35🍁

44.6K 4K 145
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

Arana duduk di tepian ranjang di kamar ia disekap oleh si bajingan Malvin.

Kembali beranjak, gadis mungil itu kembali mencoba mendobrak pintu dengan tubuh ringkihnya itu. Namun sayang beribu sayang pintu canggih itu tetap tidak mau terbuka

Dengan kesal gadis itu menendang pintu itu kemudian meringis ketika sakit menjalar dari kakinya.

"Sial sial sial!!" Umpat Arana.

Menggigit kukunya frustasi, gadis itu mondar-mandir mencari cara agar bisa keluar dari sini.

Tidak mungkin hanya ada satu jalur agar bisa masuk dan keluar dari ruangan ini bukan?

Arana mulai menggeledah sudut ruangan, mencoba mencari jalan. Siapa tahu di sini ada jalur yang dirahasiakan.

Lalu tanpa di duga sebuah tembok yang menampung kaca besar terbuka dan menampilkan seorang remaja perempuan mengenakan seragam pelayan.

Sudah Arana duga, tidak mungkin setiap inci ruangan ini hanya memiliki satu jalur.

Melihat Arana yang sadarkan diri, perempuan yang Arana duga adalah pelayan itu sempat mematung, tubuh itu sedikit bergetar.

"N-nona,anda tidak tidur?" Pelayan itu bertanya gugup.

Arana diam tanpa membalas, lalu pelayan itu menghampiri Arana dengan nampan yang sedari tadi ia bawa. Melirik pada nakas pelayan itu melihat makanan dan susu yang masih utuh seperti belum tersentuh sama sekali.

Pantas saja

"Kepada nona tidak makan? Jika tuan Malvin mengetahuinya, pasti dia akan marah"

pelayan itu meletakan nampan yang ia bawa, lalu mengambilnya nampan yang tadi pagi dibawa oleh Malvin.

"Emang gue peduli?" Acuh Arana, dalam otaknya sekarang sedang menyusun rencana agar terbebas dalam sangkar ini.

Pelayan itu tersenyum masam, lalu mengambil segelas susu yang ia bawa
"Nona tidak peduli sekalipun nyawa kami taruhanya?" Arana diam membeku.

"Minumlah nona, lalu istirahat" pelayan itu menyodorkan gelas berisi susu itu.

Ragu-ragu Arana mengambilnya, ketika gelas sudah mencapai ujung bibirnya, tiba-tiba saja gelas itu merosot ke bawah berakhir dengan pecah.

Mata pelayan itu membulat sempurna, belum lagi baju Arana yang terkena noda.

"Maaf, gue gak sengaja!" Arana panik.

Sempat mematung, pelayan itu memaksakan senyumnya.
"Tidak apa, nanti saya bersihkan. Untung susu itu hanya hangat dan tidak panas atau-

"Ahhh ya baju guee!! Gimana dong?"

"Silahkan bersihkan di kamar mandi, saya akan bersihkan ini dulu"

Berekspresi lesu, Arana menang lalu menjauh dari pelayan itu. Ketika pelayan itu sudah jongkok membelakangi dirinya, dengan mengendap-endap Arana kembali mendekati pelayan itu. Lalu dengan mengerahkan seluruh tenaganya dirinya memukul tekuk pelayan itu.

Pelayan itu memekik, tak lama kemudian dia tak sadarkan diri.

"Fyuhhhh" gadis itu mengelap pelipisnya yang berkeringat.

Menerawang ke atas Arana dapat melihat cctv. Tersenyum culas Arana mengambil sandwich yang tadi dibawa oleh pelayan muda itu. Berbekal manjat pada kursi gadis mungil itu menyumpal cctv itu menggunakan sandwich.

"Menjijikan" gumam gadis itu pelan.

Kembali ke bawah dirinya menghampiri pelayan yang pingsan itu.

"Sorry tapi gue juga mau bebas"

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang