06 - KEMBARA-KEMBARA NAKAL

7.3K 453 16
                                    

Minggu pagi ini Oliv sudah rapi dengan stelan Sportnya. tak lupa dengan airpods yang menyumpal kedua telinganya, niatnya dia akan berolahraga di taman.

"Nah gue udah cantik nih saatnya olahraga sambil nyari cogan kuy!"seru Oliv tertawa. kemudian melangkah keluar dari kamar menuju lantai bawah.

Sampai di bawah Oliv tidak melihat keluarganya dia pun berjalan ke arah dapur. sampai di dapur Oliv melihat maminya tengah memasak sambil bernyanyi ria.

"Mamih sungguh sayang papih
cuman papih, mamih tak mau yang lain,"

"Mamih sungguh cinta papih
sayang papih, papih jangan main main."

"Astagfirullah punya emak gini amat."gumam Oliv melihat kelakuan bar bar maminya.

"Aduh aduh ni emak emak pagi pagi udah geol geol aja."celetuk Oliv menghentikan aktivitas maminya.

Elena menoleh ke belakang dan melihat anak perempuannya."Apasi kamu ganggu mami aja."ucapnya sinis.

"Ya lagian pagi buta gini udah dangdutan aja, mamih lagi cosplay jadi Siti badriah?"

"Bukan cosplay tapi mamih ini kembarannya si sibad sibad itu."ucap Elena bangga."Tapi tumben kamu pagi pagi udah bagun aja biasanya mamih harus koar koar dulu baru kamu bangun, mau kamana?"

"Mau olahraga dong biar badan aku makin sexsoy kaya gitar spanyol sekalian mau nyari mantu buat mamih."jawab Oliv riang.

Elena mengangguk."Bagus tuh, harus rajin olahraga biar tumbuh tinggi."Oliv mendelik sinis.

"Apa?"tanya Elena menyadari tatapan sinis anaknya.

"Teing ah."setelah mengucapkan itu Oliv melongos pergi meninggalkan wanita paru baya yang menatapnya bingung.

***📍**

Di sisi lain seorang laki laki tengah berdiri di atas balkon sebuah kamar. terlihat laki laki itu tengah melamun. memandang lurus adengan tatapan terlihat kosong.

"Gue bukan pembunuh."gumam laki laki terdengar lirih.

Ceklek.

Mendengar suara pintu yang terbuka. Reza menoleh ke belakang dimana ada Morgan yang baru saja memasuki kamarnya yang berada di markas.

"Dia ngomong apa?"tanya Mogan to the point.

"Masa lalu."

"Gak usah di pikirin omongan dia."ucap Morgan ikut memandang lurus ke depan.

"Gue gak bisa,"

"Kenapa?"

"Gue gak bisa! setiap gue inget kejadian itu, gue selalu ngerasa bersalah sama dia."jelas Reza.

"Itu bukan salah lo, itu takdir!"Morgan mengambil satu batang roko dan menyalakannya lalu mulai menghisap nikotin itu.

"Gausah terlalu lo pikirin yang buat lo down, dia cuman belum bisa nerima kenyataan, intinya kejadian itu bukan salah lo!"Reza hanya diam mendengar penuturan sahabatnya.

"Turun."ucap Morgan menepuk pundak sahabatnya lalu melangkah keluar dari kamar.

Cukup lama terdiam laki laki itu menghela napas kasar dan memilih turun kebawah dimana teman temannya berada.

Di pertengahan tangga Reza bisa mendengar suara teman temannya tengah mengobrol.

"Gue laper nih pengen makan."ucap Gilang menguap lebar, sepertinya laki laki itu baru saja bangun di lihat dari wajah bantalnya.

"Laper ya tinggal makan apa susuhnya sih."timpal Vano tanpa melirik temannya karna matanya pokus pada layar ponsel yang menampilkan sebuah permainan.

"Di dapur gak ada makanan njir."

ALREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang