang sedikit memerah dan berkaca-kaca.

"Sekarang, mana jas milikku?" pinta Haechan

Renjun langsung berbalik masuk ke dalam rumah tanpa ucapan satu kata pun. Kemudian kembali menghampiri Haechan dan membawa lalu memberikan jas milik pria itu.

"Kau di usir?" tanya Haechan

Sebenarnya Haechan sudah sampai saat Renjun mohon-mohon pada Bibi san tadi.

"Buka urusan mu" jawab Renjun acuh dengan suara agak serak

"Kau membutuhkan pekerjaan?"

Renjun yang semula tidak peduli pada perkataan basa-basi Haechan, kini menatap Haechan.

"Aku bisa memberimu sebuah pekerjaan dengan gaji tinggi setiap bulan, itu pun asal kau mau"

Renjun terkejut atas tawaran Haechan.

"Sungguh?!"

Haechan mengangguk.

"Aku mau! Apapun itu. Tolong, aku sangat membutuhkan uang untuk saat ini" ucap Renjun dengan nada memohon

"Kau yakin?" Haechan menatap Renjun lekat

"Aku yakin. Sangat yakin" jawabnya tegas menyakinkan

"Baiklah, kalau begitu"

Haechan memberikan sebuah kertas kecil pada Renjun.

"Ini kartu namaku. Besok, kau bisa pergi ke kantorku dan katakan jika kau sudah memiliki janji untuk bertemu denganku di jam tiga sore, mengerti?"

Renjun mengangguk senang. Setelah itu Haechan pergi dari sana. Renjun tersenyum senang melihat kartu nama yang di pegangnya. Ia mengucap syukur karena ada orang baik seperti Haechan yang mau membantunya.

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang