[Name] berjalan menuju kelas sambil membaca buku matematika yang ada di tangannya. Materi tentang turunan dan integral berputar-putar di otaknya.
Memang dia mengerti materi tentang turunan, tapi karena [Name] tidur di UKS seharian, dia sama sekali tidak mengerti tentang integral. Setelah menyalin catatan Amu pun dia masih tidak paham.
Dasar matematika pelajaran tidak jelas.
Karena [Name] terlalu fokus dengan buku matematikanya, ia tidak sengaja menabrak seseorang.
"Enzo? Ah, maaf..."
"Kamu sudah baikan?" tanya Enzo kemudian.
"Baikan..? Oh," lalu [Name] mengingat kejadian yang Upi ceritakan beberapa hari yang lalu.
"H-harusnya aku yang nanya! Apalagi Sho hampir... Uh, menghajarmu? Lagipula dari semua orang kenapa Sho??"
Mendengar nama Sho, ekspresi Enzo langsung masam. Tapi dia juga tau diri. Kalau dia cari masalah dengan Sho, bisa-bisa dia yang babak belur.
Ia tidak menyangka rivalnya akan sebrutal ini.
Tapi dia tidak akan mengalah begitu saja.
"Hzzz, aku baik-baik saja, hanya sedikit syok. Ngomong-ngomong apa yang kamu baca?" tanya Enzo mengalihkan topik pembicaraan.
"Catatan matematika. Kami ada ujian hari ini..." balas [Name] sambil menunjukkan buku yang dibacanya.
"Oh~~ Mau soal bocoran? Kami baru ujian kemarin, " tawar Enzo setelah memerhatikan materi yang [Name] pelajari.
"Mau—! Oh, ehm.. Gajadi deh. Rasanya curang kalau aku saja yang dapat bocoran soalnya... Aku ingin coba dengan kemampuanku sendiri!" ujar [Name] sambil memeluk buku matematikanya. Menatap Enzo dengan gigih.
Bisa saja ia menerimanya, lalu dapat nilai tertinggi di kelas. Tapi rasanya tidak adil kalau ia mendapat nilai tertinggi dengan cara curang seperti itu. Lagi pula akan sangat ketahuan Pak Eko kalau ia membagi soal bocoran itu ke teman-temannya.
Pilihan yang tepat sekarang adalah menolak tawaran yang menggiurkan itu. Ia tidak boleh serakah.
"Baiklah. Aku menghargai pilihanmu. Duluan ya! Sudah mau bel nih, " Enzo kemudan melambaikan tangannya dan kembali menuju kelasnya.
[Name] yang kebingungan hanya melambaikan balik tangannya. Datang tiba-tiba lalu pergi tiba-tiba.
Hm, pertemuan yang unik.
..
Enzo kembali ke kelas dengan perasaan berbunga-bunga. Ia memilih gadis yang tepat. Meski kemungkinan mereka bersama akan sangat kecil karena 'seseorang' yang hampir menghajarnya kemarin.
[Name] tidak tau, bahwa Enzo sebenarnya mengujinya tadi. Apakah ia akan egois, lalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya atau dia akan berjuang dengan kemampuannya sendiri. Ternyata gadis itu memilih dengan bijak.
'Sungguh gadis yang sangat mengagumkan'
..
"Baiklah anak-anak madesu. Hari ini kita ujian tematik!" umum Pak Eko selalu wali kelas dan guru bidang studi matematika kelas [Name].
Terdengar suara tangisan pasrah dari seisi kelas. Terutama Amu dan Upi yang sama sekali tidak ada persiapan.
"Saya kasih waktu 1 setengah jam buat persiapan. Kiki tolong bantu saya ngeprint kertas ujiannya."
"Iya paak."
Ditengah perjalanannya, Kiki menyaksikan ekspresi Amu yang kesulitan memahami soal matematika di depannya. Ekspresi Amu yang menggemaskan itu mendorong Kiki itu menganggu si gadis berkerudung itu sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!!
Fanfiction[HIATUS] Hanya kisah seorang gadis yang berusaha bebas dari kepompongnya, tentu saja dibantu dengan teman-temannya yang aneh, unik, dan petakilan. Dan mungkin akan ada sedikit bumbu cinta mendampingi jalan cerita hidupnya. x fem! Reader.. Atau lebi...