Hari-hari berikutnya, suasana terasa berbeda. Kiki dan Amu jauh lebih banyak diam daripada biasanya. Kadang juga Kiki melirik Amu terus-terusan dari tempatnya.
Dan [Name] tidak akan membiarkannya begitu saja tentunya. Ia langsung meminta Amu untuk bertukar duduk dengannya. Dengan alibi [Name] tidak bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas, Amu akhirnya mau duduk di tempat gadis itu.
Amu juga jadi minim makan. Setelah diberikan roti isi oleh Upi, gadis berkerudung itu hanya makan satu gigitan. Bukannya dihabiskan, ia malah memberikannya kembali pada Upi.
"Mau ga Pi? Aku ga abis..."
"Aku sih mau-mau aja, tapi plis kamu banyakin makan ih..." lirih Upi yang khawatir melihat temannya yang satu ini jadi tidak nafsu makan.
[Name] hanya mengangguk pelan. Ikutan khawatir dengan kondisi temannya yang satu ini.
Apa ini yang dirasakan teman-temannya saat dirinya tidak mau makan?
Kembali ke keadaan Amu dan Kiki. Meski mereka masih saling sapa dan berbincang seperlunya, tapi terlihat jelas jarak dan canggung diantara mereka.
Dan disinilah, solidaritas teman-temannya diuji.
"Hah...."
Keempat orang itu menghela secara bersamaan. Turut pusing dengan hubungan kedua temannya sekarang.
"Selain foto, kelakuan Kiki yang lain Amu udah tau belum ya? Yang dia cium pala Amu atau dia gigit jari Amu..." lirih Upi yang menyandarkan kepalanya diatas pundak Sho.
"Aku ga yakin itu ide yang bagus..." tolak [Name] dengan nada pelan.
"Mereka yang berantem kenapa kita yang pusing?"
Yah karena mereka semua adalah teman Amu dan Kiki.
"Ayo gambreng, yang menang ngehibur Amu, yang kalah ngehibur Kiki."
Dan berakhirlah dengan Toro dan Upi yang menghibur Kiki sedangkan [Name] dan Sho menghibur Amu.
Disinilah mereka sekarang, di kantin sambil menunggu jajanan untuk diberikan kepada Amu nantinya.
"Tumben pakai dasi hari ini..." ujar [Name] membuka topik pembicaraan. Hari ini Sho tampak sedikit berbeda dari biasanya. Ah, bukan dia bukan kurang tidur lagi. Malah hari ini dia tampak lebih rapi daripada sebelumnya.
"Ini biar Amu merasa aman di dekatku. Aslinya sesak banget pake ginian," omel Sho sambil melonggarkan sedikit dasinya dengan satu tangannya.
[Name] terdiam saat mendengar kata aman itu. Amu juga kemarin menyinggung ia merasa tidak aman lagi di dekat Kiki. Melihat Sho yang berpenampilan rapi begini apa sesuatu terjadi pada Amu sebelumnya?
'Merasa tidak aman di dekat Kiki... Selalu membawa pisau kemana-mana... Selalu menyuruh anak-anak klub gambar untuk hati-hati saat pulang... Upi juga pernah cerita kalau Amu pernah tidak datang beberapa bulan saat SMP...'
[Name] berpikir keras. Mencoba menghubungkan rentetan-rentetan kejadian itu satu-persatu. Lalu, satu jawaban muncul di pikirannya. Jawaban yang ia harap tidak benar. Tapi ia harus memastikan dulu kebenarannya.
"Sho... Apa Amu.. Pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan sebelumnya?"
Sho menatap [Name] dengan tatapan tidak percaya. Matanya terbuka lebar dan dirinya tampak terdiam beberapa saat. Kemudian ia berusaha menutupi keterkejutannya itu.
"Maksudnya..?"
"Entahlah... Semacam dikuntit, diganggu..."
Kalimat [Name] terpotong, jantungnya berdegup kencang. Berdoa kepada Tuhan kalau yang terakhir ini adalah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!!
Fanfiction[HIATUS] Hanya kisah seorang gadis yang berusaha bebas dari kepompongnya, tentu saja dibantu dengan teman-temannya yang aneh, unik, dan petakilan. Dan mungkin akan ada sedikit bumbu cinta mendampingi jalan cerita hidupnya. x fem! Reader.. Atau lebi...