034

225 8 4
                                    

Assalamualaikum,

.
.
.
.
.

     Hari ini Raffa harus terburu buru untuk pulang karena ia mendapatkan kabar jika sang kakek tengah sakit.
Didalam perjalanan yang memakan waktu cukup panjang itu,ia merasa sangat gelisah.
Kakeknya itu jarang sakit,tapi sekalinya sakit pasti langsung nginep di hotel yang tidak ingin dia pijak alias rumah sakit.
Kenapa sih namanya harus rumah sakit??

Raffa sedikit menyesali sikapnya terakhir ini kepada pria sepuh tersebut,  meskipun tidak terlalu dekat dengan orang tua dari pihak Abinya itu, namun Raffa memasukkan kakek ke dalam daftar orang yang ia mintai nasehat dan pertimbangan dalam setiap tindakan yang akan diambilnya.

Ini semua bermula dari pernyataannya yang meminta membatalkan saja perjodohannya dengan Aila.
Permintaan yang urung dikabulkan oleh sang kakek bahkan sampai saat ini.
Kata katanya pada Aila waktu itu hanya berasal dari dirinya sendiri yang enggan berurusan kembali dengan sang gadis.
Yang sebenarnya adalah kedua belah pihak belum memutuskan apa apa.
Dan sebenarnya pula perjodohan itu hanya sebatas wacana dari kakek Ibnu mengingat Aila yang masih dibawah umur kala itu.
Hanya sebatas perkataan dari sepasang sahabat yang ingin hubungan tetap terjalin sampai ke keturunannya.
Kalau seandainya Tuhan mengabulkan bukankah itu yang dinamakan takdir.
Namun karena saat itu Raffa juga memendam ketertarikan pada Ning Aila, maka ia berusaha untuk mengenal gadis itu sesuai dengan permintaan kakek dan orangtuanya juga.

Jujur saja Raffa sedikit merasa takut, Abinya bilang kondisi kesehatan kakek menurun drastis akhir akhir ini,jadwal dakwah beliau memang hampir memakan waktu sepanjang hari, perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lainnya juga jadi salah satu penyebab menurunnya kesehatan pria sepuh tersebut.
Semoga saja pikiran buruk yang menghantuinya dari tadi tidak jadi kenyataan.
Sungguh ia belum siap jika ditinggal kakeknya itu.

Selepas ashar Raffa baru sampai di rumah sakit, ia langsung berjalan terburu menuju tempat dirawatnya sang kakek.
Sesampainya di ruangan tersebut Raffa mengucap salam dan memasukinya, ia melihat jika sang kakek tengah tersenyum kecil melihat kedatangannya.
Di kamar tersebut juga ada umi beserta bibi, adik kandung dari sang Abi.

"Kakek gimana? Baik baik aja kan? Maaf Raffa baru sampai sekarang" ucap Raffa seraya mencium punggung tangan sang kakek.

"Alhamdulillah baik le, kamu ini apakah harus nunggu kakek sakit dulu baru menemui kakek?" Ucapnya menggenggam tangan sang cucu.

"Maaf kakek, lain kali Raffa akan sering sering sowan ke kakek," ucap Raffa.

"Kamu langsung kesini nak?" Tanya sang umi yang mulai menghampiri putranya itu.

"Inggih umi" jawabnya dan langsung menyambut pelukan ibunda yang sudah beberapa bulan tidak ditemuinya.

"Abi mungkin sebentar lagi sampai,katanya tadi masih diperjalanan" lanjut sang umi setelah pelukan terlepas,Raffa hanya mengangguk.

"Kakek sakit apa sebenarnya?" Tanya Raffa seraya duduk disamping tempat tidur kakeknya.

Pria sepuh itu terkekeh kecil sebelum menjawab "Biasa le, bukankah orang seusia kakekmu ini memang rapuh seperti ini?"

"Makanya gak usah capek-capek kek,jangan ambil dakwah yang sampai ke luar kota lah"

"Kakek sungkan menolak karena sudah janji dari lama,"

"Makanya kamu saja yang atur jadwal  dakwah kakekmu raf" sahut sang bibi yang tengah membereskan barang disalah satu pojok ruangan.
Raffa tentu tau maksud apa yang coba disampaikan oleh sang bibi.

"Raffa baru skripsi lho" ucap Raffa tersenyum kearah sang bibi yang juga dibalas senyuman oleh wanita tersebut.

"Kamu sudah makan nak?" Tanya sang umi.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang