030

238 8 2
                                    

Assalamualaikum,
Bagaimana kabarnya?
Baik kan?
Alhamdulillah!!!

Sudah lama banget ya aku gak nengok lapak ini,
Eh....lapak sebelah juga sama
Ya gimana, ternyata menjaga mood menulis itu susah banget
Dan menemukan waktunya juga yang lumayan sulit
Maaf ya...soalnya urusan sama dunia nyata juga

Oh...iya!
Cuman mau bilang
Love yourself
Jangan gantungkan kebahagiaan mu pada orang lain
Dan cintailah dirimu sendiri dulu sebelum mencintai orang lain
Karena sejujurnya yang paling mengerti kesakitan kita itu ya kita sendiri
Tetap semangat ya
Stay happy stay healthy



*****


  Selepas dari masjid Raffa langsung kembali ke kamarnya
Semalam ia sudah berjumpa dengan teman sekamarnya
Namanya Haris, mahasiswa semester 5 fakultas sastra bahasa
Wow.... Pinter pasti nih anak
Iyalah ...dan setelah ngobrol kecil, ia juga menyadari jika si Haris ini salah satu kang pondok yang sering membantu kegiatan di ndalem.

Haris itu aslinya dari Pasuruan Jawa timur, dan sudah mondok disini dari awal SMP
Hmmm....sudah lama juga.

"Assalamualaikum" ucap salam Raffa ketika melihat Haris tengah membereskan buku di meja.

"Wa'alaikum salam mas" jawabnya senyum
Raffa memang tidak mengizinkan Haris memanggilnya Gus ketika disini,
Ya gimana untuk gelar seorang Gus ia merasa belum mampu.

"Kamu ada kuliah pagi atau gimana, udah rajin banget?" Tanya Raffa sembari terkekeh halus,ia mendudukkan dirinya di tempat tidur sejenak sebelum memulai pelajarannya di kelas.

"Gak ada mas, bukannya aku harus nganter dan nemenin mas mengajar dulu, ya anggap saja asisten begitu mas" jawab Haris ikut tersenyum.

Pemuda ini kalau dilihat lihat ganteng juga,kalem lagi dan sopan santunnya itu lho
Adem banget ngeliat wajahnya
Eh.... jangan berfikir yang aneh aneh ya,aku suka pemuda ini karena sikapnya
Bukan apa apa,seorang Raffa masih suka sama wanita ya terutama Ning pondok pesantren ini
Hihi...

"Kenapa mas?" Tanya Haris saat melihat Raffa yang tersenyum sendiri

"Gak papa, ya udah ayo kalau begitu kita mulai sekarang" ucap Raffa seraya mengambil sebuah buku dimeja nya.

"Masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi mas" ucap Haris

"Ya gak papa sekalian aku hafalin kelasnya,biar besok kamu gak perlu nganterin aku lagi,"

"Mas Raffa gak mau aku antar?"

"Bukan begitu, ya masa setiap hari kamu harus selalu nganterin aku, jadwal kamu kan bisa terganggu"

"Gak papa mas, Abah yai sudah wanti wanti supaya menemani mas"

"Ya Allah,memangnya aku anak kecil umur 5 tahun apa? Aku itu udah lama keluar dari rumah dan masih baik baik aja sampai detik ini ya" ucap Raffa dengan keluh kesahnya ya g ditanggapi Haris dengan senyumannya.

"Mas Raffa "

"Iya ris ada apa?"

"Aku boleh nanya sesuatu?"

"Tanya aja, insyaallah bakalan aku jawab kalau bisa"

"Tapi mas Raffa jangan tersinggung ataupun marah ya?"

"Ya tergantung apa yang akan kamu tanyakan,sudah katakan saja apa yang ingin kamu tau"

"Hmmm...mas Raffa beneran calonnya Ning Aila?" Tanya Haris takut takut
Sebenarnya ini bukan urusannya dan tidak seharusnya ia bertanya seperti ini
Tapi ternyata rasa penasaran mengalahkan segala logikanya.

Raffa sempat terkejut, dan diam selama beberapa detik namun selanjutnya ia tersenyum tipis seraya menggeleng ringan.

Melihat Raffa yang tidak menjawab Haris menjadi was was
Jangan jangan Gus ini sedang marah padanya.

"Kalau mas Raffa tidak berkenan,tidak usah dijawab mas" ucap Haris takut takut
Ingin rasanya ia memukul mulutnya yang asal ucap,salahkan juga rasa keponya yang tinggi.

"Calon apa nih?" Tanya Raffa dengan kekehannya.

"Maasss!"

"Hehehe...calon gurunya sih iya,ini mau ngajar di kelasnya kan?"

"Bukan itu mas, calon suami!"

"Ning Aila nya aja masih segitu, yang ada aku dibilang pedofil kalau langsung bilang sebagai calon suaminya, masih jauh itu ris,lagian kamu dengar darimana berita kayak gitu?"

"Banyak yang bilang mas, santri santri juga pada ribut"

"Udah jangan didengerin".

Haris menatap lekat kearah Raffa yang masih tersenyum tipis,tetapi pemuda itu sudah mulai memilih buku mana saja yang sekiranya akan digunakan untuk mengajar hari ini

"Tetap semangat ya mas" ucap Haris setelah sekian lama diam

"Dalam hal apa dulu ini?"

"Alhamdulillah aku sudah lama mengenal Ning Aila, dia anak yang baik tapi agak egois,butuh cukup lama untuk meyakinkan dia mas"

Sontak ucapan Haris ini langsung membuat Raffa menatapnya,
Ia melihat jika ada sesuatu yang tidak terbaca di mata santri ini
Jangan jangan santri ini menyimpan perasaan pada Aila.

"Aku tau, makasih ya ris"

"Makasih untuk apa mas?"

"Ya makasih aja dulu," ucap Raffa dengan tawa pelannya
Sesungguhnya ia tau saat melihat Aila untuk pertama kalinya saja,ia tau akan sangat sulit mendapatkan gadis itu
Selain dari Aila sendiri,ada banyak doa juga yang melindunginya
Intinya, ia harus bertarung dengan banyak doa yang dilangitkan oleh orang lain juga.

*****

  Aila sedang bersiap siap untuk pergi ke sekolah pagi ini,
Sekolahnya masih satu area dengan pondok pesantren
Ada jenjang pendidikan mulai dari dini hingga kelas atas
Mulai dari RA-SDI-SMPI dan MA kalau untuk jenjang setelahnya biasanya santri yang masih mondok akan pulang pergi

Aila menghentikan langkahnya kala mendengar percakapan antara Abi dan kakeknya
Ada sedikit perasaan yang entahlah sulit dijabarkan setelah mendengar ucapan mereka.

"Abah yakin dengan keputusan untuk mendekatkan Aila dan Raffa dengan cara seperti ini?" Tanya Abi Husein

"Sejak awal Abah  tidak mendekatkan mereka,tapi memang kebetulan yang benar benar terjadi, Abah tidak ada rencana secepat ini untuk mempertemukan Aila dengan Raffa "

"Tapi kalau soal rencana perjodohan itu bah?"

"Itu kan amanah, tapi tidak secepat ini pula, Aila masih terlalu kecil untuk  menjalani hidup berumah tangga, setidaknya biarkan dia menyelesaikan hafalannya dulu" ucap kakek Ibnu tenang

Namun yang tidak tenang justru gadis yang diam diam mendengarkan percakapan mereka
Jadi benar,jika ia akan dijodohkan?
Dengan Raffa?
Entahlah Aila merasakan emosi yang mulai tumbuh dihatinya
Sejak kecil ia sudah menuruti segala keinginan dari kakeknya sebagai tanda baktinya
Lalu untuk urusan jodoh tidak bisakah ia memilih sendiri?
Tidak ada yang salah dengan seorang Raffa, semua yang melihat pasti akan mengatakan pemuda itu sosok seorang calon imam idaman,hanya saja ia tidak mau dipertemukan dengan cara seperti ini
Ia ingin menemukan jodohnya sendiri, ia ingin merasakan mencintai dan dicintai dengan caranya sendiri
Haruskah ia marah dengan keadaan ini sekarang?
Lalu ia harus apa sekarang?
Bagaimanapun ia hanya seorang anak berumur 15 tahun yang emosinya masih labil,tidakkah keluarganya memikirkan dampak psikologis terhadapnya?
Setidaknya kalau mau menjodohkan tunggu sampai dia lulus kuliah dulu
Bukan lulus SMP aja belum sudah harus memikirkan pernikahan
Sudahlah!!!! Aila jadi tidak mood untuk menemui mereka.

*****

Gimana menurut kalian?
Agak lama gak sih ceritanya?
Kalian suka yang cepat atau harus gini dulu?
Kan jalan seseorang mendapat jodoh itu beragam
Ada yang mudah, ada juga yang muter muter dulu
Kalian suka yang gimana?
Mungkin ada yang mau request alur
Atau mempunyai saran?
Bisa kok, bisa


Yang udah Nemu cerita ini bisa dong dimasukkan ke list baca kalian
Yang udah baca,bisalah tinggalkan jejak

See you,,,,







Re_i


21 Juli 2022

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang