12🍁

95.2K 8.9K 108
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

Arana berjalan menuruni tangga dengan kaki yang pincang. Yaaa bahkan kakinya membiru.

"Kamu kenapa Ran?" Heran Dela melihat cara berjalan anaknya.

Arana cemberut lalu tanpa aba-aba dia memeluk ibunya yang sedang membawa mangkuk berisi sup.

"Hiks maaa, aku kesandung semalem terus jatuh. Sakit banget tauuuuuk" rengek gadis itu lebay.

"Kok bisa?" Tanya Dela

"Gara-gara kuyang belatungan!"

"Hah?"

Arana menggeleng lesu.
"Gak papa"

Mendengar itu membuat Dela menghela nafas maklum tentang tingkah anaknya ini.

"Lain kali hati-hati"

"Iyaaa"

"Yasudah bantuin mama siapin sarapan" Dela menyodorkan mangkuk yang tadi ia pegang. Arana menatap memelas.

"Kaki aku kan lagi sakit maaa" rengeknya dengan menggoyangkan kaki kanan nya.

Dela hanya bisa pasrah

"Yaudah biar mama, kamu duduk. Awas!"

Gadis itu cengengesan, melepaskan pelukan nya. Lalu ngacir meninggalkan dapur. Sekarang tujuanya adalah meja makan.

Sampai di meja makan, Dika yang sedang minum kopi menatap Arana heran.

"Kenapa kamu?"

"Kesandung hehehe"

Dika hanya bisa menggeleng maklum.
"Lain kali hati-hati. Sakit ya?"

"Nyut-nyutan hehehe"

"Nanti kalo gak sembuh nyut-nyutan nya di kompres ya"

"Iyaa pa"

🍁🍁🍁🍁🍁

"Kenapa lo?"

Arana menghela nafas malas.
Ohh ayolah diri nya bosan dengan pertanyaan itu.

"Kesandung" jawab nya seadanya.
Gadis itu mulai memasang sabuk pengaman.

"Ohh" Hades membulatkan bibirnya.
Pemuda itu mulai mengemudikan mobil hitam nya.

"Ohh doang?" Arana menatap Hades tak percaya.

"Gws"

Arana mendengus. Memang yaa ekspetasi selalu tak sesuai dengan kenyataan. Dia pikir Hades akan khawatir tujuh keliling terus memaksa nya agar jangan sekolah dan istirahat di rumah.

Tadi aja jawabnya ogah-ogahan sekarang malah menelan kekecewaan.

Dasar cewek

🍁🍁🍁🍁🍁

Arana memasuki kelas nya. 11 MIPA 4.
Sama seperti yang tadi-tadinya, dia berjalan dengan salah satu kaki yang pincang.

"Astaga Rana, lo kenapa?! Jalan nya kayak orang abis lahiran" Heboh Lia. Dia langsung berdiri, membantu Arana untuk duduk.

"Lahh lo gak tau Li? Si Rana kan abis ngelahirin anak kucing." Cekikik Sasti.

"Sialan lo. Temanya sakit juga" gadis itu memberenggut kesal.

"Kenapa emangnya?" Tanya Puput. Teman Arana yang paling waras.

"Kesanduuuung" gadis itu sedikit menarik rok abu nya. Terpampanglah luka memar yang membiru di kaki kanan nya.

"Ihhh sakit banget pasti" ringis Lia.

"Kompres Ran"

"Iyaa nanti kalo pulang sekolah"

"Alah kayak gini doang. Lebay lo"
Dengan tidak berperasaanya Sasti menggeplak kaki kanan Arana tepat di luka memar.

Plakk

"Sasti sinting...!! Sakit begoo...!!"

Arana memegang dengan erat kaki nya yang kini semakin nyut-nyutan setelah di geplak Sasti. Ahhh rasanya nano-nano, mau pipis mau berak, semuanya bercampur jadi satu. Bukanya merasa bersalah Sasti, gadis itu malah cekikikan menahan tawanya.

"Dosa lo Sas." Ucap Puput. Walau sebenarnya dia juga sedang menahan tawanya.

"Ya maap" ucap Sasti, sedikit kemudian wajahnya berubah heboh

"Ehhh udah pada tahu belum? Anak MIPA 1 ada yang kecelakaan kemarin" ucapnya. Mirip tetangga yang sedang menggosip.

"Siapa?"

"Wildan ishhh, katanya sampai geger otak!"

"Ihhh kasian banget."

Mendengar nama wildan membuat otak Arana memutar waktu.

Apa wildan yang itu?

"Wildan ketua osis?" Tanya gadis mungil itu.

"Iya itu"

Arana diam terkejut.

Dia tidak menyangka, orang yang baru saja berkenalan dengan nya akan mengalami kecelakaan.

Yahhh takdir siapa yang tahu?

"Katanya sih buat tumbal sekolah"

Mendengar itu, Puput menabok kepala Sasti menggunakan bukunya.

"Ngada-ngada lo!"

"Ishhh kan gue katanya" cemberut Sasti mengusap kepala nya.

Bisa bisa dia jadi wildan kedua. Geger otak.

"Rana!!" Teriak salah seorang teman sekelas mereka yang berada di depan pintu

"Yaa?" Balas Arana dengan teriakan juga

"Di cari Mira!!"

🍁🍁🍁🍁🍁

Setelah perjanjianya dengan sang Papa, besoknya di sekolah Arana mencari Malvin. Namun sayangnya ketika sampai di kelas sang kekasih, orang yang dicari tidak ada. Kata teman sekelasnya, Malvin tidak berangkat.

Arana mendesah kecewa, padahal Arana ingin mengajak Malvin menemui Papanya setelah pulang sekolah nanti.

Namun tak putus asa begitu saja, Arana mencoba menghubungi Malvin lewat telepon

Panggilan pertama, tidak diangkat

Panggilan kedua

Panggilan ketiga

Hingga panggilan kelima tetap tidak ada jawaban.

Alih-alih merasa kesal, raut Arana berubah khawatir. Sebenarnya kemana Malvin? Dia tidak apa-apa kan? Malvin baik-baik saja kan?

"Apa....gue cari dirumahnya aja ya? Jangan-jangan dia sakit..."

"Tapi gue gak tau rumahnya..."

Arana cemberut sedih. Namun sedetik kemudian matanya memicing tajam.

"Hades bukan sih?" Gumamnya melihat siluet siswa berjalan di lorong kelas 10. Jalan menuju UKS.

"Gara-gara dia hubungan gue sama Malvin terancam putus" dengus Arana kesal.

"Hades....gue benci sama lo..."

🍁🍁🍁🍁🍁

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang