Chapter 11

5K 442 19
                                    

warning!
eksplicit konten
• mature 20+
  under 20, skip this part ok?





















Haechan tidak mau memaksa Renjun untuk melakukan sex dengannya secara paksa, Haechan masih menghargai Renjun. Ia tahu bahwa melakukan kegiatan panas semacam itu harus memerlukan consent dari pasangan. Walaupun memang sejak awal Haechan sudah berhak atas Renjun karena perjanjian. Haechan tidak seberengsek itu untuk memaksanya berhubungan jika Renjun belum siap. Tetapi saat Renjun sudah memberikan izinnya, Haechan lantas menarik tubuh Renjun perlahan agar tidak menyisakan jarak di antara mereka.

Haechan menaruh tangan kirinya di pinggang ramping Renjun sedangkan tangan kanannya ia tuntun untuk sedikit menaikkan dagu Renjun karena faktor perbedaan tinggi badan mereka yang sedikit berbeda. Haechan mendekatkan wajahnya perlahan pada wajah Renjun.

Disaat wajah mereka kian mendekat terkikis jarak, keduanya sama-sama mulai menutup mata hingga mereka merasakan kedua belah bibir mereka bertemu dan saling menempel. Mereka sama-sama belum membiasakan diri dari apa yang mereka lakukan.

Entah rasa keberanian datang dari mana, Haechan menggerakkan kedua belah bibirnya untuk melumat dan menyesap bibir bawah milik Renjun. Renjun yang merasakan sentuhan lembut dari sang lawan main pun meremat bahu Haechan yang terhalang oleh kaos. Salah satu tangan Haechan yang menganggur ia bawa untuk menuntun Renjun mengalungkan tangannya dileher lelaki tan tersebut.

Manis

Bibir selembut kapas dan berwarna merah muda alami itu mempunyai rasa manis saat Haechan menyesapnya.

Ciuman itu berlangsung lama, membuat keduanya terengah-engah. Mereka mengakhiri ciuman untuk sementara, memanfaatkan waktu untuk mengambil napas dengan posisi menyatukan kedua dahi mereka.

Haechan memundurkan sedikit jarak kepalanya, Ia usap bibir bawah Renjun yang sedikit membengkak.

"Aku baru tahu mengenai satu fakta baru tentangmu"

Renjun menatap Haechan tidak mengerti

"Bibirmu. Bibirmu sangat manis Renjun dan aku sangat menyukainya"

Tanpa aba-aba Haechan kembali menyatukan kedua bibir mereka tanpa peduli Renjun kini sedang menahan gejolak yang dia sendiri bingung mendeskripsikannya.

Haechan kemudian meremas kedua bokong Renjun dengan sensual membuat si aries mendesah pelan. Haechan mengangkat tubuh mungil itu, Renjun mengalungkan kedua kakinya pada pinggang Haechan.

Lelaki tan itu membawa tubuh Renjun untuk dibaringkan di atas ranjang. Tanpa melepaskan pagutannya, Haechan diam-diam membuka kancing kemaja biru Renjun. Haechan mengigit bibir bawah Renjun, tidak kasar. Justru terkesan lembut, Haechan tidak ingin membuat orang lain terluka karenanya. Seolah mengerti, Renjun membuka mulutnya memberikan akses untuk Haechan yang semakin dalam mengekspor mulutnya. Renjun meremas rambut belakang Haechan saat dirinya merasakan lidah Haechan yang membelilit lidahnya.

Haechan tidak dapat fokus saat mendengar lenguhan Renjun. Ini pertama kalinya ia sangat ingin lagi dan lagi mengdengar desahan merdu milik Renjun. Renjun menepuk dada Haechan, bahwa dirinya sudah hampir kehabisan napas. Renjun meraup oksigen dengan rakus, Haechan terkekeh melihat Renjun yang mengatur napasnya.

Di waktu bersamaan Haechan melepaskan semua pakaian ditubuhnya dan pakaian ditubuh Renjun, terlihatlah tubuh atletis milik Haechan membuat siapa saja terkagum jika melihatnya, termasuk Renjun yang susah payah menelan ludah.

Haechan langsung kembali mendekatkan wajahnya pada leher Renjun, mengendusnya dan memberikan sebuah ciuman kupu-kupu.

"Bau mu sangat menenangkan Renjun"

Renjun kembali melenguh dan meremas rambut Haechan saat dia merasakan lehernya disesap oleh pria tan tersebut. Ciuman dan sesapan itu semakin menurun ke arah dada. Haechan mengemut tonjolan yang ada pada dada Renjun.

"Enghhh.. ahh"

Renjun merasakan sensasi basah pada bagian titik sensitifnya akibat ulah Haechan. Tangan kanan Haechan menjalar kebawah mengarah pada titik sensitif Renjun. Ia bisa merasakan seberapa basahnya lubang milik Renjun akibat cairan pra-ejakulasi.

"Akhh"

Renjun meringis bersamaan dengan kegiatan tangan Haechan dibawah yang sedang memasukan kedua jarinya pada lubang itu.

"Haechanhhh"

"Tahanlah sebentar"

Haechan mengangkat kepalanya, ia tautkan kembali bibirnya dengan bibir Renjun. Dirasa sudah cukup dengan apa yang dilakukannya dibawah sana, Haechan melepaskan ciumannya lalu berkata

"Aku akan memasukannya perlahan"

Renjun mengerti sinyal yang diberikan Haechan padanya. Ia memejamkan kedua matanya, mencoba menormalkan detak jantung. Tak lama kemudian, kedua netranya terbelalak saat merasakan sesuatu menekan dibawah sana. Rasa perih dan sakit dirasakan Renjun secara bersamaan.

"Tahan, aku akan masuk sepenuhnya" kata Haechan

Renjun memeluk tubuh Haechan, mencengkram bahu pria itu dengan kuat sampai Haechan merasakan perih. Tapi tak apa, rasa sakit yang dirasakan Renjun tidak sepadan.

Air mata Renjun lolos begitu saja, mengalir berlomba-lomba berjatuhan dari pelupuk mata.

"Sakit.." lirihnya yang terisak

Haechan dengan sigap langsung mencium bibir Renjun, berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.

Haechan tidak langsung menggerakkan pinggulnya, ia sengaja mendiamkan miliknya yang sudah tertanam penuh pada lubang Renjun. Ia membiarkan Renjun terbiasa lebih dulu.

"Akhh"

Ringis Renjun saat Haechan perlahan menggerakkan pinggulnya. Haechan mengeram merasakan sensasi nikmat saat kejantanannya dikeluar masukan pada lubang Renjun.

Rasa sakit yang semula Renjun rasakan berubah menjadi rasa yang tidak bisa ia deskripsikan dengan perkataan. Sensasi ini belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Mereka melakukan kegiatan panas itu disaat matahari sudah menampakkan intensitas cahayanya. Suhu dari sinar matahari beradu langsung dengan suhu tubuh yang panas dari kedua insan yang bergelumut diatas ranjang. Suara erotis keduanya tidak kalah dengan sautan merdu kicauan burung di pagi hari. Keduanya larut dalam kenikmatan yang membawa mereka merasakan surga dunia. 












Hitam Di Atas Putih [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang