Jungkook

373 27 1
                                    


Jungkook di depan pintu tempat Taehyung di tanganni, pikirannya tak tenang dan gelisah. Jungkook hampir 2 jam mondar mandir dan seluruh tubuhnya kacau. Bajunya sudah di penuhi darah Taehyung.

Jimin yang tak bisa berbuat apapun juga hanya terduduk diam tak henti menangis, dia hanya berdiam diri di sana sambil melamun dan menyandarkan kepalanya di tembok rumah sakit yang dingin.

Saat ini di pikiran Jungkook hanya Taehyung, Taehyung, Taehyung dan Taehyung. Jimin menyuruh Jungkook agar duduk dan menenangkan pikirannya agar tidak berfikir yang macam-macam.

Jungkook terduduk memegangi kepalanya yang terasa berat, Dia masih belum sanggup untuk kehilangan seseorang lagi dari hidupnya. Sudah cukup pahit yang di jalaninya selama ini, jangan sampai dirinya harus menangis setiap hari lagi.

Yoongi datang dengan terburu-buru, dia melihat Jungkook dan Jimin yang duduk di depan ruang operasi. Yoongi di beritahu oleh Jungkook agar datang karena Taehyung tertembak.

"Jungkook!" Yang di panggil menoleh dan berlari ke pelukan hyungnya.

Yoongi, adalah kakak dari Taehyung dan Jungkook. Sama seperti Hoseok, dia hanyalah teman Taehyung yang sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Yoongi tak sungkan untuk di repotkan oleh Taehyung maupun Jungkook.

"Tenanglah, Hyung mu pasti baik-baik saja"

Yoongi mengusap perlahan punggung Jungkook yang tak ada henti-hentinya terisak. Jungkook mulai sesenggukan dan matanya sedikit sembab karena menangis.

"Sudah ya" Yoongi mengusap air mata Jungkook yang membasahi pipinya. Matanya memerah begitu juga hidung dan bibirnya.

Dokter Jung keluar melepas masker dan stetoskop yang mengalung di lehernya. Sejenak menghembuskan nafas panjang sebelum bicara pada Yoongi. Menahan mati-matian air matanya dan mencoba menjelaskan dengan tenang pada semua orang yang sudah berdiri menatapnya.

"Maaf...aku, tidak bisa menyelamatkannya"

DEG!

"Sungguh, aku benar-benar minta maaf"

"Hyungh...jangan bercanda hyung!"

"Maaf Jungkook, sekali lagi maaf"

"pelurunya memang tidak sampai menembus jantungnya, tetapi sesaat setelah kau membawanya kemari dia sudah menghembuskan nafas terakhirnya, kau boleh melihatnya" Jelasnya cepat.

Jungkook, Yoongi dan Jimin memasuki ruang operasi Taehyung. Mereka bertiga kaku melihat mayat Taehyung yang pucat dan tak bernafas lagi.

Jungkook mendekat ke ranjang Taehyung, Dimana dia melihat Taehyung yang terpasang alat-alat yang menempel pada tubuhnya. Ada satu layar yang membuat Jungkook tak bisa berhenti memandanginya. Layar yang menampakan detak jantung Taehyung yang sudah datar.

"Hyung ayo bangun, Kookie mau main" Ucapnya sambil menempelkan kepalanya pada Dada Taehyung.

Orang yang selalu dia peluk, yang selalu ada untuknya dan yang tak pernah mengeluh sekalipun di jahilinya. Jungkook tak berdaya, dia hanya mampu menatap Taehyung yang tak membuka matanya lagi.

"Hyung tau? Kookie tadi mau cerita, kookie punya anjing baru loh namanya bam" Ucapnya masih betah di sana.

"Hyung tidak mau lihat?"

Jimin mendekat dan menyentuh pundak Jungkook perlahan, namun hal itu di tepus dan di tolak mentah mentah oleh Jungkook. Jungkook tak suka di sentuh oleh Jimin, dia benci pria yang membuat Hyungnya meninggalkannya.

"Karena kau hyungku jadi begini! Kau penyebabnya! seandainya kau tidak datang, hyung ku tidak akan pergi!"

"Jungkook, ini rumah sakit sudahlah biarkan Jimin melihat Taehyung sebentar" Akhirnya dengan berat hati, Jungkook mundur dan membiarkan Jimin melihat Taehyung.

Yoongi mengajak Jungkook unyuk keluar dan membiarkan Jimin di sana sementara, Mungkin ada yang ingin atau belum Jimin sampaikan pada Taehyung.

Jimin memandangi mayat pucat itu dengan pilu, Dadanya terasa sesak. Untuk kedua kalinya dia ditinggalkan kekasihnya, dan Taehyung adalah kenangan terbaik Jimin. Tangannya mengusap rambut Taehyung yang lembut, kepalanya di penuhi dengan keringat dingin.

Jimin perlahan mengusap dada Taehyung dan menyandarkan kepalanya di sana sambil memeluknya, Dada yang menjadi tempat bersandarnya dan mendapat kebahagiaannya. Namun kebahagiaan itu pupus saat orang tuanya begitu membenci Taehyung, entah apa salahnya.

Jimin tak pernah menatap senyum lebar Taehyung, bahkan senyum tipisnya jarang jarang dia keluarkan. Jimin takut saat dia meninggalkan Taehyung, dia harus menghadapi orang tuanya dengan kehadiran little space nya.

Little space Jimin terbiasa dengan Taehyung dan tidak pernah mengenal yang lain selain Taehyung. Jimin hanya menghela nafas pelan lalu memainkan jari-jarinya di atas dada Taehyung seolah menggambarkan sesuatu.

"Maaf Tae, aku tidak bisa memberi apa yang aku janjikan"

"Terimakasih karena sudah sangat baik dalam merawat ku"

"Aku tidak ingin jika little space ku di ketahui orang tuaku, aku hanya ingin kau yang tau"

"Aku mencintaimu dan aku harap kau pun begitu, Aku suka pelukan hangatmu, aku suka perhatian manis mu, aku suka semua yang kau lakukan padaku"

Jimin merasakan ada pergerakan dari tangan Taehyung, dia menatap monitor yang menampakan detak jantung Taehyung yang agak melemah tapi perlahan kembali.

"DOKTER!"
















































BONUS

KASTIL TUA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang