Chapter 28

3.2K 347 21
                                    

Renjun baru saja turun dari taksi. Ia sudah berada di depan kantor milik Haechan dengan sebuah bekal makan siang yang telah disiapkan untuk laki-laki itu. Terhitung sudah ke dua kali dia datang ke tempat ini.

Renjun membawa langkah kakinya untuk segera masuk ke dalam gedung tinggi perusahaan ternama milik Haechan. Dia sudah hafal letak ruangan Haechan jadi tidak perlu bertanya lagi pada pegawai disana.

Setelah keluar dari elevator, Renjun langsung berbelok ke arah di mana ruangan Haechan berada.

Dia melihat ruangan Haechan tak sepenuhnya tertutup rapat. Dalam samar pendengaran, ia mendengar sebuah obrolan dari dalam.

"Kau masih memberikan uang pada perempuan itu?"

"Kau terlalu memanjakannya, Haechan. Ia jadi bertindak sesukanya"

"Aku tidak keberatan, karna aku menyayanginya"

Tanpa berpikir panjang lagi, Renjun memutuskan untuk cepat pergi dari sana.

Renjun terus berjalan tanpa arah sampai membawa dirinya hingga ke sebuah taman kecil yang sepi. Menurutnya lebih baik ia menenangkan diri sampai ia lupa dengan apa yang di dengar beberapa saat lalu. Entah dengan siapa Haechan berbicara, yang jelas dia tidak ingin mengingat itu untuk saat ini.

Renjun duduk di kursi panjang kosong dan meletakkan tas bekal itu di sampingnya. Perlahan ia mengatur napasnya agar sedikit lebih tenang.

"Aku sekarang mengerti, jika mungkin perasaan yang aku rasakan ini hanya ilusi. Haechan, kau telah menyadarkanku dari belagu perasaan yang ku miliki padamu. Harus aku menyerah?"

Ucap Renjun lirih sembari memejamkan matanya merasakan hawa angin yang berhembus melewatinya.

Dia terdiam beberapa saat hingga kedua sudut bibirnya perlahan terangkat, menampilkan senyum manis di wajah cantiknya.

"Tidak. Aku tidak ingin menyerah secepat itu. Renjun, kau harus berjuang lebih keras!" katanya dengan semangat

"Sebaiknya aku kembali ke sana"

Renjun berdiri dan mengambil tas bekal itu lalu berbalik arah. Tanpa di sangka justru kini dirinya mematung di tempat. Tubuhnya membatu seketika karna kedua netranya menangkap seseorang yang sangat dia rindukan ada di hadapannya.

"Kakak"

"Ajun.."

Junkyu langsung dengan cepat mendekat ke kakaknya.

"KAKAK KEMANA SAJA, HAH?! Aku selalu mencarimu kemana-mana tapi tidak pernah ketemu! Apa yang terjadi padamu, kak? Kau menghilang dan kau tahu, aku sangat merindukan mu dan juga mengkhawatirkan mu!"

Junkyu memandang kakaknya dari ujung kepala hingga kaki.

"Kau.. Hamil?"

Renjun menunduk dan tak berani menjawab. Setetes air mata sudah terjun bebas saat itu juga.

Junkyu memegang kedua bahu Renjun. Menuntut sebuah jawaban dari sang Kakak tercintanya.

"Kakak, jawab aku!"

"Kau sudah menikah dan sekarang kau sedang hamil? Tapi kau tidak memberitahu satu hal pun padaku. Apa aku di lupakan begitu saja? AKU MASIH ADIK MU!"

"Aku mencarimu tapi tidak pernah ku temukan, jejak mu saja aku tidak tahu. Dan bahkan untuk menghubungi mu saja sangat sulit, kak. Nomor ponsel mu tidak aktif. Katakan, apa yang sedang kau sembunyikan dariku?" ucap Junkyu dengan penekanan di akhir kalimatnya

Junkyu sangat marah. Ia sangat yakin jika Renjun sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Karna sebelumnya Renjun sangat terbuka, pada semasa saat mereka masih bersama.

Mereka saling bertukar cerita tentang keseharian masing-masing. Tapi untuk sekarang, Junkyu merasa sang kakak sedang ingin bermain petak umpat dengannya.

Renjun tak dapat menahan tangis rindu pada adiknya yang sudah lama tak pernah ia jumpai. Ini pertama kalinya ia kembali di pertemukan oleh waktu, dengan keadaan yang jauh berbeda. Ia sampai tega membohongi sang adik, yang ternyata mencari keberadaannya. Renjun pun tidak bisa berbuat banyak, sebab yang dia lakukan pun demi hidup mereka agar lebih baik, terlebih pada Junkyu.

Maka dari itu, sampailah di titik di mana mereka akhirnya di pertemukan. Duduk berdua saling menceritakan hal apa yang terjadi sebenarnya.

Renjun berterus terang pada adiknya, menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Tentu respon adiknya terlihat sangat marah, kecewa dan juga sedih sekaligus.

Junkyu sendiri tak habis pikir dengan langkah yang Renjun ambil untuknya. Bagaimana sang kakak bertindak bodoh hanya untuk dirinya sampai ia nekat berani melakukan hal itu.

Junkyu menangis, memohon maaf untuk segalanya. Dia mendekap tubuh Renjun, air matanya berhasil membasahi pundak kecil itu. Karena dirinya, Renjun harus melakukan hal yang sangat berat.

Sedangkan Renjun, ia mengelus punggung Junkyu berusaha menenangkan. Ia pula senantiasa sudah merelakan apa yang sudah terjadi dan sudah ia putuskan sedari awal.

"Kau seharusnya tidak perlu melakukannya sampai sejauh ini, biarkan aku membantumu untuk mencari uang. Aku menyesal, maafkan aku.." ucap Junkyu di sela tangisnya

"Aku akan melakukan semuanya demi kau. Karna hanya kau yang aku miliki setelah ayah dan ibu tidak ada. Jadi, sudah seharusnya kebahagiaanmu adalah tanggung jawab ku" jawab Renjun seraya mengelus rambut adiknya agar tangisannya berhenti

"Kau akan terus menangis seperti ini, apa kau tidak malu?" kata Renjun dengan sedikit candaan

Junkyu lantas melepaskan pelukannya, ia menghapus jejak air mata di pipi. Renjun terkekeh geli, betapa lucu dan menggemaskan adik kecilnya ini.

"Aku sangat merindukanmu, kak"

Renjun menangkup wajah Junkyu kemudian tersenyum seraya berkata

"Aku juga sangat merindukan adik kecilku"

Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu yang ada bersama. Dan Renjun, seketika melupakan tujuan untuk kembali ke kantor Haechan.

Biarkan ia sejenak menghabiskan waktunya dengan anggota keluarga yang dia punya satu-satunya. Melepas rindu dengan orang yang ia kasihi, ia sayangi selama hidupnya.

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang