Lavender

480 37 0
                                    





















"Kenapa mama pilih yang lavender? mama tidak merestuiku?"

"Ya, karena perjodohan ini bukan kehendak mama"

"Tapi Mimi tidak harus selalu meminta pendapat mama!"

"Dengar Jimin! mama tidak mengenal dia dan mama belum tau apakah dia pria baik baik atau pura-pura baik"

Jimin membalikan tubuhnya dan berjalan keluar dari mansionnya dengan terburu-buru. Dia tak habis pikir dengan mamanya yang selalu mengekangnya, bahkan apakah sumainya harus dari pilihan mamanya? Jimin juga punya hak untuk menentukan jodohnya sendiri.

Jimin muak dengan peraturan keluarganya, dia mengeluarkan motornya dari garasi dan segera keluar dari gerbang mansionnya dengan perasaan marah, kesal, kecewa, semuanya.

Jimin sempat senang tadinya karena Seokjin memilik mawar merah, tetapi tiba-tiba dia mengambil lavender dan mengatakan 'Aku menerima perjodohan ini karena agar kau tidak mendapat kesialan' Apa-apaan itu.

Jimin melajukan motornya dengan kecepatan maksimum, memsuki area hutan dengan motornya yang berkecepatan tinggi. Tak sadar atau lupa bahwa ini hutan, Jimin menyadari akar besar di depannya dan

BRAK!!

Dia menabraknya, Jimin terguling jauh dari motornya. Mengumpat berulang kali pada dirinya sendiri, Mengibaskan rambut blonde nya yang terkena tanah dan rontokan daun kering dari pohon.

Tangan menjulur tepat di depan Jimin yang bengibas-ngibaskan bajunya, Jimin menatap sang pemilik tangan adalah tangan Taehyung. Mengambil tangan itu dan berdiri sambil membersihkan tubuhnya.

"Sial!"

Taehyung melepaskan ular yang ada di tangannya ke pohon tinggi di sana. Jimin yang terus memukuli tubuhnya untung membersihkan tanah dari tubuhnya.

"Berhenti, Jika kau bersihkan begitu sama saja kau menyakiti dirimu sendiri"

Jimin menghentikan tangannya yang memukuli dirinya sendiri, menghela nafas panjang.

"Mama memilih lavender"

"Lalu?"

"Lalu?! kau kira pernikahan tanpa restu itu akan bertahan lama?"

"Jadi kau ingin pernikahan kita bertahan?"

Jimin kembali menghela nafasnya kesal sambil mengusak-usakan rambutnya dan duduk di akar pohon di bawahnya.

Jika saja Jimin tidak memakai kalung itu, mungkin saat ini dia masih duduk di toko kuenya dengan tenang tanpa memikirkan masalah tidak jelas begini.

Tiba-tiba harus menikahi orang yang baru dia kenal, Jujur Jimin menerimanya tapi keadaan begini dan tanpa di restui orang tuanya yang membuat dia bingung dengan semuanya. Entah Seokjin yang terlalu egois atau Tuhan yang terlalu cepat mendatangkan Jodohnya.

"Berdiri, ayo ke kastil"

Jimin dengan perlahan kembali berdiri dan mencoba berjalan, Yah...kakinya terkilir dan itu menyebabkan keram  jika dia menggunakan kakinya dengan gerakan tiba-tiba.

Tanpa banyak bicara, Taehyung mengangkat tubuh seolah tanpa beban. Menggendong Jimin dengan bridal style dan membawanya ke kastil.

Keheningan menyita sesaat sampai Taehyung membuka suara.
"Kita bisa bercerai setelah menikah"

"Bukankah itu akan mendatangkan kesialan?"

"Kesialan itu hanya datang pada pihak pemakai cincin, jadi bukan kau"

"Sejujurnya aku tidak mau, tapi mama.."

"Tidak masalah"

Taehyung menurunkan Jimin di sofanya dengan perlahan dan duduk di bawah Jimin. Taehyung mengambil kaki Jimin yang terkilir dan mengelusnya perlahan.

Perlajan Jimin merasakan sakit di kakinya hilang secara tiba-tiba setelah Taehyung menyentuhnya. Jimin mencoba berdiri dan menggerakan kakinya, Dan yah kakinya baik-baik saja seperti semula.

"Terimakasih" Senyumnya tampak sangat manis di mata Taehyung.

Taehyung hanya tersenyum tipis menanggapinnya. Dia kembali berdiri dan memberikan tas milik Jimin.

"Ini kemarin tertinggal"

"Ah benar, aku mencarinya dari kemarin" Jimin mengambil tasnya dan mengeluarkan pita panjang dari sana.

"Ah lihat, sejak kapan ada di sini? ah sudahlah! kemarikan tanganmu" Pintanya sambil mengulurkan tangannya pada Taehyung.

Tanpa basa basi, Taehyung memberikan tangannya dan di terima baik oleh Jimin. Jimin mengikatkan pita itu pada tangan Taehyung, warna kombinasi ungu dan merah muda.

"ucapan terimakasih untuk bantuannya hehe"

Taehyung menatap perban putih yang sudah di balut dengan pita milik Jimin. Tangannya terangkat mengusap kepala kucing lucu itu dengan lembut.

"Sebaiknya kau pulang" Jimin menggeleng dan mencurutkan bibirnya.

"Aku mau di sini, di rumah aku sangat muak dengan mama dia terlalu egois"

"Bukankah seorang ibu memang harus menjaga anaknya?tapi kenapa mereka harus egois begitu?" Jimin mengoceh kesal sambil mengikuti arah berjalan Taehyung, mengikutinya ke dapur.

"Aku tidak tau, Ibuku sudah meninggal sejak usiaku 3 tahun dan ayahku sudah meninggal saat usiaku 15 tahun"

Jimin menggigit bibirnya gugup, dasar mulut sialan! kenap juga mengatakan itu! teriaknya dalam hati. Jimin merasa bersalah sudah mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.

"Maaf" Lirihnya pelan.

"Tidak apa" Jimin memperhatikan Taehyung yang sibuk dengan piring dan gelasnya, mendekati Taehyung dan mengintip dari balik tubuhnya.

"Aku punya mini cake dan susu, Semoga kau suka"

"Kenapa kau repot-repot, aku tidak—

"Kau tidak menerimanya berarti kau tidak menghargaiku" Jimin akhirnya menerima sepiring mini cake dan gelas susu yang di berikan Taehyung.

Jimin mendudukan dirinya di kursi meja makan di sana, dan memakan mini cake nya.

"Aku suka! darimana kau mendapatkannya?"

"Di toko kue dekat mini market, baru buka kemarin" Jimin mengangguk kan kepalanya lalu meletakan mini cake nya kembali ke piring.

"aku penasaran kau ketika keluar seperti apa"

"Aku biasanya hanya menggunakan celana dan jaket"

"Berapa kali kau keluar sehari?"

"2 sampai 3 jika harus ke kantor juga"

Jimin kembali menanjutkan makannya dan meminum susu yang di berikan Taehyung.

"Kau tidak mau?" Tawarnya sambil menyodorkan mini cake. Taehyung hanya menggeleng.

"kenapa?"

"Aku tidak suka manis"

"Lalu kenapa kau membelinya?"

"Untukmu"

Jimin dengan cepat menoleh pada Taehyung yang sedang menatapnya makan, apa apaan? bagaimana Taehyung tau kalau Jimin akan datang? apa dia cenayang? atau...peramal? apa dia seorang yang bisa membaca garis tangan? bodo ah, mini cake nya lebih enak daripada harus memikirkan itu semua.
















































































































tbc....

KASTIL TUA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang