032

190 7 1
                                    

Assalamualaikum,
Gimana punya kabar?
Semoga Allah selalu melindungi kita semua
Amiin




Mari kita berlanjut dengan keruwetan kisah ini....
Lama ya nunggunya?
Enggak kan???









*****

  Sudah seminggu ini Raffa kembali ke  kota tempatnya menimba ilmu,
Sudah waktunya ia melakukan bimbingan untuk persiapan skripsinya.
Meskipun saat ia kembali kesini,ia meninggalkan sebuah perasaan gelisah yang tak kunjung usai sampai saat ini.
Apalagi kalau bukan menyangkut sosok seorang gadis yang sejak pertemuan pertama langsung menyita perhatiannya.

Sudah seminggu ini pula Haris memberinya kabar mengenai gadis itu yang baru saja menyelesaikan pendidikan di jenjang menengah pertama.

Raffa menghentikan sejenak kegiatan menyusun sebuah tema di layar laptop miliknya.
Setelah dipikir pikir apa yang Aila katakan ada benarnya juga,
Ia juga masih bertanya-tanya,kenapa kakeknya mau menjodohkan mereka disaat usia aila sedini itu?
Tapi ia juga merasa sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan gadis itu, ia sangat menyayangkan kenapa Aila tidak mau mendengarkan penjelasannya?
Kenapa gadis itu tidak mendengar perspektif dari dirinya?
Tapi apa boleh buat, ia berhadapan dengan seorang gadis yang bahkan belum mengenal apa itu dunia luar, emosi yang masih sangat labil dan sikap kekanakan yang belum dapat ia mengerti.
Sejujurnya ia juga tidak siap jika menikah dalam waktu dekat, dengan seseorang yang mungkin seusianya saja ia masih ragu,apalagi dengan aila yang masih butuh sekali bimbingan orangtuanya.

Raffa kembali memusatkan pikirannya dalam layar yang ada didepannya kini,mengabaikan semua hal yang berhubungan dengan aila ataupun sesuatu tentang keluarga di Jawa.
Biarkan urusan Aila ia serahkan kepada Allah saja,ia tidak mau mendahului rencana Tuhan.
Apalagi menyangkut tentang jodoh.

Dering telfon membuatnya harus menghentikan kembali kegiatannya, ia lupa jika sudah waktunya ia menemui dosen pembimbingnya sekarang.

"Ning! Kalau boleh aku meminta pergilah sejenak dari pikiranku, aku harus menyelesaikan dulu sebuah jalan untuk menghalalkanmu" ucap Raffa lirih, hampir mirip sebuah gumaman,
Sedetik kemudian dia tersadar dan seperti langsung menepuk keningnya, Ning Aila lagi.

*****

Aila sedang menunggu sebuah kabar dari sang kakak yang saat ini tengah menempuh pendidikan di kota lain,
Ia sudah memutuskan untuk ikut kakaknya saja,daripada disini ia terus terbayang bayang dengan perjodohan.
Bukan! Bukan ia tidak menyukai sosok calon suaminya, dilihat dari segi manapun Raffa itu calon yang sangat ideal,hanya saja masalahnya ia masih terlalu kecil.

Perbincangan kedua orangtua beserta kakeknya semalam semakin membuatnya ingin pergi.
Apakah mereka tidak memikirkan bagaimana perasaannya?
Apakah mereka tidak mencoba meminta pendapatnya?
Ia ingin marah,hanya saja ia tidak mungkin membantah ucapan mereka ,ia tidak ingin jadi anak yang durhaka.

Satu kesalahan yang aila lakukan saat itu adalah tidak berani bertanya langsung kepada kedua orangtuanya ataupun sang kakek.
Satu kesalahan yang akhirnya membuat hidupnya penuh dengan keruwetan saat ini.
Satu kesalahan yang akhirnya membuat penyesalan tak kunjung henti sampai sekarang.

"Ada apa sih La? Abang masih sibuk ini?" Tanya si Abang setelah berbalas salam sebelumnya.

"Gimana tentang sekolah untuk aila bang?" Tanya Aila langsung.

"Loh! Kamu beneran nyuruh Abang buat cari sekolah? Sudah minta izin Abi atau belum?"

"Ini urgent bang!"

"Urgent sih urgent, tapi izin dari orangtua juga sama pentingnya"

Aila menarik nafasnya sejenak,
"Abang mau aila dinikahkan saat ini juga? Aila masih kecil bang, aila masih mau sekolah,masih mau kuliah masih mau kerja, kenapa sih kakek tega banget sama aku bang?"

"Belum tentu kamu akan dinikahkan sekarang la, gak mungkin banget kakek ngelakuin itu sama kamu, beliau itu sayang banget sama kamu."

"Abang juga ikut ikutan mereka,Abang juga gak sayang sama aku?"

Aila sudah akan meneteskan air matanya terlalu emosi, ia tidak habis pikir dengan semua keluarganya yang seakan ingin membuangnya.
Percayalah! Ia hanya gadis belia berusia 15 tahun yang masih labil.

Terdengar Al menghela nafasnya sejenak,
"Ya udah,Abang akan bantu kamu"

"Beneran?"

"Tapi dengan syarat!"

"Apa?"

"Nurut sama Abang!"

"Siap!!!"

Aila sangat bahagia mendengar keputusan dari kakaknya yang mungkin akan bisa membebaskan dirinya.
Semoga saja kehidupannya setelah ini lancar.
"Umi Abi kakek, maafin aila ya" gumamnya dalam hati.


Abigail atau yang sering dipanggil Al itu menghela nafasnya lebih panjang setelah menutup panggilan dari adiknya.
Ia memang akan mengajak aila kesini,tapi tentu saja dengan sepengetahuan orangtuanya,tidak akan mungkin ia mengambil tindakan gegabah seperti sang adik.
Sebagai seseorang yang lahir lebih dulu dari adik kecilnya itu,ia faham betul seberapa sayang orangtuanya kepada sang adik,apalagi kakek Ibnu
Jangan tanyakan lagi seberapa besar kasih sayang beliau,
Dan karena itu pula beliau mencoba memilihkan calon suami yang terbaik untuk sang cucu, hanya saja mungkin waktunya yang tidak tepat.

Ia tidak bisa menyalahkan siapapun, tidak kakek tidak pula aila,
Tapi semoga saja keputusannya kali ini benar.
Semoga!!!

*****

  Hari ini adalah acara yang sangat dinantikan oleh Raffa, dimana perjuangannya selama bersemester semester telah usai.
Apalagi semester terakhir kemarin yang sangat menguras tenaga,pikiran bahkan emosi.
Skripsi yang beberapa kali ditolak dan harus revisi.
Tapi benar kata pepatah kalau usaha tak akan mengkhianati hasil.
Dan sekaranglah buah dari usahanya selama ini,gelar S1 berhasil disandangnya.

Ada satu berkah lagi dari sibuknya ia selama skripsi, ia hampir lupa masalahnya dengan Aila.
Ia juga tidak memikirkan gadis itu sementara waktu.
Untung saja,
Karena kalau masalah ini sampai merusak konsentrasinya bisa ngulang tahun depan dia.
Big no!!!

Disaat sedang merayakan wisuda bersama teman seangkatannya, Raffa diam sejenak ketika melihat sebuah pesan dari nomor yang akhir akhir ini sering menghubunginya.
Ia terpaku membaca kata demi kata yang tertulis didalamnya.
Benarkah?

Namun sebuah tepukan di pundaknya membuyarkan segala lamunannya.
"Kenapa? Foto dulu yuk!" Ajak sang sahabat, Muhammad Azzam namanya.

Sejenak Raffa melupakan pesan tersebut guna menemani teman temannya berfoto.
Kalau boleh egois ia ingin tidak ada lagi hal mengenai aila yang mengganggu hidupnya ataupun pikirannya sekalipun.
Namun kenapa? Kenapa hal kecil saja mengenai gadis itu langsung mempengaruhi pikirannya?
Jadi benar jika gadis itu pergi dari keluarganya hanya karena tidak ingin dijodohkan dengannya.
Raffa tersenyum miris,sebegitu hinakah aku di matamu Ning?
Baiklah jika itu maumu,aku juga tidak akan pernah mau lagi berurusan denganmu,akan aku anggap jika tidak pernah mengenal namamu dalam hidupku
Aku harap kamu juga tidak Sudi meski hanya singgah dipikiranku.


"Maaf Gus, saya mau mengabarkan jika Ning Aila pergi dari pesantren, kemungkinan kabur karena keluarga ndalem juga tengah panik mencari keberadaannya".

Sebuah pesan dari Haris yang akan selalu ia jadikan pengingat untuk melupakan nama seorang gadis bernama Rumaira Mikayla Yasmine.




*****

Kayaknya flashback nya udahan deh.
Tapi lihat lagi lah nanti sesuai sama mood aku.
Makaaasih yang udah mau nunggu cerita yang aku anak tirikan ini
Kalau udah dibaca,jangan lupa tinggalkan jejak
Vote dan komen tetap aku tunggu.


See you,







Re_i

04 November 2022

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang