Pagi yang cerah setelah semalaman hujan. Angin sejuk berhembus, wangi hujan yang menyerbak, burung-burung yang bernyanyi. Sungguh hari yang indah. Pasti tidak akan ada hal buruk yang terjadi—
"[NAME]!!! SHO SAMA TORO BERANTEM!!!" Upi tiba-tiba menghampiri [Name], membawa berita yang bisa dibilang mustahil terjadi.
Oh, ayolah! Kenapa akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpa gadis itu?
"Apa?!" pekik [Name]. Lalu ia memegang kedua lengan gadis berambut karamel itu erat.
"Toro?! Ini Toro yang rambut hijau, jago masak, dan dewasa itu kan???"
Kalau Sho sih memang hobinya sehari-hari itu mencari keributan. Tapi Toro? Membayangkan laki-laki itu menampar seseorang saja susah.
"Memang Toro yang mana lagi??? Mending kamu kesana aja sekarang!!"
Upi menyeret [Name] ke kerumunan siswa yang sedang terlihat bersorak-sorai. Sebagian terlihat panik, memanggil guru yang lain untuk menghentikan pertikaian itu.
Mau tidak mau, [Name] dan Upi harus menerobosnya.
"P-permisi.. Tolong beri kami lewat.."
"GESER!!!" Berbeda dari [Name] yang permisi dengan sopan, Upi menerjang saja tanpa memedulikan ada yang tersenggol. Tangannya masih menggenggam [Name]. Bisa gawat kalau gadis itu hilang di kerumunan.
Di tengah kerumunan, ada Amu, Kak Mahesa, Kiki, dan beberapa guru yang menahan Toro dan Sho. Keduanya terlihat terluka parah. Darah keluar dari sudut bibir Sho dan wajah Toro terlihat ada luka lebam bekas pukulan.
"ADUH KALIAN KENAPA TIBA-TIBA BERANTEM SIH?!!!" Amu dengan sekuat tenaganya menarik bagian belakang seragam Toro. Bersama dengan Mahesa dan Kiki yang menahan kedua lengannya.
"Sho! Kamu gapapa nak?!" tanya Pak Eko khawatir kepada salah satu muridnya yang sedang berlutut diatas tanah. Sho tidak menghiraukan pertanyaan pak Eko. Ia mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan punggung tangannya. Menatap Toro dengan seringai lebar.
"Pukulan apa tadi? Lembek banget..."
Toro hanya diam. Menatap Sho dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Tidak ada Toro yang ramah dan dewasa dari tatapannya itu. Hal ini membuat semuanya bergidik ngeri. Kecuali Sho yang selalu menantikan hari ini tiba.
Hari dimana sahabatnya sendiri menghajarnya habis-habisan. Toh Sho merasa ia layak mendapatkannya.
"Kalian dua ngapain!!" Suara lengking [Name] cukup untuk membuat kedua laki-laki itu membatu. Keduanya menatap [Name] secara bersamaan.
"[N-name]...?" gumam Toro melihat gadis yang sedang panik itu.
"Mampus kalian... Mampus...." Tidak lupa dengan bisik-bisikan kepada dua makhluk brutal yang Upi lontarkan di balik tubuh [Name].
"A-astaga... Aku ga heran kalau Sho. Tapi Toro?! Kamu juga????" [Name] menatap Toro tidak percaya. Yang ditatap langsung memalingkan wajahnya. Enggan menatap si gadis yang sedang kalang kabut.
Tak lama, segerombolan murid berkemeja biru datang, membubarkan keramaian itu dengan suara lantangnya. Mereka adalah anggota OSIS.
"Ehem... KALIAN KIRA YANG KALIAN NONTON INI SIARAN TELEVISI HAH MAKANYA CUMA NONTON DOANG?! DASAR GA BERGUNA PERGI KALIAN SEMUA KE KELAS!!!" Si kakak ketua OSIS galak itu mengusir keramaian dengan toa khasnya. [Name] yang disebelahnya mendadak tuli sementara karena suara yang kelewat keras itu.
Murid-murid yang ketakutan itu langsung berhamburan kembali. Tidak mau berurusan dengan ketua OSIS yang galak bak monster itu. Menyisakan circle-nya [Name], Pak Eko, Pak Noame, dan beberapa anggota OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!!
Fanfiction[HIATUS] Hanya kisah seorang gadis yang berusaha bebas dari kepompongnya, tentu saja dibantu dengan teman-temannya yang aneh, unik, dan petakilan. Dan mungkin akan ada sedikit bumbu cinta mendampingi jalan cerita hidupnya. x fem! Reader.. Atau lebi...