21

67.7K 7.3K 170
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

21

"Dari mana?"

Seorang gadis yang baru saja menutup pintu dikejutkan oleh suara bariton yang Santer terdengar di ruang tamu.

Menoleh ke sumber suara dirinya dapat melihat seorang pemuda yang duduk di sofa berwarna abu dengan alat candu di tangannya.

Asap itu menguar ketika sang pemuda menyemburkanya membuat aroma yang khas semerbak di penjuru  ruangan.

"Abis dari supermarket." Jawab gadis itu. Memperlihatkan plastik berloggo di tangan kirinya.

Mata pemuda itu memicing meneliti setiap bagian dari gadis itu.
"Tangan lo kenapa?"

Mira melihat tangan nya yang terbalut perban.
"Ohhh ini, kena pecahan piring. Iyaa tadi saat mencuci piring terus yaaa gitu"
Jawab gadis itu
"Tapi gak papa kok, cuma perih dikit" balasnya dengan senyum manisnya.

"Balik kamar" titah Malvin tegas. Mira hanya bisa tersenyum pasrah setelah itu melenggang pergi meninggalkan pemuda itu sendirian di ruangan yang didominasi warna monokron itu.

Tak lama setelah istrinya pergi, terdengar dering dari sakunya. Dengan malas dia mengambil benda berbentuk segi empat pipih itu.

"Apa?" Jawabnya tanpa melihat layar ponsel.

"Besok pulang ke rumah ya sayang, udah lama kamu gak pulang."

"Sibuk" balas Malvin malas.

"Ohhh sibuk ya? It's oke, tapi kamu gak lupa sama dia kan?"

Pegangan Malvin pada ponsel mengerat.

"Oke besok sepulang sekolah"

"Keputusan bagus sayang"

Tut

Brakkk

Setelah panggilan berakhir pemuda itu membanting ponselnya guna melampiaskan amarahnya.

"Malvin ada apa?" Mira datang tergopoh-gopoh dari arah dapur.

Jadi gadis itu belum pergi ke kamarnya?

"Menjauh sebelum lukisan di tubuh lo bertambah"

Mira tak kaget mendengarnya, namun dengan perlahan dia mundur. Sebelum pemuda itu berbuat lebih kepadanya.

Dengan kasar Malvin mengambil cutter di meja sofa. Lalu pergi dengan didampingi amarah yang menggebu-nggebu

Wanita jalang

🍁🍁🍁🍁🍁

"SEMUANYA GOYANGGGGG"

Dung tak dung dung tak dung dung tak

Riuh menyelimuti kelas 11 MIPA 4. Hari ini guru Kimia, bu Ani tidak masuk karena ada keperluan di luar sekolah. Tugas yang diberikan tak para murid hiraukan. Mereka lebih suka melakukan silaturahmi antar meja.

"SAIKI JAMANE JAMAN EDANNNN"

"WONG TUWO RABI PERAWAN"

IHIRRRR

" PERAWANE YEN BENGI NANGES WAEE"

"JARENE WEDI KARO MANUKE"

Semua murid tertawa ketika Sandi cs, pentolan MIPA 4 menyanyikan lagu yang entah berjudul apa itu

"Lo kenapa Ran?" Tanya Sasti. Gadis itu perhatikan sedari tadi temanya selalu melamun.

"Gue-

"Aduh aduh aduh para nona, melamun kau semua ya? Beta lihat tak ada semangat kau semua. Free class ini. Mari nikmati." Ujar Samosir yang tiba-tiba datang lalu menarik Sasti. Dia tak berani menarik Arana.

Karena Arana milik Hades.

"MANUKE MANUKE CUCOK ROWO!!"

"CUCAK ROWO"

"COCOK ROWO DOWO BUNTUTE"

"APA!!" Sandi mengacungkan botol minum kepada murid perempuan

"DOWO BUNTUTE" kompak para murid menjawab

"ASEKKK BUNTUTE SENG AKEH WULUNE"

"YEN DIGOYANG SERR SERRR ADUH ENAKKE"

"WUUUUUUU"

Entah kapan kegilaan ini akan berakhir.

"Ck berisik banget sihh" Puput bangkit dari tempat duduknya. Mengambil buku yang baru saja ia baca ia beranjak pergi

"Mau kemana?" Tanya Arana

"Perpus"

Arana menghela nafas panjang. Lalu menatap punggung Lia. Akhir-akhir ini dia banyak diam. Tidak cerewet seperti biasanya.

Kejadian semalam kembali terngiang-ngiang di memori Arana.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Hadess" Arana menubruk tubuh jakung itu erat. Perlahan tangan kekar pemuda itu membalasnya.

"Ada apa?" Bisik pemuda itu rendah

Arana melepaskan pelukannya. Menatap Hades cemas

"Hades, tadi di kamar ada- di kamar ada penyusup dia- dia nulis-

"Stttttt" Hades membawa gadis itu kedalam pelukannya kembali

"Hades gue takut"

"I'm here"

Hades menangkup wajah Arana. Membelai pipi bulat Arana dengan lembut. Menyingkirkan anak rambut gadis itu yang mengganggu penglihatanya.

Pandangan mereka terkunci

Wajahnya mendekat lalu dengan penuh perasaan dia mencium kedua mata Arana, di hidung dan terakhir kening.

Dengan sekali angkat, Hades membopong Arana. Gadis itu menurut. Malah menduselkan wajahnya pada leher sang tunangan.

Pemuda menaiki tangga hingga mereka sampai pada kamar Arana.

"Tidur ya?"

"Hades di sana-

Hades menggenggam tangan Arana yang ingin menunjuk jendela

"Lupain itu semua. Biar gue yang urus"

"Tapi-

"Shtttttt lo percaya sama gue kan?"

Arana terdiam, lalu tak lama kemudian mengangguk lesu.

"Sekarang tidur"

"Temenin tapi"

"Iya"

Sepertinya Arana sudah lupa pada part 18

Dengan lembut Hades mengusap-usap kening Arana membuat gadis itu lambat laun mengantuk

"Arana besok Papa minta ketemu. Tolong kerjasamanya ya?"

🍁🍁🍁🍁🍁

Sedang tertawa keras untuk Arana.

Aku tuh agak sulit bikin part cie cie.🤧

Efek gak pernah pacaran kalik ya😭🤧

Makin kesini ini cerita makin ngelantur ya😭

Aku mau ngamuk banget. Bergadang belajar tapi yang dipelajarin dikit banget yang keluar

Belum lagi soal Mtk yang pengen banget dicekek

Dah yaaa see you 🍁🐻

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang