"Kau tinggal denganku selama ini, apa kau takut?"
"Untuk apa?" Taehyung kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap gemintang malam dan membiarkan angin semilir masuk.
"Aku tinggal di antara kegelapan, di tengah hutan, aku sendiri dan liar-
"Tidak" Jimin memotong ucapan Taehyung sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.
"Kau tidak liar, dan untuk apa aku takut? kan ada kau" Ucapnya kembali sambil merapikan baju-baju Taehyung yang sudah dibawa pulang dari rumah sakit.
Taehyung tersenyum tipis menatap rembulan yang begitu cerah, entah karena menyambut kepulangannya atau memang faktor cuaca yang membuatnya. Jimin menutup lemari dan menghampiri Taehyung, dia mengambil rokok yang berada di antara jari Taehyung dan membuangnya.
"Sudah ya rokoknya kau baru sembuh" Ucapnya sambil membersihkan tangan Taehyung dengan tisu basah miliknya.
Taehyung membiarkan Jimin membersihkan tangannya. Selesaiembersihkan tangan Taehyung, Jimin membantu Taehyung berdiri dan membawanya turun ke meja makan. Perlahan mendudukan Taehyung di antara kursi-kursi yang berjejer rapi di sana.
Jimin mengambil semangkuk sup hangat dan duduk di depan Taehyung sambil menodongkan sendok berisi sup itu pada Taehyung, Sedangkan sang empu hanya memandang bingung pada istrinya. Taehyung masih punya tangan, dia bisa makan sendiri.
"Aku suapi"
"Aku bisa makan sendiri"
"Tidak pak Kim, kau itu ceroboh sehingga membiarkan orang lain bisa melukaimu jadi jangan sampai sendok ini juga mengiris bibirmu"
Taehyung akhirnya menghela nafas pelan dan menuruti permintaan Jimin untuk menyuapinya. Suapan pertama istrinya padanya terasa seperti suapan dari tangan ibunya, semua makanan yang rasanya hambar menjadi lebih nikmat.
Taehyung menyukai suapan dari Jimin, sekali lagi dia menemukan hal yang membuatnya semakin mencintai istrinya. Entah sejak kapan Taehyung sudah menatap Jimin sangat lama, namun tanpa sadar Taehyung mengagumi istri manisnya.
Taehyung tak bohong, dia mencintai Jimin apa adanya dan bukan ada apanya. Taehyung rela jika harus membangun seribu candi pun akan dia lakukan, walaupun dia harus memanjat tebing tertinggi jika drmi Jimin dia sangat rela.
Entah sejak kapan datangnya rasa cinta Taehyung yang sudah lama mati, sama seperti rasa sakitnya yang sudah lama hilang kini kembali. Taehyung tak pernah mengira bahwa akan mendapat seorang pendamping hidup yang begitu baik dan sempurna.
"Kenapa menatapku?apa rasa masakanku aneh?" Tanya Jimin yang sadar sedari tadi di tatap oleh Taehyung.
"Itu tatapan puja, aku mengagumimu" Lagi, pipi Jimin bersemu merah seperti kepiting rebus.
Jimin berdiri untuk mencuci mangkuk bekas sup itu dan sekaligus mengalihkan pandangannya.
'Sialan sekali pak Kim ini, bagaimana dia bisa terang-terangan begitu aarrgghhh! tidak sopan!' Jimin menggerutu dalam hati.
"Kau mau kemana?" Jimin menoleh setelah mendengar langkah kaki Taehyung yang ingin berdiri, Jimin segera menghampiri dan membantunya.
"Melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda beberapa hari ini"
"Berapa kali ku katakan kau harus istirahat Kim?" Taehyung menoleh ke arah pintu kastilnya mendengar suara datar yang memanggilnya.
"Yoongi hyung, aku tidak bisa terus terusan istirahat"
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTIL TUA
FantasiPria cantik yang terobsesi dengan kastil tua, hingga akhirnya harus menikah karena kalung dan cincin yang di dapatkannya Jika tidak dia akan terkena sial seumur hidupnya. Begitu banyak rintangan di antara hubungan mereka, demi terus bersama. Mereka...