23. Hospital Visit

3.1K 468 52
                                    

"Ruu!"

"Kak [Name]!!"

Lantas mereka berpelukan. Tak lama setelah perjalanan panjang menuju rumah sakit akhirnya [Name] bisa bertemu dengan Ruu juga.

Tentu ia harus meyakinkan mamanya, yang kebetulan melihatnya keluar mobil bersama Toro. Bahwa Toro itu bukan pacarnya. Perlu 20 menit lebih untuk meyakinkan beliau.

"Bagaimana kabarmu?" tanya [Name] lalu mengusap kepala Ruu.

Anak kecil itu tertawa riang. Lalu berkata,

"Baik kak! Suster bawain aku mainan yang banyak banget! Jadi Ruu ga bosen lagi di kamar sendiri hehe.."

Meski Ruu menjawabnya dengan begitu bahagia, ada rasa sakit yang ada di hati [Name]. Harusnya anak seumuran Ruu itu sekolah, bermain dengan teman, belajar tentang dunia! Bukan berbaring setiap hari di rumah sakit tanpa ada yang menemaninya.

'Sampai sekarang Bibi Mei dan Paman Theo masih belum menjenguknya?? Orang tua macam apa mereka?!'

[Name] menggigit bagian bawah bibirnya pelan. Ia tidak percaya bahwa ada orang tua yang sama sekali tidak memperdulikan keadaan anak mereka yang sakit-sakitan seperti ini.

"A-apa Ruu tidak kesepian? Kalau kak [Name] ga berkunjung misalnya..." tanya [Name] kepada Ruu yang menggambar di atas kertas dengan krayon kesukaannya.

Senyum di wajah Ruu masih tetap ada. Tampaknya mustahil untuknya merasa sedih. Kadang [Name] iri dengan keoptimistisan anak itu.

"Hehe kak Reon masih sering video call bareng Ruu... Dia juga sering temenin Ruu kalau Ruu sendirian. Lagipula ada kakak suster, pak dokter, dan kakek yang baik hati di rumah sakit! Jadi Ruu ga kesepian!!"

[Name] hanya tersenyum pelan. Benar-benar menakjubkan anak seusianya masih bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan untuknya saat ini. Meski sekecil apapun itu ia tetap menerimanya dengan senang hati.

Dan Reon. Sudah lama sekali [Name] tidak berkomunikasi dengan kakaknya Ruu yang satu itu. Kalau tidak salah ia sekarang kuliah di Jakarta. Akan menemui Ruu setiap libur semester.

Bahkan kakaknya jauh lebih peduli dengan adiknya dibandingkan orangtuanya.

"Kalau Ruu udah sembuh, Ruu mau ngapain duluan?" tanya [Name] sambil memotong apel untuk diberikan kepada anak mungil itu.

"Hmm? Hmmm.... Sepertinya Ruu bakal pergi ke akuarium besaaaar!!!" Lalu Ruu membuka tangannya selebar mungkin.

"Akuarium?"

"Iya akuarium! Ruu suka liat makhluk-makhluk di laut. Warna warni! Lucu! Ruu mau jadi penyelam kalau Ruu udah gede," Ruu kemudian menunjukkan gambar yang ia buat dengan krayon. Terdapat gambar ikan yang warna warni dan tumbuhan laut menghiasi gambar tersebut.

"Semoga impianmu terwujud ya.." balas [Name] yang hampir menangis mendengar cita-cita Ruu. Karena gadis itu tau, Ruu tidak akan hidup lama di dunia ini

..

"A-apakah... Ruu benar-benar tidak bisa disembuhkan?" tanya [Name] kepada mamanya. Selaku dokter spesialis jantung yang kebetulan mengurus Ruu.

"Yang hanya bisa kita lakukan hanya menunggu donor jantung yang cocok dengannya. Sulit sekali mendapat yang cocok mengingat golongan darah Ruu itu AB rhesus negatif..." Mama [Name] hanya bisa menghela napas pasrah.

"Dasar Mei. Hanya mementingkan Reon dan sama sekali tidak peduli dengan Ruu.."

Kalau bisa, [Name] akan mendonorkan jantung nya sekarang. Sayang sekali jantungnya tidak cocok dengan Ruu. Satu-satunya yang ia tau memiliki golongan darah AB rhesus negatif adalah..

𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang