Enzo || Whispers of Victory

2.6K 275 189
                                    

Super long! 4k words

"Sayang banget ya kalian ngundurin diri.." tutur Amu kecewa.

"Gitu deh. Kami ga punya pilihan lain. Maaf ya..." [Name] menghela napas panjang. Marah? Iya. Sedih? Tentu saja. Kecewa? Apalagi ini.

Dirinya sampai setengah mati membujuk Sho untuk tidak tampil besok. Awalnya Sho kekeuh untuk tampil, tapi karena dia tidak kuat melihat ekspresi memelas [Name]. Karena dia.. Bucin bego, maka mau tidak mau ia memilih untuk istirahat saja.

Tidak mungkin mereka bisa menemukan pengganti peran pangeran dalam satu hari. Dengan berat hati, seluruh anggota klub drama [Name] memilih untuk mengundurkan diri.

Tidak ada yang menolak, bahkan seorang Carmen juga hanya setuju tanpa mengeluh. Sepertinya semuanya mengerti dengan keadaan yang tidak bisa dielakkan ini.

Untuk dimana Angel, [Name] tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya. Hari ini, batang hidungnya sama sekali tidak muncul. Terakhir kali ia bertanya mengenai gadis itu ke Toro, jawaban yang ia terima,

'Dia sudah dapat balasan setimpal'

[Name] tidak mengerti. Tapi [Name] tidak memaksa jawaban keluar dari mulut Toro. Mungkin begitulah cara orang berstatus sosial tinggi menghadapi orang yang mereka anggap menganggu. Diam-diam mematikan.

Ruu dan Lulu merengek selama satu jam setelah mendengar bahwa kakak kesayangan mereka tidak jadi memerankan putri. Sebagai gantinya, [Name] membelikan es krim untuk mereka berdua. Setelahnya mereka langsung ceria kembali. Sungguh sederhana sekali pemikiran anak-anak.

"Woi, bentar lagi Enzo udah mau tanding! Ayo cepet jalannya!!" Upi menarik kedua sahabatnya untuk berjalan lebih cepat. Tidak lupa dengan Kiki yang mengekor dibelakang.

Toro masih harus mengurus stand makanannya yang tidak pernah sepi itu. Sedangkan Sho... Dia tidak datang hari ini. Mungkin anak itu sedang bersantai di rumah.

Berkat klub drama yang tidak jadi tampil, [Name] akhirnya bisa datang untuk mendukung Enzo dan timnya. Meski pengetahuan [Name] tentang bola itu sangat minim, dirinya tetap akan mendukung dengan sepenuh hati.

Lagipula Enzo itu anak baik. Jujur saja [Name] nyaman didekatnya. Saat Enzo melindunginya kemarin dari Leo, hal itu membuat jantung [Name] berdegup kencang.

Lalu tiba-tiba berjanji untuk menang deminya. Jantung? Tidak baik-baik saja.

[Name] sudah tau dari lama perasaan Enzo kepadanya seperti apa. [Name] tau sekali. Reaksi teman-temannya begitu jelas masa dia tidak sadar. Dirinya merasa dia seperti orang jahat saja. Menggantung perasaan laki-laki baik itu.

[Name] tidak tau apa itu cinta. [Name] tidak tau bagaimana rasanya jatuh cinta. Harusnya cinta itu rasanya hangat dan nyaman bukan? Tapi kenapa..

Tiap kali ia melihat Upi, ia menjadi manusia yang paling berdosa di dunia.

[Name] juga tau pandangan Upi terhadap Enzo bagaimana. Pandangan itu adalah pandangan yang sama seperti Enzo kepadanya.

Singkatnya, Upi menyukai Enzo.

Dan [Name] menyadarinya. Maka itu pula alasan mengapa [Name] pura-pura tidak tau. [Name] tidak mau ada yang tersakiti.

"[Name]? Kok murung gitu? Kamu gapapa?" tanya Upi setelah melihat ekspresi temannya itu.

"Gapapa, kok. Hehe... Lagi banyak pikiran aja.."

[Name] lalu menggigit bagian bawah bibirnya. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya.

'Ah, aku jahat banget ya..'

..

"Wah, gila. Rame banget, " komen Kiki setelah melihat betapa ramainya lapangan bola hari ini. Setelah selesai lomba drama, murid-murid berbondong-bondong untuk menonton final sepak bola.

𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang