29

325 26 3
                                    


















"Tidak apa, itu hanya efek terlalu banyak makan makanan pedas"

Taehyung bernafas lega setelah mendengar jawaban dari Hoseok. Tadinya dia benar-benar ketakutan karena Jimin terus mengeluh sambil meremat jasnya sangat kuat.

"Kurangi makan pedas ya" Jimin mengangguk lalu tersenyum tipis.

Sebelum Hoseok keluar Jimin teringat akan tablat obat yang di temukannya di tempat sampah. Jimin merogoh sakunya dan menemukan tablet obat yang tadi dia simpan.

"Hyung, kalau aku boleh tanya, ini apa?"

Taehyung memandang lamat-lamat benda yang tampak tak asing di matanya, seketika membuatnya menganga karena yang di tangan Jimin adalah tablet obat miliknya. Hoseok dan Taehyung saling melempar pandangan, Taehyung sudah menggeleng untuk memberitahu agar Hoseok tidak mengatakan apapun.

Tepat setelahnya ponsel Hoseok berdering telefon dari rumah sakit yang mengatakan ada pasien kritis yang harus segera di tangani. Hoseok akhirnya berpamitan segera dan keluar dari kastil Taehyung untuk kembali ke rumah sakit.

Taehyung mendudukan dirinya di samping Jimin, di tepi ranjang dan menatap Jimin yang terus memperhatikan tablet obat miliknya. Taehyung meletakan kepalanya di sana sembari memeluk pinggang Jimin dan memejamkan matanya.

"Tae, apa ini milikmu?" Taehyung menggeleng sebagai jawaban.

"Lalu milik siapa? kita hanya tinggal berdua, siapa yang akan masuk ke kamar kita Tae?" Jimin tak mendapat jawabannya, Taehyung hanya diam di pelukannya dan sama sekali tak ingin membuka suara.

"Jawab!" Taehyung kembali bangun dan menatap Jimin yang juga menatapnya dengan tatapan sendu.

"Iya, itu miliku"

"Kenapa? kau kenapa?" Tanya nya sembari mengusap pelan rambut hitam legam itu.

"Aku punya riwayat penyakit jantung, obat itu hanya untuk berjaga-jaga saat dadaku terasa tiba-tiba sesak atau sakit"

Taehyung menatap Jimin yang tak bergeming, tangannya masih di rambutnya dan matanya masih menatapnya dengan sendu. Taehyung tak menyukai tatapan itu, tatapan yang menuntut kejujuran, tatapan yang memaksanya untuk menyakiti istrinya.

"Apa begitu sulit jujur pada istrimu sendiri? aku hanya tidak mau kau menyimpan kesedihanmu sendiri, aku istrimu Tae! kau bisa bertukar cerita denganku, aku hanya tidak ingin kau terluka"

Taehyung menarik Jimin untuk memeluknya, namun yang di dapatnya hanya pemberontakan yang membuatnya semakin takut akan kehilangan Jimin. Berulang kali, Taehyung mencoba membujuk Jimin dengan seluruh kemampuannya bahkan meminta maaf sebisanya pada Jimin.

Hanya penolakan yang di dapatnya hingga saat ini, dia terlalu lemah jika di hadapkan dengan sesuatu yang menyangkut Jimin. Taehyung semakin bingung bagaimana cara menghentikan tangisan istrinya yang semakin membuatnya sakit.

Tak ada pilihan lain, akhirnya Taehyung memeluk paksa Jimin agar dia lebih puas mendapat tendangan ataupun pukulan dari Jimin. Taehyung mencoba menenangkan Jimin dengan segala cara yang dia bisa.

"Apa aku benar-benar tidak bisa di percaya?"

"Bukan maksudku tidak percaya padamu, tapi semuanya itu butuh waktu. Dengarkan baik-baik, aku akan menceritakan apapun padamu tanpa harus melukaimu dan aku membutuhkan waktu—

"Tapi kapan? sesulit itu kau mempercayaiku? waktu yang tepat saat aku mati begitu?"

"JIMIN!" Yang di sebut namanya tersentak membuatnya menghentikan tangisannya sekejap lalu kembali menangis.

KASTIL TUA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang