Chapter 15

4.2K 458 13
                                    

Setelah anjuran rujukan dari Dokter Yuta untuk mengecek keadaan Renjun, kini Renjun dan Haechan sedang berada diruangan Dokter Lee Jeno, yang tidak lain adalah sepupu dari Jung Haechan.

Renjun sedang berbaring diatas tempat pemeriksaan, pakaian yang ia kenakan di angkat sampai perutnya terlihat dengan dengan jelas. Jeno memberikan gel khusus kemudian mengoleskannya ke bagian perut Renjun. Renjun kini sedang akan dilakukan USG oleh Jeno. Ia menatap monitor layar yang ditunjuk oleh Jeno, begitu pula dengan Haechan. Mereka bersama-sama memperhatikan dengan seksama sebuah kehidupan yang akan tumbuh dan berkembang di dalam perut milik pria mungil itu.

Renjun tidak menyangka jika ada sebuah janin yang tumbuh diperutnya selama ini tanpa sepengetahuan dirinya. Karna dia tidak merasakan gejala kehamilan apapun, seperti yang diketahuinya dari beberapa pria career dan wanita lain pada umumnya.

"Lihat, ini adalah kantung janin. Detak jantung bayi sudah bisa terdeksi saat ini, karna usia kehamilannya menginjak lima minggu dan-"

"Lima minggu?!"

Haechan terkejut mendengarnya, jangan tanya bagaimana reaksi Renjun, ia pula sama terkejutnya dengan Haechan. Terkejutnya Haechan membuat Jeno menatap bingung sepupunya itu.

"Kau tidak tahu?" Haechan terdiam tak menjawab lalu Jeno menjelaskan lanjutannya

"Kandungan sudah memasuki usia lima minggu dan di usia ini pula sistem saraf janin dan organ-organ utamanya pun mulai terbentuk seperti jantung, neural tube, yang kemudian akan berkembang menjadi saraf tulang belakang dan otak"

Jeno mengalihkan tatapannya pada Renjun yang sedari tadi diam mendengarkan.

"Kau baru saja jatuh ya?" Renjun mengangguk

Jeno menghela nafas beratnya dan itu membuat Haechan bertanya

"Apa ada masalah dengan kandungannya?"

Jeno menatap Haechan lalu menjawab

"Kau tahu, usia kandungan tri semester awal itu sangat rentan. Dalam tiga bulan pertama kehamilan terdapat delapan puluh persen kasus keguguran pada saat usia bayi memasuki empat sampai dua belas minggu"

Jeno menjeda perkataannya, Ia kembali menatap Renjun

"Beruntunglah dirimu, karna janin yang ada diperutmu itu bisa bertahan dan dapat terjaga dengan baik. Aku harap setelah pulang dari sini kau dapat menjaganya dan menjaga dirimu sendiri dengan sangat baik" titah Jeno dengan tegas

Setelah semuanya selesai, Renjun kembali menurunkan pakaiannya. Haechan membantunya untuk beranjak dari duduk. Tetapi tak lama kemudian, Jeno memanggilnya.

"Haechan, aku ingin berbicara denganmu" katanya yang lalu berpergi masuk ke dalam ruangannya

"Sebentar ya" ucap Haechan pada Renjun, Renjun mengangguk mengerti

Ruangan Jeno itu memiliki dua sekat. Sekat pertama untuk pemeriksaan pasien dan sekat kedua ruangan khusus pribadi milik Jeno. Setelah dua saudara itu masuk kedalam ruangan, Jeno langsung mengajukan pertanyaan pada Haechan.

"Siapa dia?"

"Teman" jawab Haechan singkat

Jeno melipat kedua tangannya didada menatap Haechan dengan selidik.

"Aku tidak percaya, kau itu bukan tipe orang yang peduli pada orang lain jika itu bukan teman terdekatmu, jika ia memang teman dekatmu aku pasti akan mengenalnya"

"Tidak semua temanku harus kau kenal" sanggahnya

"Tapi memang itu faktanya. Kau hanya memiliki beberapa teman dekat dan aku mengenal mereka semua. Tetapi, untuk temanmu yang satu ini aku bahkan baru melihatnya. Lagi pula kau tidak pernah tuh peduli padaku" ucapnya dengan nada sedikit sinis pada Haechan

"Untuk apa aku peduli padamu?" Haechan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Jeno

"Untuk apa kau peduli padanya?"

Sial, Jeno membalikkan perkataannya.

"Jujur saja padaku, ada yang kau sembunyikan kan?" tanya Jeno

Haechan menghela napasnya. Bagaimana pun Jeno itu teman cerita dan bicaranya Haechan sejak kecil. Sepupunya itu sudah tahu sifat dan kebiasaan yang Haechan lakukan. Sejak kecil mereka sudah akrab meskipun selalu ada bumbu pertikaian, terkadang pertikaian itu yang membuat mereka berdua semakin erat.

Pada akhirnya Haechan menjelaskan semuanya pada Jeno. Seperti dugaan, Jeno akan terkejut dibuatnya dan itu membuat sepupunya marah.

"Kau sudah gila demi ambisimu. Tapi, bagaimana jika Papi tahu Haechan?" jawab Jeno dengan nada yang sedikit ia tekankan.

Jeno sebenarnya merasa khawatir atas tindakan yang dilakukan Haechan, itu sangat beresiko. Apalagi Haechan melibatkan seseorang ke dalam masalahnya.

"Aku melakukan ini juga karnanya"

Jeno mengusap wajahnya dengan kasar lalu berdecak pinggang

"Tapi tidak dengan cara seperti ini juga ya tuhan. Kau tahu, kau sudah memanfaatkan tubuh dan kehidupan orang lain"

Jeno merasa gemas pada Haechan. Ia tidak habis pikir jika sepupunya itu melakukan tindakan senekat ini.

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan" balasnya dengan penekanan

Haechan membalas tatapan dengan sengit. Setelah itu dirinya pergi menghampiri Renjun meninggalkan Jeno yang masih menatap dirinya dari belakang.

Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang