"Toro!! Ini tugas aku ya.." panggil [Name] kepada si pemuda berambut bayam itu.
"Oh.. [Name], hm kamu mau jadi pengacara rupanya," sahut Toro setelah membaca tugas bahasa Inggris milik gadis itu.
"Iya hehe.. Um, gak cocok yah?" tanya gadis itu dengan nada malu-malu.
"Ga ada impian yang ga cocok. Asal kamu niat mengejarnya, impianmu bakal kewujud," jelas Toro sambil menatap gadis itu dengan lamat.
"Hmm.. Kamu bener juga. Kalau Toro? Impian kamu apa?" tanya [Name].
Namun tidak ada balasan yang terucap. Toro hanya menatap [Name] dalam diam, memikirkan apa yang seharusnya dia ucapkan.
"K-kalau tidak bisa jawab juga gapapa kok!!" ujar [Name] panik setelah melihat reaksi pemuda yang ada di depannya.
"... Makasih," balas Toro pelan. Ia lega tidak karena ia tidak perlu menceritakan impiannya. Entah apa alasan dibalik hal tersebut tidak ada yang tau.
Tak lama kemudian, [Name] mengingat kejadian aneh yang dialaminya kemarin.
"Soal kemarin.."
"Tolong anggap kemarin tidak terjadi apa-apa.." potong Toro sebelum [Name] bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Okeh..?"
...
"[Name], bolos ke tempat teteh yok selesai istirahat!!" Tawar Upi dengan semangat.
"Bolos...?" celetuk [Name] sedikit kaget terhadap tawaran temannya itu.
Jujur saja, [Name] takut kalau dia akan kena hukuman karena ketahuan bolos. Jadi secara terpaksa, ia mau tak mau menolak tawaran tawaran temannya.
"Gak dulu deh.. Aku tidak ingin kena hukuman," tolak si gadis itu dengan halus.
"Ayolah.. Sho sering bolos jarang dihukum tuh!" Seru Upi sambil menunjuk Sho yang sedang duduk di atas mejanya. Ia sedang berbincang dengan kedua sahabatnya, Kiki dan Toro.
"Dia kan selalu peringkat satu, Pi. Lu mah bolos kaga bolos peringkatmu tetep jelek," sahut Amu dengan nada mengejek.
"Lo tuh temen gua ga sih?! Sebagai temen tuh lo harusnya dukung gue!!" balas Upi tak terima.
Kemudian terjadilah perdebatan tidak jelas dan tidak bermutu diantara kedua sahabat tersebut. Namun, fokus [Name] bukan kepada pertengkaran kedua temannya disana, melainkan perkataan Amu tentang Sho tadi.
'Sho itu beneran peringkat satu ternyata...'
Kemudian [Name] mencuri pandang sebentar ke arah Sho.
Si laki-laki tersebut hanya memejamkan matanya, menikmati angin yang berhembus melalui jendela yang terbuka disampingnya. Posisinya yang duduk di atas meja membuatnya tampak seperti tipikal anak berandalan.
'Tapi dia benar-benar terlihat sangat keren..'
Tak heran juga mengapa Sho bisa mendapat banyak penggemar perempuan. Meski kadang kelakuan penggemarnya sedikit.. brutal.
"Halo~~? Kamu kenapa liatin Sho gitu amat, [Name]?" tanya Amu yang tiba-tiba sudah berada tepat di depan gadis berambut putih itu.
"E-eh.. Aku hanya.. "
"Hohohoho~~ [Name]..." goda Upi dengan wajah yang tidak terkondisikan.
"T-tunggu sebentar.." ujar [Name] dengan nada gemetaran. Bagaimana tidak? Tatapan Upi sekarang persis seperti om-om mesum.
"[NAMEEE]!!! Kemarin Enzo, besoknya Toro, lalu hari ini Sho?! Wah kamu menang banyak ya~~~" goda Upi lagi kepada si gadis yang wajahnya semerah tomat.
"Upi..?!"
[Name] kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka temannya yang berambut karamel ini akan berpikir demikian.
"Hush...Upi ga boleh gitu..." titah Amu kepada temannya.
"Jadi, [Name]. Pilih siapa?" sambung Amu yang ikutan menggoda [Name].
"Elah lo sama aja!" seru Upi yang kemudian menabok kepala Amu.
"A-Amu juga..?!"
[Name] tidak tau harus menjawab apa. Rona merah di wajahnya sudah sangat tidak terkondisikan sekarang. Jauh berbeda dengan keadaan dua teman di depannya sekarang yang menatap [Name] dengan penuh harap.
Kemudian ada seseorang yang menepuk pundak [Name]. Orang itu adalah,
"Ayolah.. Jangan maksa [Name] segitunya. Kalian ga lihat dia ga nyaman?" Ucap Vanilla tegas.
"Ugh.. Sorry.." balas Amu dan Upi secara bersamaan. Keduanya sama-sama menunduk takut melihat ketegasan Vanilla.
'Aku tidak menyangka Vanilla bisa setegas itu..'
[Name] tentu sedikit kaget melihat sifat tegas Vanilla yang jarang dikeluarkan. Namun gadis itu juga sangat bersyukur Vanilla datang untuk menolong dirinya.
Kemudian [Name] memikirkan kembali tentang apa yang Amu dan Upi tanyakan.
Toro, Enzo, dan Sho.
Toro itu adalah laki-laki yang bersifat dewasa. Perlakuannya kadang menyerupai sifat seorang ayah. [Name] cukup nyaman dengannya. Mumpung gadis itu tidak memiliki sosok ayah yang baik di hidupnya.
Enzo adalah anak yang bertanggung jawab. Dia mau mengobati luka [Name] meski sudah ia tolak berkali-kali. Kegigihannya tersebut patut dikagumi. Oh! Dan selera [Name] itu lelaki atletis. Tentu gadis itu kadang menganggap Enzo atraktif.
Dan yang terakhir adalah Sho. Di balik kelakuannya yang seperti berandalan. Ternyata dia memiliki hati yang lembut. Hal ini bisa dibuktikan dengan Sho yang merupakan anggota dari klub Animal Lovers. Dan meskipun ia sering bolos, namun kemampuannya dalam akademik itu sangat luar biasa.
'Aku yakin dia rajin belajar di rumah..'
Hal itulah yang bisa [Name] deskripsikan mengenai mereka bertiga. Sayangnya, [Name] belum memiliki niat untuk menjalin hubungan romantis dengan seseorang. [Name] takut, ia hanya akan berakhir seperti mamanya.
'Perasaan seseorang itu mudah berubah...Suatu saat, mereka akan meninggalkanku. Sama seperti yang papa lakukan kepada mama.'
Kalimat itulah yang selalu [Name] ingat semenjak kedua orang tuanya bercerai. Perasaan benci kepada ayahnya begitu besar, ia bahkan tidak sudi menganggapnya ayah.
Kemudian ia menatap Upi dan Amu dengan sendu. Yang ditatap malah saling berpelukan. Saling melindungi diri di tengah-tengah ceramah Vanilla. Ketakutan mereka kepada Vanilla sebesar itu ternyata.
'Dan aku yakin, kalian juga akan meninggalkanku suatu hari nanti....'
Bersambung.
A/N: Maaf Chapter kali ini agak aneh. Aku lagi ga ada ide soalnya..Sprtinya book ku ini lebih mirip x oc daripada x reader hahaha. Mungkin karena nem punya visualisasi ya? Sebenarnya bebas mikirin mbak nem mau gimana visualisasi nya. Dibikin botak juga bisa (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵).
Sampai jumpa di next Chapter!! Have a nice day dan jaga kesehatan!
••902 words, 14 Agustus 2022••
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!!
أدب الهواة[HIATUS] Hanya kisah seorang gadis yang berusaha bebas dari kepompongnya, tentu saja dibantu dengan teman-temannya yang aneh, unik, dan petakilan. Dan mungkin akan ada sedikit bumbu cinta mendampingi jalan cerita hidupnya. x fem! Reader.. Atau lebi...